IndonesiaKereta ApiSejarah KA

Stasiun Pulau Baai, Stasiun di Bengkulu yang Terlupakan

RIO-STASIUN KERETA API PL BAY TERBENGKALAI (1)
Kondisi bangunan Stasiun Pulau Baai pada tahun 2015 (Bengkulu Ekspres)
Mungkin banyak dari kita para railfans, dan Penulis pun tidak malu untuk mengaku demikian, yang hanya tahu satu-satunya stasiun di Provinsi Bengkulu adalah Stasiun Kotapadang yang berada di jalur KA Prabumulih-Lubuklinggau di Divisi Regional 3 Sumatera Selatan dan Bengkulu PT KAI.
Akan tetapi, sesungguhnya ada satu stasiun kereta api lagi yang berada di Provinsi Bengkulu. Namun kisahnya sangat menyedihkan karena stasiun ini telah dibuat sebelum relnya ada, dan pada akhirnya karena proyek pembangunan rel KA di sana terhenti tidak jelas alasannya dan relnya saja tidak ada, lantas pada akhirnya stasiun ini terlupakan begitu saja, sehingga sampai hari ini Kotapadang menjadi satu-satunya stasiun KA yang operasional di Bengkulu dan tidak banyak yang tahu akan stasiun ini.
Stasiun tersebut memang sampai hari ini belum pernah mempunyai nama resmi, akan tetapi karena lokasinya yang terletak di dekat Pelabuhan Pulau Baai, maka stasiun ini memang sering disebut dengan nama Stasiun Pulau Baai. Pembangunan stasiun ini sudah direncanakan sejak 2005, mulai dibangun dari tahun 2007, dan rampung pada Agustus 2008, sebagai bagian dari proyek jalur KA dari Pelabuhan Pulau Baai menuju Muara Enim, di mana stasiun ini direncanakan akan terhubung dengan jalur utama di Stasiun Kotapadang yang telah lama ada dengan jarak 310km.

Proyek ini dicangangkan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Bengkulu, dan juga sebagai program nasional untuk memperlancar lalu lintas angkutan batubara. Selain untuk operasional angkutan batubara, Stasiun Pulau Baai ini juga rencananya akan melayani angkutan penumpang ke Kotapadang dan Kertapati serta terkoneksi dengan Pelabuhan Pulau Baai. 

Stasiun Pulau Baai ketika baru jadi, Agustus 2008 (Bengkulubox-Flickr)
Sayangnya, akibat kontraktor yang dipercaya pemerintah, yaitu PT Pathaway mengalami gangguan stabilitas keuangan akibat krisis moneter dunia kala itu serta lebih memprioritaskan pengaturan alur masuk pelabuhan, dan permasalahan akibat ijin dengan Departemen Kehutanan (Sekarang kementrian kehutanan) karena sebagian trase jalurnya melewati hutan lindung yang entah mengapa kemudian seakan tak pernah selesai, perlahan-lahan proyek tersebut terlupakan dan Stasiun Pulau Baai pun menjadi terlupakan. Bangunan stasiun pun menjadi tak terurus dengan genangan air dan rerumputan liar mengepungnya. Gedung ini karena letaknya berada di tengah kebun sawit milik PT Pelindo dan jauh dari aktivitas warga, juga pada akhirnya tidak dapat diberdayakan jadi apa-apa.
Pada tahun 2014, pernah ada tender dari pemerintah yang diminati oleh konsorsium nasional dan internasional serta kajian DED (Detailed Engineering Design), dan kontrak pembebasan lahan serta kontrak kerja mulai ditandatangani awal 2015, ternyata di periode tersebut, entah mengapa, proyeknya masih belum saja jalan.
Pada Oktober tahun 2015, tim redaksi Bengkulu Ekspres mendatangi stasiun yang sudah terlupakan hampir 10 tahun dan mendapati kondisinya telah hancur berantakan. Kaca-kaca telah pecah atau hilang digondol maling, toiletnya sudah sangat jorok, genting pada atapnya sudah lepas sebagian. Apalagi karena ternyata tokoh lokal yang diamanatkan menjaga stasiun ini yaitu Mbah Sukir, telah meninggal dunia lebih dari setahun lalu (2014-Penulis).

Mencari keberadaan bangunan stasiun ini memang agak sulit. Pasalnya, bangunan Stasiun Pulau Baai tersembunyi dibalik tingginya semak belukar di lahan milik PT Pelindo. Namun anda bisa mencari keberadaan stasiun ini menggunakan aplikasi Google Street View, Google Earth, maupun Google Maps dengan mengetikan alamat Jl. Pelabuhan Bengkulu di kotak pencarian. 

Gedung Stasiun Pulau Baai dari kejauhan, Agustus 2015 (Google Street View)
Lokasi Gedung Stasiun Pulau Balai (Kotak merah) (Google Maps, penambahan kotak merah oleh penulis)
Meski demikian, tampaknya pemerintah Bengkulu masih saja optimis akan proyek ini, apalagi proyek ini ternyata masuk dalam paket proyek KA 2016. Meski mereka memang belum berani memberikan waktu pengerjaan karena menunggu kesiapan pusat serta proyek Sulawesi lebih diprioritaskan (meski pada akhirnya terpaksa sementara berhenti) maka tampaknya proyek ini masih akan butuh waktu yang sangat lama untuk (pada akhirnya) mulai dan menjadi kenyataan.
Entah apa yang akan terjadi dengan melihat kondisi banyaknya proyek KA yang mangkrak dan terkesan tidak ada prioritas akhir-akhir ini, tapi Penulis hanya bisa berharap suatu saat proyek ini akan terwujud mengingat proyek ini juga dapat secara tidak langsung mengurangi beban jalur KA ke Lampung untuk pengangkutan Batu Bara karena batu bara juga dapat dikirim dari Bengkulu jika suatu saat rel KA ini terhubung ke jalur utama Kotapadang-Tanjung Enim.
Sumber
Railway Enthusiast Digest|Ikko Haidar Farozy

Ikuti kami di WhatsApp dan Google News


Tinggalkan komentar...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

×