Berita KAIndonesiaKAI CommuterKereta Api

Nyaris Datang Tahun Lalu, KRL Seri 6000 Rangkaian 6122F Buka Impor KRL 2018

Unit 6022 ketika diangkut dengan truk keluar dari dipo Shin-Kiba | foto: Twitter @jrmato81
(1/3) – Pada awal tahun 2018 ini terdapat sebuah kejutan yang tidak disangka-sangka, yaitu rangkaian 6122F dari KRL Tokyo Metro seri 6000 akhirnya diputuskan untuk dikirim ke Jakarta dalam rangka memenuhi kebutuhan armada KRL milik PT. KCI, dimana rangkaian ini diangkut dengan truk trailer dari dipo Shin-Kiba ke pelabuhan Tokyo pada tanggal 1 Maret. Seperti halnya pengiriman yang sudah dilakukan sebelumnya, pengangkutan dilakukan melalui jalan raya pada tengah malam dengan pengawalan khusus dari pegawai perusahaan pengangkutan yang bekerjasama dengan pihak kepolisian untuk pengaturan lalu lintas jalan raya ke pelabuhan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kemacetan parah maupun menekan risiko dari munculnya kecelakaan di jalan raya, baik itu berupa menyenggol benda yang ada di pinggir jalan maupun bertabrakan dengan kendaraan lain akibat adanya truk yang membawa muatan berukuran melebihi batas maksimum muatan barang dari sebuah truk, dalam hal ini yaitu satu unit KRL yang lengkap dengan boginya.
Rangkaian 6122F ketika masih berdinas di Chiyoda Line | foto: Twitter @youtube_pc0506
Rangkaian ini awalnya dijadwalkan untuk dikirimkan pada tahun 2017 bersama dengan 6119F, 6132F, 6124F, 6121F dan 6120F, dan bahkan pihak PT. KCI (yang waktu itu masih bernama PT. KCJ) sudah sempat melakukan kunjungan ke dipo Ayase dalam rangka melakukan pemeriksaan terhadap 6122F sebagai bagian dari rencana pembelian rangkaian tersebut sebagai rangkaian penutup dari grup pembelian tahun 2017. Namun beberapa hari pasca beredarnya rumor tersebut kemudian muncul berita yang mengejutkan, dimana rangkaian yang kemudian dipilih sebagai rangkaian penutup dari pembelian tahun 2017 adalah 6129F dikarenakan kesalahan importir dalam melihat tanggal perawatan akhir rangkaian oleh Tokyo Metro untuk 6122F dan 6129F, sehingga ketika 6129F dikirimkan ke Jakarta itulah 6122F kemudian menjadi salah satu dari “trio rangkaian terakhir” dari seri 6000 bersama dengan 6130F dan 6102F yang masih tersisa di Chiyoda Line, dan itupun lebih sering menjadi rangkaian cadangan setelah selesainya pembelian seri 16000. Alhasil sempat muncul spekulasi yang menyatakan bahwa tidak ada rencana untuk memboyong 6122F ke Jakarta. Hanya saja pada akhir Januari 2018 muncul kabar yang menyatakan bahwa 6122F akhirnya resmi dipilih untuk diboyong ke Jakarta bersama dengan 6130F, sehingga banyak pecinta kereta api di Jepang maupun Indonesia yang terkejut dengan munculnya kabar tersebut.

Formasi rangkaian 6122F

6122F yang merupakan rangkaian pertama dari grup produksi batch 4 di seri 6000 mengawali karirnya di Teito Rapid Transit Authority (TRTA, pendahulu Tokyo Metro) pada 10 April 1981 bersama dengan salah satu adiknya yang terlebih dulu telah berada di Indonesia (yaitu 6123F), dimana rangkaian ini diproduksi oleh Kinki Sharyo di pabrik mereka yang terletak di Osaka. Adapun rangkaian ini dibuat untuk menggantikan 5 rangkaian seri 5000 dari Chiyoda Line yang dipindahkan ke Tozai Line, sekaligus untuk meningkatkan kapasitas angkut di Chiyoda Line pada saat itu. Sebagai bagian dari rangkaian batch 4 yang ditujukan sebagai pembawa perubahan dari desain seri 6000 secara lebih rinci dari sisi teknologi maupun estetika, rangkaian ini membawa berbagai teknologi baru maupun perubahan pada desain eksterior dan interior, diantaranya yaitu:

