[Mudik 2016] Tak Tahan Macet di Pejagan, Pemudik Sepeda Motor Menyusuri Tepian Rel Pantura
Seorang pemudik dari komunitas Vixion Independent Jakarta yang menyusuri tepian rel guna menghindari macet Kompas |
[5/7/16]. Kemacetan panjang yang terjadi di wilayah Pejagan pada masa arus mudik kali ini memang membuat sebagian pemudik merasa jenuh dan stress. Bagaimana tidak? Kemacetan yang disebabkan oleh membludaknya jumlah kendaraan bermotor yang datang dari Jabodetabek sudah terjadi selama 3 hari lebih.
Bahkan sebagian pemudik yang menyerah dengan kemacetan ini ada yang memutar balik atau mungkin mencari jalan alternatif lainnya meskipun jalan alternatif itu tidak masuk akal bahkan berbahaya. Seperti yang dilakukan oleh Setyo Purnomo dan rombongan pemudik lainnya dari komunitas Vixion Independent Jakarta.
Rombongan yang telah menyerah dengan gilanya kemacetan ini memutuskan untuk menyusuri tepian jalur rel Pantura dari Pejagan hingga Brebes Timur. Seperti dilansir dari Kompas.com, Setyo dan rombongan sebenarnya sudah berangkat dari hari Sabtu (2/7) kemarin secara konvoi. Selama perjalanan dari Jakarta sampai Cirebon tidak ada masalah. Barulah rombongan ini terjebak macetdi Pejagan pada Minggu (3/7) subuh.
Mereka tertahan hingga pukul 8 pagi di Pejagan. Saat rombongan mereka mencapai jalan raya yang bersinggungan dengan jalur rel Pantura, salah seorang anggota mengusulkan agar rombongan menyusuri tepian rel kereta api. Tak butuh waktu lama, rombongan ini pun langsung belok dan menyusuri jalur rel terpadat di Indonesia ini.
Perjalanan mereka menyusuri jalur rel ini berjalan lancar tanpa kemacetan sedikitpun. Ya iyalah namanya juga rel kereta. Mereka menyusuri jalan setapak di tepian rel yang biasa digunakan oleh kru JPJ untuk inspeksi jalan rel. Jamak mereka temui lubang di sepanjang jalan setapak. Dengan kompak mereka menambal lubang-lubang yang mereka temui agar tidak terperosok dan jatuh.
Sungai yang mengalir pun juga menjadi hambatan tersendiri. Pasalnya, tidak ada jembatan di jalan setapak ini karena biasanya JPJ menyebrang lewat rel kereta. Jadi mereka mencari jembatan yang dibangun oleh warga agar bisa menyebrang.
Perjalanan melintasi tepian rel ini bukan berarti tanpa resiko. Kereta yang hampir setiap 15 menit sekali melintas dengan kencang sangatlah berbahaya. Setyo juga mengatakan selama rombongannya melintas di tepian rel ini, mereka selalu waspada akan kereta yang melintas guna mencegah hal-hal yang tak diinginkan terjadi.
RE Digest | Bayu Tri Sulistyo