IndonesiaKereta ApiRagam

KRL-KRL yang Menjadi Pelopor di Jabodetabek

Pelopor, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti “yang berjalan dahulu”. Pelopor merupakan sesuatu yang menjadi paling pertama di antara sesuatu yang lain dalam kategori yang sama. Ada banyak hal di dunia indah nan kecil ini yang memiliki pionir. Salah satunya perkeretaapian.
Kali ini, kami akan membahas tentang pelopor yang ada dalam perkeretaapian Indonesia, namun dalam lingkup Jabodetabek, alias perkeretalistrikan (KRL). Sejak pertama kali hadir di Indonesia saat masih bernama Hindia Belanda pada tahun 1925, tentunya sudah banyak sekali perkembangan yang terjadi di dalam jagat perkeretalistrikan Jabodetabek. Dan di setiap perkembangan itu, tentunya ada kereta yang menjadi pelopor dari setiap perkembangan tersebut, dan kereta lainnya pun mengikuti. Penasaran KRL apa saja yang menjadi pelopor dalam jagat perkeretalistrikan Jabodetabek?

1. KRL Pelopor Penampil Tujuan Bawaan

Pecinta KRL di zaman sekarang mungkin hanya mengenal KRL KfW dan KRL eks JR East 205-142F yang memiliki penampil tujuan bawaan yang benar-benar menginformasikan tujuan KRL yang benar kepada penumpang, bukan tujuan stasiun-stasiun di Jepang. Mungkin juga beberapa dari kalian pun menganggap bahwa merekalah pionirnya. Namun, anggapan itu salah.
KRL-KRL AC buatan PT INKA selalu dilengkapi dengan penampil tujuan di bagian muka

Penampil tujuan bawaan ini sebenarnya sudah diperkenalkan sejak KRL pertama kali hadir di Hindia Belanda. KRL-KRL yang diimpor dari Eropa ini memiliki penampil tujuan di bagian atas tengah muka kabin, dan bertuliskan “PRIOK” atau “MEESTER CORNELIS” karena pada saat itu KRL hanya melayani rute di antara kedua stasiun tersebut.

KRL ABB Hyundai, perhatikan penampil tujuan dan nomor KA di kiri-kanan lampu utama (foto: Wikipedia)
Fitur ini sempat menghilang di zaman KRL Rheostatik, karena KRL Rheostatik tidak dilengkapi dengan penampil tujuan. Namun kembali lagi sejak KRL-KRL non AC buatan PT INKA mulai bergulir. KRL ABB Hyundai, KRL BN Holec, dan KRL Hitachi semuanya punya penampil tujuan analog/rol, lengkap dengan penampil nomor KA. Pada masa-masa awal KRL secondhand Jepang beroperasi, atau saat KRL eks Toei seri 6000 mulai berdinas, penampil tujuan bawaan tidak dioperasikan dan ditiban tulisan “Express”. Namun, saat KRL eks JR East seri 103, penampil tujuan ini difungsikan dan diganti menjadi tujuan stasiun-stasiun di Indonesia.

KRLI yang merupakan KRL AC pertama buatan PT INKA juga memiliki penampil tujuan LED di bagian muka.

