|
Kereta 6129 di atas trailer menuju Pelabuhan Tokyo | foto: Twitter @sztwPbGFisH0Tje |
(21/7) – Pada akhir bulan Juni, sempat muncul kabar yang cukup menghebohkan, di mana kabar tersebut menyatakan bahwa 6122F (rangkaian pertama dari grup produksi batch 4) menjadi rangkaian terakhir dari Tokyo Metro seri 6000 yang dikapalkan ke Indonesia untuk grup pembelian rangkaian seri 6000 oleh PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) di tahun 2017 dan sudah sempat diinspeksi oleh KCJ di dipo Ayase. Namun ternyata setelah beberapa hari berlalu, tepatnya pada tanggal 8 Juli muncullah kabar lain yang lebih mengejutkan, yaitu rangkaian yang resmi dikirim ke dipo Shin-Kiba dari dipo Ayase untuk selanjutnya dikapalkan ke Indonesia adalah 6129F (rangkaian pertama batch 5) dan bukan 6122F. Bahkan rangkaian ini sempat mengejutkan para pecinta kereta api yang mencegat KLB pengirimannya ke Shin-Kiba dengan tulisan yang ditampilkan di display penampil tujuan yaitu ”試運転” (shiunten, commisioning, uji coba), bukan ”回送” (kaisou, not in service, tidak beroperasi) seperti halnya pada KLB pengiriman yang dilaksanakan untuk rangkaian sebelumnya, dan bahkan KLB pengiriman 6129F ini dikabarkan juga mengangkut pegawai Tokyo Metro di dalamnya.
Lalu tepat 10 hari setelah dikirim ke Shin-Kiba dengan jadwal yang merangkap sebagai KLB ujicoba, pada tanggal 18 Juli kemarin 6129F kemudian dipindahkan ke truk trailer yang akan mengangkutnya ke pelabuhan Tokyo. Adapun truk trailernya sendiri berangkat dari dalam area dipo pada tengah malam dengan pengawalan khusus dari kru milik perusahaan yang menangani pengangkutan tiap unit KRL ke area pelabuhan, dan ditambah dengan kerjasama dari pihak kepolisian yang mengatur arus lalu lintas selama truk tersebut berjalan menuju ke pelabuhan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kemacetan parah maupun menekan risiko dari munculnya kecelakaan di jalan raya, baik itu berupa menyenggol benda yang ada di pinggir jalan maupun bertabrakan dengan kendaraan lain akibat adanya truk yang membawa muatan berukuran melebihi batas maksimum muatan barang dari sebuah truk, dalam hal ini yaitu satu unit KRL yang lengkap dengan boginya.
|
Formasi rangkaian 6129F |
6129F yang merupakan rangkaian pertama dari grup produksi batch 5 di seri 6000 mengawali karirnya di Teito Rapid Transit Authority (TRTA, atau lebih dikenal dengan sebutan Eidan, pendahulu Tokyo Metro) pada tanggal 24 November 1984. Dibuat oleh Nippon Sharyo di pabrik mereka yang berlokasi di kota Toyokawa di prefektur Aichi, rangkaian ini dibeli oleh TRTA dalam rangka menambah kapasitas angkut penumpang per hari di Chiyoda Line, dan rangkaian ini menjadi rangkaian pertama di seri 6000 yang menggunakan atap yang lebih melengkung dan langit-langit interior yang lebih tinggi ketimbang rangkaian yang dibeli sebelumnya. Adapun 6131F dan 6132F yang telah lebih dulu tiba dan berdinas di Indonesia juga merupakan bagian dari grup batch 5, dan memiliki ciri-ciri fisik yang sama halnya dengan 6129F. Selain itu, rangkaian grup batch 5 juga membawa berbagai perubahan desain maupun mekanikal yang lainnya, di antaranya yaitu:
- Pemusatan antena radio induktif dari yang sebelumnya di kedua kereta ujung menjadi berada di kereta nomor 8 (yaitu kereta bertipe MoHa 6800)
- Penggunaan kompresor tipe C-2000LA (pertama kali diperkenalkan di seri 01) yang memiliki tingkat kebisingan lebih rendah
- Penggantian bogi dari tipe FS378 (jenis S-Minden) ke tipe FS523 (jenis SU-Minden)
- Penggantian lampu penanda ujung akhir rangkaian dan indikator buka-tutup pintu di sisi samping kereta menjadi light emitting diode
Rangkaian ini kemudian mendapat jatah pemasangan AC yang dilaksanakan pada periode 1988 – 1994, di mana mesin AC ini ditenagai oleh dua unit konverter DC-DC yang tiap satu unitnya diletakkan di kereta nomor 5 (tipe SaHa 6500) dan 6 (tipe SaHa 6600) berkapasitas 130kW. Namun berbeda dari rangkaian batch 1 hingga 3 (dibuat sepenuhnya tanpa AC) yang harus menjalani modifikasi besar-besaran untuk memudahkan pemasangan AC, proses modifikasi yang dilakukan pada rangkaian batch 4 ke atas terhitung lebih sederhana ketimbang yang dijalani batch 1 hingga 3, karena desain atap dan interiornya dari awal dirancang dan dibuat untuk dapat langsung dipasangi mesin AC dan perangkat lainnya yang terkait dengannya, seperti blower AC, panel kendali AC dan sebagainya. Hal ini tentunya sangat memudahkan pegawai teknis TRTA dalam melakukan pemasangan AC, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk memodifikasi tiap unit dalam satu rangkaian dapat diefisienkan secara baik.
