Bincang Santai KAI: Penerapan Sistem Wayfinding Signage di KAI

[14/7] Desain wayfinding signage terbaru di KAI telah diterapkan sejak akhir 2020 lalu. Namun mungkin rekan-rekan railfans masih penasaran bagaimana sih sistem wayfinding signage ini diterapkan dan disusun.
Oleh karenanya KAI menggelar bincang santai perihal wayfinding signage pada Minggu (11/7) siang tadi. Acara ini membahas tentang penerapan wayfinding signage, dan terbagi atas tiga sesi. Ketiga sesi tersebut adalah sesi presentasi, tanya-jawab, dan sesi kuis.
Sesi Presentasi
Teori Wayfinding

Presentasi diawali dengan salam pembukaan dari Manajer Humas KAI Emir Monti. Selanjutnya webinar masuk ke sesi presentasi oleh Adriansyah Yasin.
Presentasi dibuka dengan penjelasan mengapa sistem wayfinding yang baik penting. Menurutnya, alasan pentingnya sistem wayfinding yang baik ada dua. Pertama perlunya penjelasan yang mempermudah pengguna bernavigasi di stasiun, sehingga perlunya standar wayfinding yang baku. Sedang alasan yang kedua adalah terkait rebranding PT KAI sebagai langkah agar rebranding PT KAI ini bisa seragam.
Yasin kemudian melanjutkan dengan definisi signage yang baik, yaitu signage yang konsisten atau sama di seluruh lingkup perusahaan. Selain itu, ia menyebutkan wayfinding terdiri atas tiga faktor, yaitu journey (perjalanan), destination (tujuan), dan traveler (pelaku perjalanan). Faktor ini terbagi lagi atas empat faktor, yaitu keamanan, kenyamanan, kemudahan, dan estetika.
Terkait dengan itu, signage yang baik harus memerhatikan faktor visual, space, warna, dan pencahayaan. Sedangkan wayfinding yang baik harus memiliki standar dan hierarki yang jelas, jumlah informasi yang tepat (tidak kurang, tidak overload), dan mudah terbaca.
Evolusi Wayfinding KAI

Masuk ke bagian selanjutnya adalah proses evolusi wayfinding di lingkup KAI. Menurut Yasin, proses ini memiliki tujuan untuk penyeragaman wayfinding. Ia memberi contoh Stasiun Manggarai, di mana terdapat desain wayfinding yang berbeda-beda di lingkup peron KRL KAI Commuter dan KRL Bandara Railink. Oleh karenanya penyeragaman ini dilakukan agar orang langsung paham ini adalah branding KAI.
Selain itu juga dilakukan standardisasi ikon signage KAI dengan standar ISO:7001. Ikon-ikon lama yang sebelumnya telah digunakan ditingkatkan agar lebih sesuai dengan standar ISO:7001 dengan mempertahankan aspek-aspek identitasnya. Pada proses ini juga telah dilakukan benchmarking ke negara Eropa seperti Belanda dan Jepang.

Terdapat beberapa tipe signage dan wayfinding di lingkup KAI, yaitu:
- Nama stasiun terdiri dari plat nama dan letter sign. Pada plat nama selain terdapat identitas dan ketinggian stasiun, terdapat dua garis diagonal yang menjadi supergraphic pada branding KAI
- Penunjuk arah: Berisi flow penumpang, lalu kemudian hierarki signage
- Penanda fasilitas: Menunjukkan letak fasilitas yang berada di stasiun
- Signage informasi: Informasi yang dimaksud bisa berupa peta jalur, peta daerah, jadwal KA, dan informasi lain.
Selain itu Yasin menjelaskan tentang penggunaan warna pada signage sekarang. Penunjuk arah menuju kereta menggunakan tulisan kuning dengan latar biru. Penunjuk arah pintu keluar stasiun menggunakan tulisan hitam dengan latar kuning, mengadopsi sistem seperti Jepang dan juga telah diterapkan di wayfinding generasi sebelumnya. Sedang signage untuk menunjukkan arah fasilitas menggunakan tulisan putih dengan warna latar biru.
Setiap desain signage dan wayfinding stasiun ini tidak sembarang dipasang. Melainkan harus dilakukan survei terlebih dahulu agar pemasangannya bisa tepat. Selain itu, juga disebutkan standar pada wayfinding KAI seperti logo yang sudah disebutkan sebelumnya, dan font Circular Std.
Kode Lin KA Komuter

