Fakta KAInternasionalKereta ApiTeknis

Arti Penomoran KRL JR

Semenjak kerjasama yang dilakukan antara PT.KCJ dengan JR East, banyak KRL seri 205 yang diimpor dari JR East. Sebelum PT.KCJ berdiri, PT.KA Divisi Jabotabek juga pernah mengimpor KRL seri 103 dari JR East. Berbeda dari KRL-KRL Jepang lain yang diimpor dari perusahaan non-JR, KRL-KRL JR memiliki kodifikasi huruf yang ditulis di depan nomor serinya. Sistem penomoran ini adalah warisan dari masa JNR (Japan National Railway), yaitu perusahaan pendahulu JR sebelum diswastakan menjadi beberapa JR yang terbagi berdasarkan wilayah. Mungkin banyak sobat railfans yang sudah tahu apa arti dari KuHa, SaHa, MoHa, dan sebagainya. Namun tahukah Anda bahwa nomor serinya itu sendiri juga memiliki arti? RE Digest akan menyajikan informasinya untuk sobat railfans sekalian.
Penomoran KuHa 103-359 | Foto: Yasushi Hamada 
Format penomoran KRL JR pada umumnya didahului serangkaian huruf katakana, kemudian diikuti nomor seri, dan di belakang tanda penghubung adalah nomor urut. Contoh: KuHa 205-61.
HURUF
Huruf katakana di depan nomor seri berfungsi kurang lebih sama dengan penomoran di Indonesia, seperti K1, K2, K3, KM, dan sebagainya. Huruf-huruf tersebut menjelaskan fungsi dan kelas kereta.
Ku (ク) : Kereta dengan kabin masinis (kendali)
Mo (モ) : Kereta dengan traksi motor
Sa (サ) : Kereta trailer (pengikut/tidak bermotor)
Ro (ロ) : Kelas 1 (green car)
Ha (ハ) : Kelas 2 (ordinary car)
Shi (シ) : Kereta makan
Ne (ネ) : Kereta tidur
Yu (ユ) : Kereta pengangkut surat
Ni (ニ) : Kereta bagasi
E (エ) : Kereta penolong
Ru (ル) : Kereta barang dinas
Ya (ヤ) : Kereta inspeksi
NOMOR
Nomor setelah huruf menjelaskan seri kereta. Setelah kelahiran KRL seri 101 yang bertenaga besar pada tahun 1958, maka jumlah angka pada nomor seri dibagi menjad 3 digit.
Digit pertama (jenis tegangan)
1-3:  KRL bertegangan DC
4, 5:  KRL bertegangan AC/DC
7, 8:  KRL bertegangan AC
Digit kedua (penggunaan rangkaian)
0-3: KRL untuk angkutan komuter, baik perkotaan maupun suburban
4: KRL bertegangan DC tanpa multiple unit
5-7: KRL untuk layanan ekspres
8: KRL untuk layanan limited express
9: KRL eksperimen atau KRL untuk perbaikan
Digit ketiga (tipe)
Nomor tipe terdiri dari angka ganjil dan angka genap yang lebih rendah. Angka ganjil digunakan untuk mewakili sebuah tipe (misal di seri 205 terdapat pula 204).
Nomor setelah tanda penghubung (-)
Nomor setelah tanda penghubung menjelaskan urutan pembuatan kereta dalam suatu seri. Nomor ini juga digunakan untuk menjelaskan subseri KRL yang memiliki sistem keamanan berbeda, fasilitas penunjang yang berbeda, tetapi masih dalam satu kelompok seri yang sama. Misalnya SaHa 204 terdiri dari subseri 0 (204-0) dan subseri 100 (204-100). Penulisan urutan pembuatan kereta untuk subseri ratusan atau ribuan biasanya dimasukkan langsung di belakang digit ratusannya. Contoh: SaHa 204-116, berarti kereta SaHa 204 subseri 100 yang dibuat pada urutan ke-16.
Penomoran MoHa 205-13 | Foto: The RW Place
CONTOH PENGGUNAAN
Sekarang coba kita artikan penomoran berikut ini: KuMoHa 103-1020

Huruf: Ku = Kereta dengan kabin, Mo = Kereta dengan motor traksi, Ha = Kelas 2. Maka KuMoHa adalah kereta kabin bermotor traksi kelas 2.

Nomor seri: 1 = KRL bertegangan DC, 0 = KRL untuk angkutan komuter, 3 = tipe ketiga (dari semua KRL bertegangan DC untuk komuter di perusahaan itu) – 1020 = kereta subseri 1000 dengan urutan pembuatan ke-20.
RE Digest | Tubagus Gemilang Pratama

Ikuti kami di WhatsApp dan Google News


TB Gemilang Pratama

Railway Enthusiast | Bus Enthusiast | Enterpreneur | Free Thinker with Responsibility |

4 komentar pada “Arti Penomoran KRL JR

  • Kalau seri tokyu kok ada yang kereta yang kodenya DeHa ya? Itu apa?

    Balas
    • Kode "De" itu sebenarnya muncul pada kurun waktu antara akhir era Meiji hingga awal era Taisho, dimana waktu itu KRL baru diperkenalkan di lintasnya JGR. Nah kode "De" ini sendiri awalnya memiliki format yang salah satunya seperti berikut:

      NaDe (setingkat dengan MoHa atau KuMoHa pada era sekarang)
      NaToDe (setingkat dengan KuHa atau SaHa pada era sekarang)

      Lalu kemudian pasca perubahan sistem, formatnya berubah menjadi:

      DeHa (yang setingkat dengan KuMoHa atau MoHa)
      KuHa

      Nah sebagian shitetsu aka perusahaan swasta itu memilih tetap pake huruf "De" (alias kodenya DeHa), untuk membedakan sistem klasifikasinya mereka dari sistem klasifikasi JGR (maupun JNR dan JR Group)

      Balas
  • weh..mantab..dapat ilmu baru mengenai dunia perkeretaapian di negeri sakura…terima kasih banyak 🙂

    Balas

Tinggalkan komentar...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

×