Tegal Bahari, Jejak Terakhir Kereta Bisnis #BisnisLaris
REDigest.web.id – Kereta kelas bisnis rasanya sudah menghitung waktu menuju akhir dari eksistensinya di dunia perkeretaapian Indonesia. Rencana penghapusan kereta kelas bisnis yang sudah terlihat ketika produksi kereta bisnis terakhir dilakukan pada tahun 1996 serta dengan PT KAI yang mulai melakukan penggantian kereta kelas bisnis secara bertahap mulai tahun 2010 dan dalam skala besar mulai tahun 2016, terlihat sudah membuahkan hasil di mana per 1 November 2024, baik di Pulau Jawa dan Sumatra, hanya ada enam KA yang memiliki kelas bisnis dalam susunan rangkaiannya dan seluruhnya adalah kereta kelas campuran kelas bisnis dan eksekutif.
Kereta-kereta tersebut adalah Gumarang (Pasar Senen-Surabaya Pasar Turi PP), Tegal Bahari (Pasar Senen-Tegal PP), Mutiara Timur (Surabaya Pasar Turi-Ketapang PP), Banyubiru (Semarang Tawang Bank Jateng-Solo Balapan PP), Sribilah (Medan-Rantauprapat PP), dan Sindang Marga (Kertapati-Lubuklinggau PP). Pada tanggal yang sama, kereta api Ranggajati (Cirebon-Jember PP) dan juga kereta api Argo Cheribon fakultatif (Cirebon-Gambir PP) yang menggunakan rangkaian kereta api Ranggajati yang sedang idle di Cirebon resmi menggunakan kereta ekonomi new generation modifikasi Balai Yasa Manggarai. Keberadaan kereta ekonomi new generation yang dianggap lebih nyaman dalam berbagai aspeknya, membuat kereta bisnis pun semakin tergeser.
Pada kesempatan kali ini, mari kita mencoba untuk menikmati perjalanan kelas bisnis pada masa-masa terakhirnya terutama untuk di Pulau Jawa, di mana pada kali ini, penulis menaiki kereta api Tegal Bahari yang merupakan kereta api kelas eksekutif dan bisnis dengan rute Pasar Senen-Tegal PP dan menggunakan rangkaian idle kereta api Gumarang yang ada di Stasiun Pasar Senen, Jakarta.
Perjalanan menggunakan Kereta Kelas Bisnis Tegal Bahari
Awal Perjalanan dan Sekilas Kereta Bisnis
Penulis melakukan perjalanan menggunakan kereta api Tegal Bahari ini pada 8 Agustus 2024. Nantinya, kereta ini akan diberangkatkan sebagai kereta api Gumarang menuju Surabaya pada malam harinya setibanya dari Tegal. Penulis menaiki kereta api ini dari Jatinegara dikarenakan pada saat perjalanan penulis menuju Tegal, terdapat pengerjaan eskalator di Stasiun Pasar Senen, sehingga kereta-kereta keberangkatan Stasiun Pasar Senen berhenti juga di Jatinegara. Penulis menaiki kereta kelas Bisnis pada kereta Bisnis 1 dari total 9 kereta bisnis dalam 1 rangkaian dengan nomor seri K2 0 86 23 milik Depo Kereta Surabaya Pasar Turi (SBI).
Sesampainya kereta api Tegal Bahari di Stasiun Jatinegara, penulis pun langsung menuju kursi penulis yang ada di nomor 9A. Pada cuaca siang hari yang terik, pendingin udara yang digunakan tidak begitu terasa hawa dinginnya, walaupun kondisi di dalam kabin kereta masih cukup dingin terutama untuk area di dekat unit AC, sehingga tidak sampai membuat berkeringat. Selain itu, kondisi kereta yang kosong juga mempengaruhi suhu di dalam kereta.
Sebagai kelas yang hanya menunggu waktu penghapusannya, maka kereta bisnis juga memiliki interior yang tidak mengalami pembaruan apapun dibandingkan kelas eksekutif dan ekonomi, dan interiornya selain kursinya cenderung mirip dengan kereta kelas ekonomi kursi tegak dengan 106 tempat duduk. Kursi kereta bisnis sendiri memiliki kapasitas 64 tempat duduk, dan penumpang dapat memutar arah kursi namun tidak dapat mengatur kemiringan sandarannya.