|
Rangkaian 6129F saat dikirim dari Shin-Kiba ke Ayase dengan nomor perka A1270S | foto: Twitter @jrtetsudofan |
Berdasarkan standar perawatan armada yang berlaku di TRTA maupun penerusnya yaitu Tokyo Metro, rangkaian yang telah mencapai umur dinas di kisaran 20 tahun (dengan patokan dasar yaitu 24 tahun) wajib menjalani peremajaan skala besar yang disebut B-refurbishment untuk memperbarui kinerja teknis maupun tampilannya. 6129F sendiri menjalani proses peremajaan tersebut pada 18 Oktober 2006, pada saat umur rangkaian ini hampir menginjak umur 20 tahun apabila dihitung dari tanggal pembuatannya yaitu 24 November 1984. Dalam proses peremajaan tersebut, terdapat beberapa perangkat yang diganti, salah satunya yaitu perangkat kendali traksi bersistem IGBT-VVVF 2 fasa yang dipasang untuk menggantikan traksi chopper yang sebelumnya dipergunakan oleh rangkaian ini, dengan tujuan yaitu untuk meningkatkan kinerja traksi sekaligus mengurangi emisi lingkungan. Selain itu, motor traksinya juga diganti dengan motor traksi AC yang memiliki tenaga keluaran sebesar 165kW untuk satu unitnya, dan pada saat yang sama kereta nomor 10 diubah menjadi kereta tanpa motor traksi yang mengubah komposisi kereta motor dan trailernya dari 6M4T menjadi 5M5T.
Selain perangkat traksi, perangkat suplai listrik sekunder (konverter DC-DC dan MG) dilepas lalu digantikan oleh static inverter (SIV) dengan output 240kVA, lalu kabel-kabel kelistrikan maupun perangkat kendali masinis yang terdapat di kabin dan berbagai perangkat teknis lainnya diganti maupun diperbarui untuk meningkatkan ketahanannya selama pemakaian dalam jangka waktu yang cukup panjang pasca peremajaan skala besar. Karena perangkat suplai listrik sekunder diganti menjadi SIV, maka perangkat mesin AC pun diganti dengan jenis yang ditenagai oleh SIV tersebut, dimana untuk rangkaian nomor ganjil seperti 6129F ini mesin AC yang dipergunakan yaitu tipe RPU-15006 buatan Toshiba, sedangkan rangkaian nomor genap menggunakan mesin AC tipe CU769 buatan Mitsubishi. Di samping itu, tampilan eksterior dan interior diperbarui untuk menyegarkan penampilan kereta secara keseluruhan serta meningkatkan tingkat aksesibilitas terhadap penumpang, di antaranya yaitu dengan memasang ruang untuk kursi roda di kereta nomor 2 dan nomor 9, mengganti papan dinding interior dan alat interkom darurat, mengubah tombol buka-tutup dari tipe mekanis menjadi tipe relay, mengganti display penampil tujuan menjadi tipe LED triwarna dan sebagainya.
|
Rangkaian ini menjadi KLB dari Ayase ke Shin-Kiba dengan status ujicoba dan mengangkut pejabat-pejabat terkait | foto: Twitter @jrtetsudofan |
Dengan dikirimkannya rangkaian 6129F, maka selesai sudah pengadaan KRL bukan baru untuk tahun fiskal 2017 yang dilakukan oleh PT KCJ. Untuk sedikit me-
review, pada tahun ini PT KCJ mengimpor enam rangkaian KRL bukan baru seri 6000 dari Tokyo Metro, masing-masing dengan formasi 10 kereta. Enam rangkaian ini terdiri dari tiga rangkaian dengan tahun pembuatan di bawah 1981, satu rangkaian yang dibuat tahun 1981, dan dua rangkaian yang dibuat di atas tahun 1981, yang dapat dicirikan dari perbedaan ukuran kaca ruang penumpang dan bentuk
blower AC di ruang penumpang.
