KA Madiun Jaya : Kebangkitan Kembali Legenda Madiun via Selatan

REDigest.web.id – Kereta api Madiun Jaya, atau yang lebih akrab disebut dengan Manja atau Maja, merupakan kereta api yang melayani Stasiun Madiun di Daerah Operasi 7 Madiun dan berakhir di Stasiun Pasar Senen di Daerah Operasi 1 Jakarta. Kereta ini memiliki keunikan dengan kereta api Maja yang dirilis pada tahun 1976 dengan rute yang melewati lintas Selatan, sebelum akhirnya dilebur menjadi Matarmaja yang melewati rute Malang-Semarang-Jakarta.
Perlu dibedakan, bahwa kereta api Madiun Jaya yang beroperasi saat ini juga pernah digunakan namanya dalam bentuk perjalanan kereta api diesel dari Madiun-Yogyakarta dan Madiun-Kandangan yang sempat dihapus pada Grafik Perjalanan Kereta Api (GAPEKA) 2023.
Peresmiannya dilakukan pada tanggal 1 Februari 2025 pada pukul 06.30, terdiri dari tiga bagian, peresmian dengan pemecahan kendi yang dilakukan oleh Suharjono, pemotongan pita sebagai tanda diresmikannya kereta api Madiun Jaya dan penyerahan bingkisan dari perwakilan penumpang, di mana pada kesempatan peresmian ini, perwakilan penumpang diambil dari tiga orang tercepat dalam pembelian kereta api Madiun Jaya bernomor ganjil ke arah Jakarta Pasar Senen.

Pada peresmian ini kereta api Madiun Jaya ditarik oleh CC2030105 (nomor lama CC20335) milik Depo Madiun dengan stamformasi rangkaian yang berada di paling depan merupakan kereta pembangkit stainless steel generasi pertama. Kereta api eksekutif mild steel dengan modifikasi trainmark F yang artinya dapat dipacu sampai 120 km/jam, yang mana umumnya kereta api eksekutif mild steel ini memiliki puncak kecepatan trainmark E atau 100 km/jam saja.

Di belakang eksekutif mild steel nya terdapat kereta api makan stainless steel, kereta ekonomi Premium 1 sampai dengan 6 yang mana merupakan rangkaian eks KA Kutojaya Utara yang dikirim ke Madiun pada malam sebelumnya. Kereta api eksekutif yang digunakan merupakan K1 0 86 06 dan K1 0 01 04 yang mana keduanya merupakan sarana milik Jakarta Kota, kepemilikan asli dari rangkaian Madiun Jaya ini, dengan kereta pembangkit, makan dan ekonominya masih merupakan sarana Kutoarjo yang dipindahtangankan ke Depo Jakarta Kota. Pada kesempatan kali ini saya naik di kereta Premium 5 yang mana saya mendapatkan arah maju sesuai laju kereta. Untuk Lokomotif sendiri, pada pedoman dukungan sarana Grafik Perjalanan Kereta Api direncanakan Madiun Jaya menggunakan CC201, tetapi pada peresmian kali ini digunakan CC203.

Rute kereta api Madiun Jaya melintasi jalur selatan via Yogyakarta-Purwokerto-Cirebon dengan pemberhentian yang cukup intens di Daerah Operasi 7 Madiun di antaranya; di Stasiun Barat atau Magetan, dan Stasiun Walikukun, sedangkan di Daerah Operasi 6 berhenti di Stasiun Sragen, Solo Balapan dan Yogyakarta. Rute ini juga cukup unik, kalau dibandingkan dengan kereta-kereta sejenis yang berakhir di Stasiun Pasar Senen. Kereta api Madiun Jaya memiliki pemberhentian yang hampir sama persis dengan kereta api unggulan di kelas Eksekutif dan Argo, misalnya saja kereta api Bima, Gajayana atau Manahan, kereta api tersebut memiliki pemberhentian yang sama persis dengan kereta api Madiun Jaya ini. Dengan waktu tempuh yang sedikit lebih pendek dari Fajar Utama Solo dan Mataram, pelari kereta selatan yang sudah lebih dulu menempuh kecepatan maksimum 120 km/jam.

Kereta api diberangkatkan tepat pada pukul 8 pagi dari Stasiun Madiun. Suasana di dalam kereta api Madiun Jaya di rangkaian yang saya tempati pada kesempatan perdana kereta api Madiun Jaya ini terpantau sudah cukup ramai oleh para penumpang yang sepertinya merupakan rombongan dari acara peresmian, di mana dari yang saya tanyakan kepada penumpang tersebut, merupakan anak magang yang sedang magang di Kantor Daerah Operasi 7 Madiun.
Tiba di pemberhentian pertama di Stasiun Magetan pada pukul 08.11. Saat kereta berhenti di sini, dibagikan souvenir berupa tumblr bertuliskan Madiun Jaya series dengan warna hitam. Tumblr tersebut dapat dilihat rinciannya di bawah.

