Berita KAFakta KAIndonesiaKereta ApiKereta CepatTeknis

Dilewati Sesar Lembang, Bagaimana Kereta Cepat Jakarta-Bandung Menghadapi Gempa Bumi

Rangkaian set pertama KCIC400AF saat menjalani uji LAA di Stasiun Tegalluar pada Sabtu kemarin. | Foto: Dokumentasi KCIC

REDigest.web.id, 27/11 – Gempa bumi menjadi momok yang menakutkan di Indonesia khususnya di Pulau Jawa. Posisi Indonesia yang berada di Cincin Api Pasifik membuat gempa bumi sering kali terjadi bahkan dengan kekuatan yang besar.

Jawa Barat merupakan salah satu wilayah gempa yang cukup aktif di Indonesia. Berdasarkan data dari BPBD Jawa Barat, pada tahun 2021 saja tercatat ada 20 gempa bumi yang terjadi di Jawa Barat. Selain itu terdapat sejumlah sesar di Jawa Barat, salah satunya adalah Sesar Lembang yang memanjang sejauh 29 kilometer di utara Kota Bandung dari Gunung Batu hingga Padalarang.

Pasca gempa bumi yang terjadi di Cianjur, keberadaan Sesar Lembang menjadi sorotan mengingat Jalur Kereta Cepat Jakarta-Bandung melintasi daerah Padalarang yang juga dilintasi oleh Sesar Lembang. Lantas bagaimana KCIC menghadapi permasalahan ini.

Seperti dilansir dari CNN Indonesia, Direktur Utama KCIC Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan semua infrastruktur kereta cepat dirancang tahan terhadap gempa bumi. Ia mengatakan prasarana kereta cepat dapat bertahan terhadap gempa bumi hingga magnitudo 8 dan dapat digunakan hingga 100 tahun.

Angka magnitudo 8 sendiri diambil dari gempa terbesar yang pernah terjadi di Jawa Barat sehingga infrastruktur kereta cepat sendiri dirancang tahan terhadap kerusakan parah yang diakibatkan gempa, tanah retak, hingga tanah longsor.

Tampak terowongan bawah tanah kereta cepat di kawasan Halim. | Foto: Detik.com

Selain itu sistem peringatan dini juga dibuat untuk memastikan perjalanan kereta aman dari gempa bumi. Sejumlah pos pemantau gempa ditempatkan di beberapa titik di sepanjang jalur dari Jakarta hingga Bandung. Di pos pemantau ini terpasang seismometer yang dapat mendeteksi gelombang P-wave atau gelombang pragempa.

Ketika seismometer mendeteksi P-wave, maka pos pemantau akan secara otomatis mengirimkan perintah ke gardu listrik yang nantinya akan mematikan listrik aliran atas. Matinya LAA akan memicu ATS yang akan menghentikan kereta sebelum gempa terjadi.

Sistem peringatan dini ini sendiri diadaptasi dari sistem yang digunakan oleh Shinkansen di Jepang. Sistem ini sendiri digunakan oleh Shinkansen sejak beroperasinya Tokaido Shinkansen pada tahun 1964.(RED/BTS)

Ikuti kami di WhatsApp dan Google News


Tinggalkan komentar...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

×