Berita KAIndonesiaKAI CommuterKereta Api

Bagaimana Kabar Peremajaan KRL Commuter Line Jabodetabek?

Ilustrasi: Rangkaian KRL seri 8000 eks Tokyu di Stasiun Manggarai | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

REDigest.web.id, 10/2 – Sekitar sebulan lamanya sejak laporan Agus Pambagio mengungkapkan rencana pemensiunan 28 rangkaian KRL pada periode 2023 hingga 2024 karena masa pakai yang habis mengemuka ke ranah publik. Padahal, KRL baru buatan INKA baru akan tersedia setidaknya mulai 2025. Selain itu, ia juga mengemukakan KAI Commuter telah merencanakan impor KRL bekas, tetapi saat ini progresnya terkendala oleh Kementerian Perindustrian.

Lantas, pada bulan ini, apa kabar rencana peremajaan tersebut? Sayangnya, belum ada informasi publik terkait ini hingga kini. Tim REDaksi belum lama ini menanyakan kepada salah satu sumber internal di Direktorat Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian mengenai impor KRL bukan baru maupun pengadaan baru.

Sayangnya, hingga artikel ini terbit, belum ada respon lebih lanjut terkait hal tersebut. Padahal, situasi KRL Commuter Line di Jabodetabek saat ini dapat dibilang genting.

Ketersediaan Rangkaian Saat Ini

KRL seri 05 eks Tokyo Metro saat ini menjadi jenis KRL yang paling sedikit beredar, dengan sisa empat rangkaian. Satu di antaranya bahkan sudah lama tidak beredar. | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

Mengutip data Litbang GM-MarKA, KRL Jabodetabek saat ini memiliki total 106 rangkaian. Rinciannya, 17 rangkaian dengan stamformasi (SF) pokok 8 kereta, 47 rangkaian dengan SF pokok 10 kereta, dan 42 rangkaian dengan SF pokok 12 kereta. Ini merupakan keadaan pokok atau standar rangkaian, ketika tidak ada pemotongan stamformasi.

Berdasarkan pantauan Tim REDaksi, KAI Commuter mengoperasikan 95 rangkaian pada hari kerja dan 90 rangkaian pada hari libur pada GAPEKA 2021. Jumlah ini terdiri dari 41 (37 pada hari libur) rangkaian Lin Bogor, 23 rangkaian Lin Cikarang, 22 (21 pada hari libur) rangkaian Lin Rangkasbitung, 6 rangkaian Lin Tangerang, dan 3 rangkaian Lin Tanjung Priok. Sehingga menyisihkan buffer atau bantalan 12 rangkaian yang dapat tidak berdinas.

Setiap bulan, selalu ada setidaknya 2 rangkaian KRL yang menjalani proses P48, seperti KRL seri 205 di gambar ini | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

Dari ke-12 rangkaian ini, 2 sampai 3 rangkaian menjalani perawatan 48 bulanan (P48). Sementara, 4 rangkaian menjalani perawatan 24 bulanan (P24). Sisanya, 5 hingga 6 rangkaian ini pun harus berbagi antara yang menjalani perawatan rutin, ataupun harus menjalani perbaikan sehingga tidak berdinas, serta cadangan.

Saat ini, belum ada rencana publik mengenai penambahan perjalanan KRL pada grafik perjalanan KA (GAPEKA) berikutnya. Akan tetapi, besar kemungkinan jadwal perjalanannya akan ditambah. Tentunya, ini membutuhkan penambahan rangkaian kereta listrik.

Dampak Kekurangan Rangkaian

Kepadatan Stasiun Tanah Abang | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

Bila impor KRL bekas tidak dilakukan sementara pemensiunan sarana harus terlaksana, pelayanan KRL bisa terganggu. Sebab, KAI Commuter akan dilanda dilema pada pilihan pemensiunan atau pemaksaan operasional sarana yang habis masa pakainya.

Dua opsi ini punya risiko yang tinggi. Sarana yang dipurnatugaskan karena masa pakainya habis dapat mengurangi jumlah sarana yang dapat beroperasi. Sedangkan, memaksakan sarana yang sudah tak ideal bisa berpengaruh pada kualitas pelayanan KRL di Jabodetabek. (RED/IHF)

Ikuti kami di WhatsApp dan Google News


Tinggalkan komentar...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

×