Makan Siang di Kereta Makan
Penulis juga menyempatkan diri untuk makan siang di kereta makan dari kereta api Tegal Bahari. Kereta api Tegal Bahari ini menggunakan kereta makan dengan nomor seri M1 0 98 02, yang uniknya menggunakan AC split untuk membantu kerja AC sentral yang hanya terdapat 1 unit pada kereta ini. Meskipun demikian, penulis juga mengharapkan bahwa kereta makan ini juga dapat menjalani rehabilitasi seperti kereta makan lainnya yang sudah menjalani perbaikan besar-besaran dengan interior yang lebih mewah serta memiliki kapasitas pelanggan lebih banyak.
Kereta api Tegal Bahari sepanjang perjalanannya berjalan dalam kecepatan maksimal 100 km/jam, dan berdasarkan pengalaman penulis, walaupun merupakan kereta rangkaian panjang, namun tidak terasa bahwa kereta ini berjalan lebih pelan dari kereta api jarak jauh lainnya yang umumnya hanya terdiri dari 8 hingga 12 kereta dalam satu rangkaiannya. Sepanjang perjalanan, kereta api Tegal Bahari berhenti di Bekasi, Cikarang, Jatibarang, Cirebon Kejaksan (pada saat penulis melakukan perjalanan, karena mulai 1 September 2024 kereta api ini mulai berhenti di Stasiun Cirebon Prujakan), Babakan, Brebes, dan mengakhiri perjalanan di Stasiun Tegal.
Penulis tiba di Stasiun Tegal tepat waktu pada pukul 14.45, di mana kereta api Tegal Bahari akan berangkat kembali pada pukul 15.15 menuju Stasiun Pasar Senen di Jakarta. Penulis sendiri tidak langsung kembali ke Jakarta pada saat itu.
Akhir dari Perjalanan Kereta Kelas Bisnis
Memang, kereta api bisnis merupakan kelas yang dianggap merupakan “sweet spot” karena kelasnya yang berada di tengah-tengah antara kelas eksekutif dan ekonomi, sebelum PT KAI mulai menyederhanakan kelas kereta menjadi hanya eksekutif dan ekonomi (di luar kelas kereta mewah seperti luxury dan compartment suites). Dilansir dari VIVA.co.id, pada tahun 2014, kereta api bisnis pun sudah direncanakan untuk dihapus oleh PT KAI pada saat masa direktur utama Ignasius Jonan.
Namun, sejak adanya kereta ekonomi new generation yang kapasitasnya lebih banyak (72 tempat duduk) namun dengan kenyamanan dari kursi yang bisa diputar dan diatur sandarannya, peran kelas bisnis pun sudah dianggap dapat digantikan, terutama dengan kapasitas kereta kelas bisnis yang lebih sedikit, yaitu sejumlah 64 tempat duduk (dengan hanya 60 tempat duduk yang dijual karena 4 kursi yang menghadap toilet tidak dijual karena ruang kaki yang sempit). Selain itu, penggunaan AC sentral pada kereta ekonomi new generation menjadikan kereta kelas bisnis semakin menjadi “tertinggal” dalam hal pelayanan dan menjadi alasan lain untuk penghapusan kelas ini.
Mengingat kereta api Tegal Bahari dan Gumarang memiliki rangkaian panjang, hingga artikel ini ditulis, belum ada kabar lebih lanjut mengenai kereta api ini akan menggunakan kelas ekonomi new generation, baik yang merupakan rangkaian baru dari PT INKA atau hasil modifikasi Balai Yasa Manggarai terutama karena kereta rangkaian panjang membutuhkan jumlah armada yang mencukupi serta penggunaan kereta makan dan pembangkit seperti pada kereta api Jayakarta dan Kertajaya, mengingat penggunaan AC sentral akan membutuhkan daya lebih. Namun hal yang pasti adalah cepat atau lambat, seluruh kereta api yang memiliki kelas bisnis akan segera tergantikan, khususnya dengan semakin banyaknya kereta ekonomi new generation yang beroperasi.
Akan tiba masanya kelak, kita akan mengucapkan “Sayonara, kereta kelas bisnis (K2)!” (RED/FDM)