Keempat rangkaian yang tiba terlebih dahulu di Jakarta telah menggantikan sejumlah pemerjalanan yang menggunakan rangkaian formasi 8 kereta di jalur Bogor, sedangkan 6129F bersama dengan 6120F kemungkinan akan kembali menambah jumlah pemerjalanan formasi 10 kereta di jalur Bogor, atau bahkan membuka debut rangkaian 10 kereta di jalur Tangerang. Jalur Bogor dan jalur Tangerang merupakan dua jalur dengan imbas negatif terparah dari pemberlakuan GAPEKA 2017 sejak 1 April yang lalu, di mana setengah dari total pemerjalanan lintas Bogor dilayani oleh rangkaian formasi 8 kereta akibat penambahan rangkaian di jalur hijau Rangkasbitung-Tanah Abang, di mana sebelumnya di GAPEKA 2015 yang lalu jalur ini dikuasai oleh rangkaian formasi 10 dan 12 kereta. Meskipun total rangkaian di lintas Bogor bertambah dari 42 rangkaian menjadi 45 rangkaian, namun kapasitas angkutnya berkurang karena lebih banyak rangkaian formasi 8 kereta. Sedangkan lintas Tangerang mengalami pengurangan pemerjalanan akibat akan dijalankannya KRL ekspres bandara yang padahal masih belum dapat dipastikan kapan pengoperasiannya, sehingga mengakibatkan headway lintas Tangerang menjadi lebih longgar yang membuat waktu tunggu menjadi lebih lama dan KRL lebih padat dari sebelumnya.
|
Ke-42 rangkaian formasi 10 kereta milik KCJ, terdiri dari empat seri yang dibagi sebanyak 19 rangkaian milik dipo Bogor, 12 rangkaian milik dipo Depok, dan 11 rangkaian milik dipo Bukit Duri |
Sejalan dengan mendatangkan 6 rangkaian KRL seri 6000 ini, PT KCJ juga telah mengubah formasi pada dua rangkaian KRL seri 203, satu rangkaian KRL seri 1000, dan satu rangkaian KRL seri 5000 dari 8 kereta menjadi 10 kereta. Awalnya, KRL-KRL ini hanya menambah jumlah rangkaian formasi 10 kereta menjadi lebih banyak namun tidak menambah jumlah pemerjalanannya dikarenakan banyaknya KRL seri 205 formasi 10 kereta yang berstatus tidak siap operasi. Namun sejak KRL-KRL tersebut kembali siap operasi, jumlah pemerjalanan rangkaian formasi 10 kereta pun bertambah khususnya di lintas Bogor, yang pada awalnya hanya ada 7 rangkaian pada awal pemberlakuan GAPEKA 2017 menjadi 13 rangkaian secara bertahap. Keempat rangkaian tersebut, bersama dengan keenam rangkaian seri 6000 impor 2017, telah menambah jumlah rangkaian formasi 10 kereta dari 32 rangkaian per 1 April 2017 menjadi 42 rangkaian pada saat ini. 42 rangkaian ini sementara dibagi kedinasannya sebanyak 13 rangkaian di jalur Bogor, 16 rangkaian di jalur barat, dan 7 rangkaian di jalur Bekasi. Rangkaian yang belum atau tidak mendapatkan jatah pemerjalanan, disimpan untuk perawatan akhir lengkap, perawatan bulanan, atau menjadi cadangan.
PT KCJ telah rutin mendatangkan KRL-KRL bukan baru sejak perusahaan ini berdiri pada tahun 2008, melanjutkan kebijakan yang juga telah dilakukan oleh pendahulunya yaitu Divisi Jabotabek sejak tahun 2000. Seiring dengan program jangka panjang mengurangi jumlah rangkaian formasi 8 kereta secara drastis di tahun 2019, maka pada tahun 2018 dan 2019 PT KCJ akan kembali mengimpor KRL-KRL bukan baru untuk mewujudkan program tersebut. Namun, hingga kini belum diketahui rangkaian KRL tipe apa dan dari perusahaan apa yang akan diboyong ke Indonesia, meskipun sudah ada beberapa rumor yang menyebar di lini masa perihal impor KRL bukan baru tersebut, di antaranya adalah bahwa rangkaian yang akan datang sudah familiar dan didatangkan dalam jumlah besar.
RED Citizen | Arya Dwi Pramudita
Menyukai ini:
Suka Memuat...
Terkait