Satu dari highlight pada presentasi ini adalah penerapan kode lin KA perkotaan. Menurut Yasin penyeragaman kode dan nama jalur/lin dilakukan agar penyebutan jalur bisa seragam. Misal Lin Rangkasbitung sebelumnya seringkali juga disebut Serpong dst, atau Lin Cikarang juga disebut Bekasi atau Blue Line atau Lintas Timur.

Selain untuk sistem KA yang sudah beroperasi seperti Grup KAI, MRT Jakarta, dan LRT Jakarta, sistem ini juga diterapkan ke sistem lain yang akan beroperasi, seperti LRT Jabodebek. Demi kemudahan integrasi, dilakukan penyamaan sistem antara semua operator. Sistem kode jalur/lin ini juga mulai diterapkan di wilayah lain seperti Kutoarjo-Yogyakarta-Solo.

Bersama dengan kode lin KA perkotaan, kodefikasi stasiun dengan kode lin dan nomor urut stasiun juga akan diterapkan. Dalam penerapan kodefikasi stasiun ini, sebuah stasiun dapat memiliki lebih dari satu kode dalam waktu yang sama, tergantung jumlah lin yang dilayani oleh stasiun tersebut.
Sesi Tanya Jawab

Selanjutnya, dibuka sesi tanya jawab oleh Adriansyah Yasin. Ada terdapat beberapa pertanyaan yang masuk dari para peserta webinar.
Pertanyaan pertama adalah apakah signage integrasi ini juga akan mencakup tempat lain di sekitar stasiun seperti rumah ibadah, dan apakah KAI punya data efektivitas signage model baru ini. Yasin menjawab signage model baru ini akan selengkap mungkin untuk menampilkan informasi tempat sekitar stasiun.
Sedangkan untuk data efektivitas, proses survei akan dilakukan. Namun sekarang KAI sedang melakukan proses implementasi terlebih dahulu ke seluruh stasiun dan evaluasi ke lapangan.
Pertanyaan kedua adalah mengapa gaya kode lin disamakan semua bahkan untuk operator lain, mengapa signage hanya menampilkan ikon tanpa nomor lin, dan bagaimana signage untuk stasiun yang melayani dua lin.
Yasin menjawab gaya kode lin disamakan untuk operator-operator Grup KAI demi keseragaman identitas. Sementara untuk operator lain, Yasin menjawab penyamaan informasi hanya sebatas hingga kode lin, sedang untuk gaya signage sudah kembali ke operator masing-masing.
Sementara untuk alasan signage hanya menampilkan ikon tanpa nama lin, harapannya agar pengguna bisa lebih terbiasa dengan sistem ini. Dan untuk signage pada stasiun yang melayani dua lin, akan terdapat dua kode lin pada signage. Ia menjabarkan bocoran bahwa Stasiun Tebet saat ini sudah dalam proses pembaruan signage.

Pertanyaan ketiga adalah bagaimana KAI menghadapi penerapan signage yang masih tidak standar, seperti penggunaan tulisan yang tidak sesuai standar baku. Yasin menjawab proses implementasi signage ini dilakukan oleh setiap unit fasilitas dari tiap Daop KAI. Namun proses pemasangan signage ini akan terus dikomunikasikan agar sesuai standar.
Seusai sesi tanya-jawab, webinar ini pun ditutup dengan sesi kuis dan kemudian foto bersama. (RED/IHF)