Berita KAInternasionalKereta Api

Pengadaan Kereta Khusus Pria Didukung Mayoritas Wanita Jepang

Ilustrasi: Suasana jam sibuk di rangkaian KRL Tokyo Metro | Foto: Tim Adams, Wikimedia
[30/6] – Drama dan pro-kontra mengenai kereta khusus wanita (Yang selanjutnya disebut KKW) mungkin sudah menjadi bahan yang sangat biasa di kehidupan kita terutama yang memang menggemari apalagi yang mengandalkan KRL sebagai moda transportasi. Mulai dari drama rebutan kursi terutama kursi prioritas, hingga pro-kontra akan menghapuskan atau mempertahankan KKW dengan berbagai alasan terutama berkaitan dengan pelecehan seksual. Bahkan di Jepang pun pernah terjadi insiden di mana balaikota sempat diteror oleh oknum yang kontra dengan KKW.
Tapi bagaimana jika kemudian hal yang ditanyakan adalah… Apa jadinya jika ada kereta khusus pria?
Seperti yang dilansir dari Japanese Station, lembaga survei Macromill di Jepang mengadakan survei terhadap 500 orang pengguna jasa kereta komuter di sekitar Tokyo yang berusia antara 15 hingga 49 tahun, dengan 242 orang di antaranya adalah wanita  untuk menanyakan apakah kereta khusus pria perlu diadakan.
Menariknya, mayoritas wanita yang mengikuti survei yaitu sebesar 73,9% dari para responden mendukung bahwa kereta khusus pria perlu diadakan. Dengan rincian suara sangat setuju 13,6%, setuju 60,3%, dan sisanya tidak setuju atau sangat tidak setuju.
Sementara pria yang mengikuti survei meski juga mayoritas setuju bahwa kereta khusus pria perlu diadakan, suaranya tidak sebesar wanita dengan persentase hanya sebesar 65,1% dengan rincian suara sangat setuju 14,3%, setuju 50,8%, dan sisanya tidak setuju atau sangat tidak setuju.
Para responden yang setuju dari jenis kelamin yang berbeda mempunyai berbagai alasan yang berbeda juga mengapa mereka menyetujui diadakannya kereta khusus pria. Responden wanita beralasan dengan adanya kereta khusus pria diharapkan pelecehan seksual (chikan) di kereta akan berkurang, sedangkan responden pria beralasan dengan adanya kereta khusus pria maka tuduhan akan kaum pria sebagai pelaku chikan ketika sebenarnya yang terjadi adalah senggolan biasa karena saking penuhnya kereta akan berkurang. 
Meski demikian, dengan kenyataan bahwa tidak semua wanita berada di KKW dan pelaku chikan selalu mengincar kereta biasa, Tim REDaksi berpendapat bahkan jika ide lepas ini tiba-tiba jadi kenyataan (Yang kemungkinannya sangat kecil) – kecuali jika satu rangkaian dipaksakan harus diisi orang dengan jenis kelamin yang sama yang tentu saja tidak realistis karena pernah diterapkan di sini sebagai Rangkaian Khusus Wanita dan hasilnya justru menimbulkan masalah operasional – kejadian chikan tidak akan dapat dikurangi hanya dengan pembagian ini semata. 
Sumber
Ikko Haidar Farozy | RE Digest

Ikuti kami di WhatsApp dan Google News


Tinggalkan komentar...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

×