  • Penggunaan traksi AVF-Chopper dengan pendingin freon yang berdasarkan hasil dari ujicoba yang dilaksanakan pada unit 6920 dari 6120F dan 6911 dari 6111F, dimana pada saat itu merupakan teknologi traksi chopper yang tercanggih di masanya. Adapun komposisi dari perangkat choppernya diubah dari terintegrasi satu sama lain menjadi terpisah antara 2 unit kendali chopper dan 1 unit kendali gate. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk mengurangi kebisingan dari unit traksi chopper ketika sedang beroperasi.
  • Diterapkannya perubahan desain atap yang memudahkan proses pemasangan mesin AC tanpa harus merombak struktur atap secara keseluruhan yang disebut sebagai “冷房準備車” (reibou junbi-sha, unit semi non-AC), sehingga mengurangi biaya yang dibutuhkan untuk pemasangan AC apabila ujicoba penggunaan AC di kereta bawah tanah sukses dilakukan.
  • Perubahan jenis jendela samping menjadi jendela bilah tunggal yang dapat dibuka ke bawah, dengan dimensi dari jendela yang diperbesar untuk meningkatkan intensitas cahaya dari luar yang dapat masuk ke dalam interior kereta.
  • Langit-langit interior dibuat menjadi lebih rata untuk memberikan tempat yang cukup bagi blower yang berfungsi untuk meniupkan angin dari ventilator ke seluruh bagian interior kereta (yang dimana kemudian blower ini berfungsi untuk meniupkan angin AC di interior pasca pemasangan mesin AC yang dilakukan di periode 1988 – 1994).
  • Diperbesarnya ukuran display penampil tujuan sisi samping untuk membuat tujuan yang ditampilkan menjadi lebih mudah dibaca oleh penumpang.

Selain itu masih banyak perubahan lainnya yang diterapkan pada seluruh rangkaian batch 4, termasuk diantaranya yaitu diterapkannya penggunaan mesin penggerak perangkat buka-tutup pintu jenis baru, yang kemudian dijuluki “pintu bom” oleh pecinta kereta api di Jepang karena suaranya yang cukup keras ketika pintu dibuka. Hal ini menjadikan rangkaian batch 4 sebagai “pembawa angin perubahan” dari desain teknis di seluruh rangkaian seri 6000 yang diproduksi setelah rangkaian dari batch ini. Adapun perubahan desain ini didasarkan pada desain teknis dari seri 8000 batch 1 yang diperkenalkan pada November 1980 hingga Februari 1981.

Rangkaian ini kemudian mendapat jatah pemasangan AC yang dilaksanakan
pada periode 1988 – 1994, di mana mesin AC ini ditenagai oleh dua unit
konverter DC-DC yang tiap satu unitnya diletakkan di kereta nomor 5
(SaHa 6500) dan 6 (SaHa 6600) berkapasitas 130kW. Namun
berbeda dari rangkaian batch 1 hingga 3 (dibuat sepenuhnya tanpa AC)
yang harus menjalani modifikasi besar-besaran untuk memudahkan
pemasangan AC, proses modifikasi yang dilakukan pada rangkaian batch 4
ke atas terhitung lebih sederhana ketimbang yang dijalani batch 1 hingga
3. Hal ini dikarenakan desain atap dan interiornya dari awal dirancang dan dibuat
untuk dapat langsung dipasangi mesin AC dan perangkat lainnya yang
terkait dengannya, seperti blower AC, panel kendali AC dan sebagainya. Tentunya penerapan dari perubahan desain tersebut sangat memudahkan pegawai di bengkel milik TRTA dalam melakukan
pekerjaan pemasangan AC, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk memodifikasi tiap
unit dalam satu rangkaian dapat dipergunakan secara efisien.

Berdasarkan standar perawatan armada yang berlaku di TRTA maupun penerusnya yaitu Tokyo Metro, rangkaian yang telah mencapai umur dinas di kisaran 20 tahun (dengan patokan dasar yaitu 24 tahun) wajib menjalani peremajaan skala besar yang disebut B-refurbishment untuk memperbarui kinerja teknis maupun tampilannya. 6122F sendiri menjalani proses peremajaan tersebut pada 30 Maret 2007 dimana pada saat proses peremajaan tersebut umur rangkaian ini hampir menginjak umur 26 tahun apabila dihitung dari tanggal pembuatannya yaitu 10 April 1981. Dalam proses peremajaan tersebut, terdapat beberapa perangkat yang diganti, salah satunya yaitu perangkat kendali traksi bersistem IGBT-VVVF 2 fasa yang dipasang untuk menggantikan traksi chopper yang sebelumnya dipergunakan oleh rangkaian ini, dengan tujuan yaitu untuk meningkatkan kinerja traksi sekaligus mengurangi emisi lingkungan. Selain itu, motor traksinya juga diganti dengan motor traksi AC yang memiliki tenaga keluaran sebesar 165kW untuk satu unitnya, dan pada saat yang sama kereta nomor 10 diubah menjadi kereta tanpa motor traksi yang mengubah komposisi kereta motor dan trailernya dari 6M4T menjadi 5M5T.

