Mengenal Bogie Kereta LRT Jabodebek
LRT Jabodebek menjadi salah satu pionir penerapan teknologi-teknologi perkeretaapian terbaru di Indonesia. Salah satunya adalah penerapan teknologi inside-framed bogie. Pada awalnya, inside-framed bogie diterapkan pada lokomotif uap dengan silinder eksternal. Namun seiringnya berjalan waktu, teknologi ini akhirnya banyak diterapkan pada kereta-kereta penumpang non-penggerak maupun berpenggerak terutama sistem kereta metro. Di Indonesia, teknologi ini untuk pertama kalinya diterapkan di kereta berpenggerak dengan tenaga listrik.
Teknologi inside-framed bogie diterapkan pada LRT Jabodebek sebagai salah satu upaya pengurangan beban dan fleksibilitas kereta LRT di lintasannya. Bogie ini dapat dicirikan dengan roda yang terlihat utuh dari luar disebabkan bogie frame dan axle box terpasang di bagian dalam. Sedangkan, bogie konvensional memiliki bogie frame dan axle box yang terpasang dibagian luar dan dapat dilihat.
Teknologi inside-framed bogie pada LRT Jabodebek biasa disebut dengan lightweight bogie (bogie ringan). Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, seperti memiliki berat total yang lebih rendah dibandingkan bogie konvensional dan berat unsprung yang lebih kecil. Berat unsprung adalah berat roda dan komponen-komponen lainnya yang tidak ditopang oleh pegas. Jika berat unsprung semakin kecil maka kenyamanan saat menaiki LRT Jabodebek akan tercapai. Karena bobotnya ringan, bogie ini memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan bogie konvensional di Indonesia. Akibat bobot bogie yang berkurang, axle load (tekanan gandar) menjadi rendah dan sesuai dengan konstruksi prasarana LRT Jabodebek.
Selain disebut dengan lightweight bogie, bogie ini juga disebut dengan track friendly bogie. Hal ini disebabkan beberapa faktor, yakni :
- Memiliki wheelbase dan diameter roda yang kecil. Hal ini akan berpengaruh pada fleksibilitas kereta ketika melewati tikungan. Kereta dengan wheelbase yang lebih kecil akan lebih mudah melewati tikungan-tikungan tajam dan meminimalisasi friksi antara roda dan rel sehingga biaya perawatan rel akan berkurang. Bogie ini rencananya dapat melewati lengkungan dengan radius 50 meter.
- Nilai tangen (tan)-gamma yang kecil. Nilai tangen-gamma berfungsi untuk mengetahui seberapa besar tumpuan bogie ke rel pada saat melewati tikungan. Jika nilai tangen-gamma kecil maka friksi pada rel akan berkurang.
- Memiliki momen inersia yang lebih kecil. Momen inersia dikurangi oleh diameter roda yang lebih kecil, brake disc yang tepasang pada running gear, dan lain-lain.
Inside-framed bogie pada kereta LRT Jabodebek memiliki kode MB 718 untuk motor bogie sedangkan untuk trailer bogie belum diketahui kodefikasinya. Bogie ini memiliki frame berbentuk H dengan end beam yang terpasang di bagian dalam. Sistem pengeremannya menggunakan sistem Knoor-Bremse yang dilengkapi dengan sistem disc brake. Sistem suspensi utama (primer) menggunakan rubber bounded sedangkan sistem suspensi sekunder menggunakan air spring dengan lateral shock absorber. Bogie ini menggunakan bolster yang diletakkan di atas air spring yang dihubungkan dengan batang penghubung pada bogie frame. Contact shoes (konektor listrik kereta dengan sistem listrik aliran bawah) terletak di antara roda dan terpasang langsung dengan bogie frame utama.
Teknologi ini diharapkan mampu membawa reliabilitas yang tinggi pada LRT Jabodebek dengan biaya yang lebih murah untuk perawatan. Saat ini, sarana LRT Jabodebek masih dalam tahap pengujian sehingga belum sepenuhnya diketahui tingkat reliabilitas bogie ini pada masa operasional dengan penumpang di masa yang akan datang. (RED/rnovanto)
Sumber :
PT INKA
Adhi Karya
BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Transportasi)
Bombardier Transportation
Siemens Mobility
Railway Gazette International Edisi Januari 2014