Berita KAIndonesiaKereta ApiUjicoba

Kereta Api Angkutan Batubara Cigading-Nambo Beroperasi

KA Batubara dari Cigading melintas Stasiun Depok Baru menuju Stasiun Nambo

 [12/7] – PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daop 1 Jakarta mulai Senin (11/7) mengubah rute operasional kereta api angkutan batubara yang selama ini beroperasi reguler dari Cigading beroperasi dengan rute Cigading-Kampung Bandan-Bekasi PP menjadi Cigading-Tanah Abang-Nambo PP.

Selama ini, batubara dari Cigading didistribusikan ke pabrik semen milik PT Indocement yang berlokasi di Cibinong, Kabupaten Bogor menggunakan truk-truk tronton dari Stasiun Bekasi. Namun, kondisi jalanan di kota Bekasi yang makin padat, ditambah padatnya jalan tol Jagorawi, membuat truk-truk ini baru bisa diberangkatkan malam hari dari lokasi bongkar muat batubara di stasiun Bekasi. Sehingga distribusi menjadi tidak praktis. Diubahnya rute ini tentunya dengan pengharapan bahwa distribusi batubara ke pabrik semen berjalan lebih lancar.
Rangkaian terdiri dari 20 gerbong datar bermuatan 2 kontainer batubara 20 kaki (2 TEUs)

Sebenarnya, alasan dibangunnya jalur cabang Citayam-Nambo adalah untuk keperluan distribusi batubara dari Cigading. Dahulu sempat juga diujicobakan KA yang sama dengan rute yang juga sama, namun dianggap gagal dikarenakan lalu lintas KRL dianggap cukup padat, sehingga akhirnya diisi oleh KRD dengan relasi Nambo-Tanah Abang PP. Di masa sekarang, dengan kondisi lalu lintas KRL yang jauh lebih padat ketimbang pada awal jalur cabang ke Nambo dibangun, dan juga telah beroperasinya beberapa KA barang dengan keberangkatan siang yang jalurnya bersinggungan dengan KRL tanpa masalah, seperti KA angkutan semen relasi Nambo-Depok-Cisaat PP, atau KA angkutan air mineral relasi Cicurug-Kampung Bandan-Jakarta Gudang PP (yang aslinya memiliki jadwal melintas di lintas KRL pada malam hari, namun sering lebih cepat dari jadwal), mungkin menjadi alasan untuk PT KAI kembali menjajaki rute tersebut, seolah ingin mewujudkan impian masa lalu.

Perjalanan perdana KLB KP/2643A-KLB KP/10832 batubara Nambo dihela oleh lokomotif CC2061371 milik Dipo Induk Jatinegara

Kereta luar biasa (KLB) batubara Nambo ini terdiri dari 2 rangkaian. 1 rangkaian terdiri dari 20 gerbong datar (GD), dengan setiap gerbong memuat 2 kontainer batubara 20 kaki yang memuat 20 ton batubara, sehingga per gerbong memuat 40 ton batubara, dengan total berat rangkaian 800 ton. Rangkaian pertama berangkat dari Cigading pukul 10 pagi dan akan putar posisi lokomotif di stasiun Tanah Abang menjelang pukul 2 siang. Rangkaian ini akan berangkat lagi dari Tanah Abang pukul 2 siang, melintas langsung di stasiun Depok menjelang pukul 3 sore, dan akan tiba di stasiun Nambo pukul 3 sore. Rangkaian ini akan berangkat lagi menjelang pukul 12 malam dan akan tiba di Cigading esok paginya. Sedangkan rangkaian kedua berangkat dari Cigading pukul 5 sore dan tiba di Tanah Abang menjelang pukul 9 malam. Rangkaian ini akan berangkat lagi pukul 9 malam dan akan berhenti selama sekitar 15 menit di stasiun Pasar Minggu sebelum melanjutkan perjalanan dan tiba di stasiun Nambo menjelang pukul 11 malam. Rangkaian ini akan kembali lagi ke Cigading esok paginya sebelum orang-orang terbangun.

Perjalanannya bersinggungan dengan kepadatan di lintas selatan Jabodetabek

Diubahnya rute kereta api angkutan batubara ini tentunya menambah jumlah perjalanan kereta api barang di lintas selatan, yang sehari-harinya sudah dipadati 42 rangkaian KRL. Apakah perubahan rute ini akan berimbas kepada perjalanan KRL?

RE Digest | MPSCLFJRN

Ikuti kami di WhatsApp dan Google News


Muhammad Pascal Fajrin

A kid from yesterday, today

Tinggalkan komentar...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

×