Termasuk unik, mengingat Stasiun Magetan (dahulu Stasiun Barat) ini memberhentikan kereta api Madiun Jaya secara normal. Pasalnya, hanya beberapa kereta yang ekonomi dan campuran biasa yang berhenti normal di stasiun ini, katakan Kahuripan, Sri Tanjung, Singasari, Jayakarta, Matarmaja dan Brantas. Kereta api Madiun Jaya menjadi satu dari dua kereta api dengan kecepatan 120 km/jam yang berhenti di Stasiun Magetan ini, selain kereta api Jayakarta. Petak Madiun-Magetan sendiri tidak dipacu sampai kecepatan maksimal, hanya sampai 80 km/jam saja.
Kemudian, selepas Magetan barulah kereta dipacu sampai pada kecepatan maksimal. Meskipun begitu, seperti pada kebanyakan kereta Stainless Steel Generasi Pertama, guncangan pada puncak kecepatan termasuk cukup halus dan tidak berisik di petak Magetan-Solo Balapan. Kedatangan di Walikukun tepat waktu dan di Sragen awal 1 menit, kemudian lepas Sragen kereta akan lebih sering berbelok sampai menuju Stasiun Palur dan masuk di daerah kereta KRL Joglo. Kereta api Madiun Jaya berhenti di Solo Balapan pada pukul 09.19, lebih awal satu menit dari jadwal dan diberangkatkan pada pukul 09.25.
Kereta api di lintas Solo Balapan-Yogyakarta dapat dibilang memiliki masalah yang cukup serius pada bidang relnya, saat menuju bordes antara kereta makan dan premium satu, suara hentakan rel pada lintasan tersebut cukup berisi dan memekakan telinga. Pada kesempatan kali ini, kereta api Madiun Jaya berpapasan atau disusul oleh kereta KRL Joglo dari kedua arah. Naik Madiun Jaya di petak ini dengan bablas langsung sampai Jogja mengingatkan saya pada kereta api Mutiara Selatan yang pernah saya naiki, di mana waktu itu tingkat kebisingan rel di petak tersebut masih tidak terlalu buruk.
Kereta api Madiun Jaya masuk di Stasiun Yogyakarta pada jalur lurus pada pukul 10.07. Masuk di jalur 4 Stasiun Yogyakarta, di kereta makan sendiri, terlihat beberapa prama/prami menaikkan makanan yang cukup banyak untuk penumpang, ada Hokben, ada Nasi Rames dan beberapa makanan lainnya. Kereta api Madiun Jaya diberangkatkan di Stasiun Yogyakarta pada 10.12. Lepas Stasiun Yogyakarta, kereta api ini akan melintasi Kali Progo dan Tikungan Kalimenur, salah satu spot favorit di lintasan petak antara Wates-Yogyakarta.
Jelang masuk Stasiun Wates, pada pukul 10.30, kereta api Madiun Jaya menyusul KA 275 Pasundan tujuan akhir Stasiun Surabaya Gubeng menuju Kiaracondong dengan rangkaian kelas ekonomi tegak 106 Tempat Duduk.
Selama perjalanan di petak Yogyakarta-Purwokerto, kereta ini melaju dengan cukup kencang dengan ketibaan selalu lebih awal. Di Stasiun Kroya misalnya, kereta api Madiun Jaya berhenti di Kroya pada jam 11.50 yang bertemu dengan kereta api Argo Wilis dari Stasiun Bandung menuju Surabaya Gubeng yang kemudian diberangkatkan terlebih dulu ke arah Kutoarjo.

Madiun Jaya diberangkatkan tak berselang lama sekitar dua atau tiga menit. Pada petak antara Yogyakarta–Purwokerto, kereta api Madiun Jaya merupakan unggulan di antara kereta yang berterminus Pasar Senen, sedangkan secara keseluruhan kereta ini juga termasuk kereta yang boleh dibilang setara dengan Argo, mengingat waktu tempuhnya 2 jam lebih sedikit yang membuat kereta ini dengan nomor perjalanan ganjil sedikit lebih unggul dari kereta arah Gambir, katakan seperti Gajayana, Bima dan Manahan.
Kereta api Madiun Jaya mengambil percabangan ke kanan, arah Purwokerto-Cirebon dengan ketibaan di Stasiun Purwokerto pukul 12.18 menit, lebih awal satu menit. Kemudian, kereta diberangkatkan kembali menuju Cirebon. Pada petak ini, terdapat jalur berbelok-belok dengan pemandangan Gunung Slamet dan perbukitan yang cukup indah. Tak terasa di petak ini juga, cuaca mulai mendung di petak Prupuk-Cirebon Prujakan. Kemudian, hujan mulai turun di daerah Ciledug sampai Sindanglaut.
Kereta api Madiun Jaya melintas langsung di Stasiun Cirebon Prujakan pada pukul 14.00 dan masuk Stasiun Cirebon pada pukul 14.02. Di sini kereta api saya bertemu dengan kereta api Cakrabuana tujuan akhir Stasiun Cirebon yang sedang terparkir di jalur 4, di mana pada Grafik Perjalanan Kereta Api, kereta ini juga termasuk kereta baru yang dioperasikan dengan keberangkatan awal Stasiun Purwokerto jam 05.30. Kereta api saya juga dijadwalkan berpapasan dengan kereta api Gaya Baru Malam Selatan yang di GAPEKA 2025 ini menggunakan rangkaian idle Jayabaya. Tak lama, kereta api diberangkatkan dari Stasiun Cirebon sesuai jadwal pukul 14.10. Jadi, ketibaan di stasiun ini awal tiga menit dari jadwal yang seharusnya.

