[OPINI] Stasiun Cawang: Demi Tuhan Kau Sebut Ini Integrasi?
Problematika Cawang
Jika kalian berharap Cawang bisa dibuat seperti Sudirman, sayangnya tidak semudah itu. Ada 1 hal yang membedakan Cawang dengan Sudirman: jalan alternatif.
Jl. Blora dan Jl. Kendal memang ditutup sehingga hanya bisa dilewati oleh pejalan kaki yang hendak melanjutkan perjalanan menggunakan MRT dari Stasiun Dukuh Atas BNI ataupun KA Bandara Soetta di Stasiun BNI City. Namun walaupun ditutup, kendaraan masih bisa melewati Jl. Juana hingga Jl. Pati sebelum akhirnya berbelok ke arah Manggarai.

Lain halnya dengan Stasiun Cawang yang mana Jl. Tebet Timur Dalam XI hingga Jl. Cikoko Timur Raya menjadi satu-satunya jalan yang bisa dilewati. Alhasil pembangunan kawasan TOD sulit dilakukan.
Belum lagi lahan di sekitar Stasiun Cawang didominasi oleh tanah milik pribadi maupun perusahaan sehingga jika memanfaatkan lahan tersebut akan memakan biaya yang besar.
Pilihannya hanya melakukan perombakan total pada bangunan Stasiun Cawang dengan dibangun ke atas seperti Sudirman yang tersambung ke jembatan integrasi. Namun opsi ini cukup menantang pasalnya lahan stasiun sendiri sangat sempit ditambah adanya pipa gas PGN yang membentang di atas jalur.
Opsi lainnya adalah pembangunan underpass untuk menghilangkan penyeberangan sebidang. Namun opsi ini juga memiliki satu masalah yakni resiko rembesnya air dari kali di dekat peron arah Bogor.
Sebenarnya masalah perombakan Stasiun Cawang sudah pernah ditenderkan pada 2024 di mana Seoul Metro memenangkan tender Jakarta Urban Railway. Hanya saja desain yang diusulkan pun tidak menyelesaikan masalah.
Dari rendernya terlihat penyeberangan masih dibuat sebidang dan hanya dibuat semacam space di bangunan gate timur. Padahal masalah utamanya ada di penyeberangan yang masih sebidang. Lebih terlihat seperti membuat Stasiun Cawang “lebih glowing” ketimbang menyelesaikan inti masalahnya.
Next: Epilog