KRL seri 103 dengan penampil tujuan menunjukkan “Tangerang” (foto: Mr. Yasushi Hamada)
Fitur ini pun akhirnya dipakai pada KRL eks Toei 6161F, yang penampil tujuannya diganti menjadi LED dan dapat menampilkan tujuan-tujuan KRL Pakuan Ekspres pada saat itu. Namun sayangnya penampil tujuan ini mengalami error pada salah satu bagian, dan menampilkan tulisan yang samar-samar terbaca “VADAPTA RIGO” padahal seharusnya “JAKARTA KOTA”. Fitur ini pun sempat dicoba untuk diaplikasikan pada KRL eks Tokyu 8007F, namun senasib dengan 6161F, penampil tujuannya akhirnya rusak dan tidak pernah menyala lagi.
Tokyu 8007F dengan penampil tujuan yang menunjukkan tujuan Jakarta
KRL berikutnya yang memiliki fitur penampil tujuan aktif adalah KRL eks Tokyu 8610F. Penampil tujuan di KRL ini dimodifikasi besar-besaran, tulisan Jepang ditutup cat hitam dan diganti dengan tulisan putih nama-nama stasiun tujuan akhir di Jabodetabek, seperti Manggarai, Bekasi, Tanah Abang, Jakarta Kota, dan Bogor. Namun sebelumnya 8610F juga sudah pernah dimodifikasi penampilnya sedikit. Penampil tujuan dari Tokyu 8607F juga dimodifikasi namun bukan dengan tujuan KRL, tapi layanan KRL. Beberapa KRL lain juga dimodifikasi serupa.
Tokyu 8610F, dengan modifikasi awal pada penampil tujuan
Tokyu 8607F

Modifikasi juga dilakukan pada KRL-KRL eks Tokyo Metro seri 6000 dan 05 yang masih menggunakan penampil analog/rol. Modifikasi dilakukan oleh PT KCJ, namun tidak ada satupun penampil tujuan KRL-KRL tersebut yang berfungsi dengan baik dan pada akhirnya dibiarkan pada posisi putih kosong atau dibuang.

Penampil tujuan bagian samping pada 05-102 bertuliskan “DEPOK TUJUAN JATINEGARA”
Sukses baru tercapai ketika penampil tujuan pada KRL eks JR East 205-142F dimodifikasi. Penampil tujuan pada muka kereta berkabin berhasil dimodifikasi dan selalu beroperasi setiap kali KRL ini berdinas, menampilkan tujuan akhir kereta.

205-142F tujuan Bogor
205-142F tujuan Jakarta Kota

2. KRL Pelopor Layar Televisi

Mungkin selama ini yang kalian tahu hanyalah KRL seri 205 yang memiliki TV, dan satu-satunya seri KRL yang dilengkapi TV. Tapi tidak, karena TV sudah hadir di dalam rangkaian KRL sebelum KRL seri 205 datang ke Indonesia. Ide di balik pemasangan TV ini sangat cemerlang, namun belum dapat terlaksana dengan baik. Tapi, ide pemasangan TV di KRL ini berjalan sukses di era KRL seri 205.
Tokyo Metro 5816F “Djoko Vision”. Djoko Vision, bukan yang lain!
KRL ber-TV pertama adalah KRL eks TOkyo Metro 5816F yang kita kenal dengan nama yang wuek dan aneh KRL Djoko Vision. KRL ini per tiap keretanya memiliki 4 unit TV yang diposisikan di rak barang dekat pintu-pintu KRL. Sehingga total ada 32 unit TV di dalam rangkaian ini. Proses pengerjaannya membutuhkan waktu hingga 5 bulan. KRL 5816F setelah rampung perawatan akhir lengkap di DIpo Depok, beroperasi kembali pada tanggal 21 Juni 2012. Namun sayangnya KRL ini kini tidak lagi beroperasi karena sulitnya suku cadang.

Informasi yang ditampilkan pada TV Djoko Vision

Selanjutnya adalah KRL KfW buatan PT INKA. TV pada rangkaian KRL KfW diletakkan di atas pintu. Tiap kereta memiliki 6 unit TV, sehingga dalam 1 rangkaian (4 kereta) terdapat 24 unit TV. Fitur yang ada di TV ini adalah train positioning. Namun terdapat juga fitur yang gak lazim: buat muter MP3 dan nonton film! Sayangna semua unit TV sudah dicabut dari KRL KfW, karena posisinya yang kurang strategis.

KRL KfW di Stasiun Tanjung Priok
TV di KRL KfW saat berdinas sebagai feeder Kampung Bandan. Buat muter empitri!

