JR West, Keluarga Korban, dan Korban Selamat Peringati 13 Tahun Tragedi Amagasaki
Perbandingan foto lokasi kecelakaan pada tahun 2005 (kanan) dengan lokasi kecelakaan pada 25 April 2018 kemarin (kiri) |Foto: Kyodo via Japan Today |
[27/04] – Tanggal 25 April bagi kita mungkin merupakan hari yang biasa. Tetapi di Jepang, 25 April menjadi tanggal di mana telah terjadi sebuah kecelakaan KA terburuk dalam sejarah perkeretaapian Jepang sejak kecelakaan KA di Stasiun Tsurumi pada tahun 1963, yaitu kecelakaan KRL di Jalur Fukuchiyama dekat Stasiun Amagasaki yang terjadi pada tahun 2005 silam yang dikenal dengan nama Tragedi Amagasaki.
Kecelakaan ini melibatkan sebuah rangkaian KRL seri 207 milik West Japan Railway Company (JR West) yaitu 207-17F+207-1033F yang sarat penumpang jam sibuk pagi yang anjlok akibat melanggar batas kecepatan di sebuah tikungan tajam. Akibatnya rangkaian anjlok sebelum kemudian menabrak gedung apartemen dengan kerusakan parah pada tiga kereta depannya. 107 orang termasuk sang masinis tewas, sedangkan 562 orang lainnya mengalami luka-luka.
Lokasi kejadian sesaat setelah terjadinya kecelakaan | Foto: 捕澤, Wikipedia |
Berdasarkan hasil investigasi kemudian diketahui masinis melanggar batas kecepatan akibat mengejar keterlambatan dikarenakan tertekan akibat menghadapi sanksi disipliner terhadap masinis oleh JR West kala itu yang terlalu keras, sehingga ia tak dapat fokus mengendalikan keretanya. Pada saat kecelakaan diketahui rangkaian melaju dengan kecepatan 116 km/jam di tikungan dengan batas kecepatan 70 km/jam, dengan hasil simulasi memberikan hasil bahwa rangkaian akan anjlok di atas 106 km/jam.
Keluarga korban menganggap pihak JR West telah gagal mengambil langkah yang semestinya untuk mencegah terjadinya kecelakaan dengan memasang perangkat ATS dan juga mengkritisi sanksi disipliner terhadap masinis yang dianggap terlalu keras. Empat petinggi JR West dituntut ke pengadilan atas kelalaian profesional, namun kemudian dibebaskan oleh jaksa penuntut dikarenakan mereka tidak mempunyai kesempatan untuk menyadari bahaya dan saat itu belum wajib secara hukum untuk memasang sistem keselamatan.
Pada tanggal 25 April 2018 kemarin, berdasarkan yang dilansir dari Asahi Shimbun, sebanyak 859 orang dari pihak JR West, keluarga korban, dan korban selamat mengadakan acara peringatan 13 tahun Tragedi Amagasaki di lokasi terjadinya kecelakaan. Pada pukul 09:18 waktu setempat, yang juga waktu terjadinya kecelakaan dilakukan proses mengheningkan cipta yang diwarnai klakson sebuah KRL Rapid sebagai peringatan atas kejadian tersebut.
Setelah proses mengheningkan cipta, Presiden JR West Tatsuo Kijima memberikan pidato dan berkata “Kami seketika merenggut banyak sekali jiwa yang berharga. Saya tidak bisa melakukan apa-apa selain meminta maaf”. Ia juga menyentuh insiden keretakan bogie pada Shinkansen yang terjadi Desember tahun lalu dan menyebutnya sebagai “peringatan keras” yang “menggoyahkan kepercayaan terhadap keselamatan”, serta berjanji “Akan dengan rendah hati berkaca pada apa yang masih kurang dalam manajemen kami (JR West)” dan “Tanpa henti mengejar keselamatan”.
Sementara itu seorang korban selamat, Fumiko Tamaki, menceritakan pengalaman dirinya yang berada di kereta ketiga pada saat kejadian. Ia terlempar akibat benturan dan beberapa saat setelah evakuasi jantungnya sempat berhenti berdetak, dan setelahnya memerlukan hingga 20 operasi untuk pemulihan. Ia sangat sedih ketika teringat insiden keretakan bogie Shinkansen yang terjadi Desember lalu dan mengatakan “Kecelakaan ini mengubah segalanya dalam hidup kita. Apakah sia-sia jika kejadian ini (Tragedi Amagasaki) tidak memberikan pelajaran permanen untuk JR West?”
Selain pidato oleh Presiden JR West, mengutip dari Japan Today, pihak keluarga dan pejabat JR West juga menabur bunga di lokasi kecelakaan. Blok apartemen yang berada di lokasi kecelakaan ini telah dibeli JR West sebagai monumen abadi, yang sejak 2016 telah dibongkar perlahan. Blok apartemen ini awalnya mempunyai 9 tingkat, namun sekarang menjadi 4 tingkat saja yang berbentuk menjadi seperti anak tangga, di mana kerusakan akibat kecelakaan dibiarkan apa adanya, dan ditutup sebuah atap busur sebagai proyek konstruksi monumen.
JR West merencanakan lokasi kecelakaan ini dijadikan monumen yang memuat nama-nama korban serta perpustakaan yang memuat dokumen yang relevan dengan kecelakaan sebagai pelajaran untuk masa depan.
Referensi
RED | Ikko Haidar Farozy