Selain perangkat traksi, perangkat suplai listrik sekunder (konverter DC-DC dan MG) dilepas lalu digantikan oleh static inverter (SIV) dengan output 240kVA, lalu kabel-kabel kelistrikan maupun perangkat kendali masinis yang terdapat di kabin dan berbagai perangkat teknis lainnya diganti maupun diperbarui untuk meningkatkan ketahanannya selama pemakaian dalam jangka waktu yang cukup panjang pasca peremajaan skala besar. Karena perangkat suplai listrik sekunder diganti menjadi SIV, maka perangkat mesin AC pun diganti dengan jenis yang ditenagai oleh SIV tersebut, dimana untuk rangkaian nomor genap seperti 6122F ini mesin AC yang dipergunakan yaitu tipe CU769 buatan Mitsubishi, sedangkan untuk rangkaian nomor ganjil menggunakan mesin AC tipe RPU-15006 buatan Toshiba. Di samping itu, tampilan eksterior dan interior diperbarui untuk menyegarkan penampilan kereta secara keseluruhan serta meningkatkan tingkat aksesibilitas terhadap penumpang, di antaranya yaitu dengan memasang ruang untuk kursi roda di kereta nomor 2 dan nomor 9, mengganti papan dinding interior dan alat interkom darurat, mengubah tombol buka-tutup dari tipe mekanis menjadi tipe relay, mengganti display penampil tujuan menjadi tipe LED triwarna dan sebagainya.

Unit 6122 yang telah dimuat di truk trailer di dalam area dipo Shin-Kiba | foto: Twitter @Ginza_Castella

Rangkaian ini setelah dipensiunkan dari dinasan di Chiyoda Line kemudian menjalani proses pemeriksaan oleh tim teknisi PT. KCI pada tanggal 25 Januari, yang dimana pada tanggal 27 Januari rangkaian ini selanjutnya dikirim ke dipo Shin-Kiba sebagai KLB kirim rangkaian bukan untuk penumpang dengan nomor perka A1370S (Chiyoda Line) dan A1392S (Yurakucho Line). Meskipun begitu seperti halnya ketika pengiriman 6129F ke Shin-Kiba, yang ditampilkan di display penampil tujuan bukanlah “回送” (kaisou, tidak beroperasi) melainkan “試運転” (shiunten, ujicoba dinas). Penulis memperkirakan bahwa KLB tersebut juga merangkap sebagai KLB ujicoba dinas untuk memastikan bahwa rangkaian dalam kondisi layak beroperasi sebelum kemudian dikirimkan ke pelabuhan untuk selanjutnya dikapalkan ke Jakarta. Dan pada hari yang sama ketika 6122F mulai diangkut ke pelabuhan dengan menggunakan truk trailer, rangkaian 6130F yang merupakan rangkaian terakhir dari grup produksi batch 5 yang masih tersisa di Chiyoda Line telah ditarik dari dinasan reguler, dan saat ini sedang diperiksa di dipo Ayase untuk persiapan dikirim ke Shin-Kiba dalam beberapa waktu ke depan dan kemungkinan menjadi rangkaian kedua sekaligus terakhir dalam jatah pembelian seri 6000 traksi VVVF oleh KCI untuk tahun 2018. Maka dengan ini tinggal 6102F saja sebagai rangkaian produksi massal paling pertama yang diperkenalkan sekaligus rangkaian paling terakhir yang masih tersisa di Chiyoda Line.

Meski demikian, 6122F dan 6130F bukanlah satu-satunya pembelian oleh KCI pada tahun ini. Pada periode waktu yang bersamaan, JR East secara resmi telah mengumumkan pengiriman 336 unit KRL seri 205 dari Musashino Line yang terdiri dari 48 unit seri 205-0 (KeYo M51, M52 dan M62 – M65) dan 288 unit seri 205-5000 (KeYo M1 – M36), dengan KeYo M24 (205-33F) menjadi rangkaian pertama dari grup pembelian seri 205 yang telah diberangkatkan ke Niigata dengan ditarik lokomotif listrik untuk selanjutnya dikapalkan menuju pelabuhan Tanjung Priok. Bagaimana kelanjutannya setelah tiba di Indonesia? Mari kita tunggu saja.

RE Digest | Arya Dwi Pramudita

Ikuti kami di WhatsApp dan Google News


Tinggalkan komentar...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

×