Selanjutnya adalah KRL eks Tokyo Metro 6107F. Di dalam rangkaian ini hanya memiliki 2 unit TV saja, dan hanya ditemukan pada 2 kereta. TV ini digunakan untuk memberikan informasi pada penumpang wanita karena dulu rangkaian ini beroperasi sebagai Rangkaian Khusus Wanita. TV ini sampai sekarang masih hidup, namun informasi yang ditampilkan sudah sangat ketinggalan zaman, tidak pernah diperbarui.

KRL eks Tokyo Metro 6107F
TV yang error di 6607

Dan kini, TV adalah barang umum yang dapat ditemui di dalam KRL seri 205. Seluruh KRL seri 205 dari jalur Saikyo dan Yokohama memiliki 2 unit TV pada setiap kereta dengan 4 pasang pintu per sisi. Pelopor TV di rangkaian KRL seri 205 adalah 205-142F yang merupakan favorit salah satu kontributor kami. Layar TV ini banyak yang menyebutnya dengan sebutan “MacroAd” dan diisi dengan tayangan-tayangan menarik yang membuat perjalanan gak ngebosenin.

Layar MacroAd pada salah satu KRL seri 205, dalam keadaan mati
Layar MacroAd di 205-142 yang hidup

3. KRL Pelopor Perjalanan dengan Formasi 10 Kereta

Formasi 10 kereta selalu identik dengan KRL seri 205. Namun, tahukah kalian bahwa KRL pertama yang beroperasi 10 kereta adalah KRL eks Toyo Rapid 1080F? Ya, KRL ini sempat beroperasi dengan formasi 10 kereta meskipun hanya sehari, yaitu saat peluncuran KRL Ekonomi AC Southline Manggarai-Depok PP.
KRL eks Toyo Rapid 1080F, sempat beroperasi dengan formasi 10 kereta

4. KRL Ekspres AC Pertama di Jabodetabek

KRL eks TOei 6000, bukan KRL AC pertama di Indonesia

Selama ini kita sama-sama mengetahui bahwa KRL eks Toei seri 6000 adalah KRL modern berpendingin udara (AC) yang pada zaman dahulu kala hanya didinaskan untuk layanan KRL Ekspres AC. Namun tahukah anda bahwa KRL Toei ini bukanlah KRL ber-AC pertama di Indonesia?

KRL Pakuan Utama AC (foto: Seiji Takahashi)

Salah satu set KRL Rheostatik Stainless buatan tahun 1986 dimodifikasi pada tahun 1992 untuk digunakan sebagai KLB Kepresidenan dalam peresmian jalur layang Manggarai-Jakarta Kota. Setelah peresmian selesai, KRL tersebut tidak digunakan lagi untuk keperluan apapun. Perumka akhirnya mengambil inisiatif untuk mengadakan layanan Pakuan Utama AC dengan rute Bogor-Jakarta Kota dengan menggunakan rangkaian tersebut. Rangkaian KRL itu telah dimodifikasi interiornya, kursinya menggunakan kursi kereta eksekutif jarak jauh, dengan 2 buah AC sentral pada setiap kereta berkabin masinis. Sedangkan pada kereta motor tetap tidak menggunakan AC dan menggunakan kursi kereta bisnis jarak jauh..

5. KRL Pelopor Formasi Tidak Asli Bawaan Pabrik

Sampai saat ini, sudah banyak sekali rangkaian KRL yang pernah atau masih beroperasi di Indonesia yang formasinya sudah tidak asli bawaan pabrik. Terlebih pada zaman KRL Ekonomi masih beroperasi dulu, bahkan KRL Holec yang alat perangkainya batangan pun tidak luput dari pengacakan. Pengacakan ini ada bermacam-macam jenisnya, yaitu “catdog” atau satu rangkaian dengan kabin yang bukan pasangan aslinya, dan pengacakan kereta tengah. KRL AC pun tiak luput dari pengacakan, seperti misalnya rangkaian dengan formasi “catdog” yaitu 8039/8008, 8007/8040, 205-123/204-54, dan 6181/6168, belum termasuk dengan rangkaian yang hanya bertukar kereta tengah. Pengacakan rangkaian ini memiliki banyak sebab, di antaranya karena kecelakaan atau untuk menggantikan kereta yang rusak.