Di petak antara Cirebon-Cikampek, terdapat permasalahan yang paling sering terjadi, yaitu rel yang cukup berisik dan bergetar, hal itu baru diatasi setelah pintu bordes ditutup dan cukup menganggu juga dan bergema. Di petak ini juga, kereta api Taksaka yang sudah menjadi tiga kali perjalanan bertemu dua kali dengan Madiun Jaya. Kereta api Madiun Jaya bertemu dengan kereta api Taksaka Pagi di daerah Notog-Kebasen, kemudian Taksaka Siang di daerah Pegaden Baru. Pada petak ini juga, kereta api mengalami beberapa kali pembatasan kecepatan, yaitu di petak sinyal masuk Stasiun Cilegeh, Stasiun Kadokangabus dengan pembatasan hanya 60 km/jam. Lepas dari Stasiun Haurgeulis, sebagaimana jalur tersebut sudah dapat dipacu sampai 120 km/jam, kecepatan baru mencapai puncaknya saat di daerah Pabuaran-Cikampek.
Di Cikampek, kereta api Madiun Jaya bertemu dengan kereta api Harina Pagi dari Bandung tujuan Surabaya Pasar Turi via Cikampek, di sini kereta api Harina menggunakan rangkaian dari Depo Sidotopo, idle rangkaian Mutiara Selatan yang di mana rangkaian ini merupakan rangkaian yang sempat digunakan Argo Parahyangan pada GAPEKA 2023 yang lalu. Kereta mulai mengambil keccepatan tinggi saat di Kosambi-Karawang dan kereta api di Karawang berhenti cukup lama, sampai pukul 16.09. Kereta api ini di Karawang berhenti yang seharusnya menunggu disusul oleh kereta api Argo Bromo Anggrek, tetapi efek gogosan Karangjati-Gubug, kereta itu tidak melintas di Karawang. Sehingga, sampai pukul 16.09 menunggu waktu pemberangkatan.
Kereta api mulai melintas dengan kecepatan puncak 120 km/jam di petak Karawang sampai Bekasi. Sampai pada akhirnya, tiba di Stasiun Bekasi terlambat sekitar 4-5 menit, kereta diberangkatkan sesaat di Stasiun Bekasi setelah berhenti dan dilanjutkan ke Stasiun Jatinegara, kereta baru memasuki Stasiun Jatinegara pukul 16.57, terlambat 6 menit dari jadwal seharusnya dan mengakhiri perjalanan di Stasiun Pasarsenen pukul 17.10 dengan terlambat tujuh menit dari jadwal. Di Pasar Senen, terdapat kereta api Jayakarta yang baru saja diberangkatkan dari Stasiun Pasar Senen menuju Surabaya Gubeng dengan kecepatan baru mencapai 120 km/jam dan Kereta Api Majapahit di jalur 1 dengan tujuan akhir Stasiun Malang dengan kecepatan 120 km/jam juga.

Sehingga, kesimpulan trip dengan menggunakan kereta Premium Stainless Steel kereta api Madiun Jaya cukup menyenangkan dengan rate 8/10 dengan beberapa catatan kebisingan kereta yang cukup menganggu di beberapa titik dan keterlambatan yang mungkin dapat ditingkatkan menjadi seminimalisir mungkin. Setelah perjalanan ini juga didapatkan keluhan bahwa kereta api Eksekutif Madiun Jaya mengalami guncangan yang cukup signifikan saat dibawa pada kecepatan 120 km/jam. Hal itu juga dapat dijadikan evaluasi bagi operator terkait saran-saran yang sekiranya diperlukan untuk meningkatkan kualitas layanan kereta api ini kedepannya, mengingat pangsa pasar di Jalur Selatan cukup menjanjikan.
Flat sapienta prevalet (RED Citizen Journalism/Panji Arrashka)