KRL Rheostatik Catdog (foto: Seiji Takahashi)
KRL Rheostatik Catdog dan KRL seri 205, sebuah momen langka yang pernah terjadi

Salah satu rangkaian dengan formasi tidak asli pertama adalah KRL Rheostatik dengan nomor rangkaian K3 1 86 18 – K3 1 86 17 – K3 1 84 08 – K3 1 84 07 (eks. KL3 86118 – KL3 86117 – KL3 84108 – KL3 84107, eks KL2 86106 – KL2 86109 – KL2 84101 – KL2 84102, eks KL3 dengan nomor tidak diketahui). Rangkaian KRL Rheostatik berbeda batch dan berbeda bentuk ini disatukan setelah kecelakaan Ratujaya tahun 1994, yang mengakibatkan 2 kereta dari masing-masing rangkaian rusak parah. 2 kereta yang selamat disatukan menjadi 1 rangkaian formasi 4 kereta. Hal serupa juga terjadi pada KRL AC dengan nomor rangkaian 205-123/204-54, yang disatukan karena kecelakaan di Stasiun Juanda tahun 2015 lalu.

KRL eks JR East 205-123F, formasinya sudah tidak asli karena kecelakaan

6. KRL Ekonomi AC Pertama

KRL Ekonomi AC merupakan layanan KRL ekonomi dengan armada KRL AC yang diluncurkan pada tahun 2007. Bukan jalur Bogor yang pertama kali menikmati layanan KRL Ekonomi AC ini, namun jalur Serpong, dengan nama “Ciujung”. KRL Ciujung ini pada awal-awal pengoperasiannya menggunakan KRL eks Toei 6281F dengan formasi 6 kereta.

Toei 6281F “Ciujung”

7. KRL Pelopor Perjalanan dengan Formasi 12 Kereta

Formasi 12 kereta adalah identik dengan KRL asal jalur Nambu, tetapi tahukah Anda, bahwa KRL 12 kereta yang pertama bukanlah 205-86F+205-88F, tetapi malah 205-120F?
Benar. Pada bulan Mei 2015, rangkaian KRL eks JR East 205-120F yang pada hari sebelumnya mengalami gangguan AC di Pasar Minggu dijalankan dengan formasi 12 kereta dengan meminjam dua kereta motor dari 205-89F, yaitu 205-238 dan 204-239.
205-120F dengan formasi 12 kereta
Sementara KRL asal jalur Nambu yang pertama berjalan dengan formasi 12 kereta adalah 205-86F+205-28F, yang melakukan percobaan pada tanggal 7 Juli 2015. Sedangkan KRL yang pertama kali beroperasi mengangkut penumpang dengan formasi 12 kereta adalah 205-86F+205-88F. 
205-86F+205-28F memasuki Stasiun Depok pada uji coba pertamanya di Indonesia
205-86F+205-88F sebagai KA 1172 di Stasiun Jakarta Kota

Itulah 7 KRL pelopor yang berhasil kami rangkum untuk kalian semua. Ternyata, perkeretalistrikan Jabodetabek itu memiliki warna-warni yang menghiasi perkembangannya dari tahun ke tahun. Sekarang udah gak penasaran lagi kan sama pelopor-pelopor yang ada di Jabodetabek?

RE Digest | Tim REDaksi: MPSCLFJRN, TB Aji, Ikko HF

Ikuti kami di WhatsApp dan Google News


Tinggalkan komentar...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

×