[Trip Report] Kereta api Madiun Jaya Eksekutif Modifikasi ala New Generation, Senyaman Apakah?

REDigest.web.id – Kereta api Madiun Jaya merupakan kereta yang melayani rute Pasar Senen-Madiun PP via Purwokerto-Yogyakarta-Solo Balapan dengan perjalanan dari Jakarta (Pasar Senen) pada malam hari dan dari Madiun pada pagi hari. Merupakan kereta campuran kelas eksekutif dan ekonomi premium, kereta ini diluncurkan pada 1 Februari 2025 dan merupakan pengganti dari kereta api Kutojaya Utara reguler rute Pasar Senen-Kutoarjo yang tidak lagi beroperasi sejak berlakunya Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka) 2025. Keunikan dari kereta ini adalah meskipun kereta pembangkit, kereta makan, dan kereta ekonomi premiumnya menggunakan kereta stainless steel generasi pertama yang sebelumnya digunakan oleh kereta api Kutojaya Utara, kereta eksekutifnya menggunakan tipe yang lebih lawas yaitu kereta eksekutif dengan bodi baja ringan (mild steel).
Namun, kereta api Madiun Jaya sejak 21 Maret 2025 secara resmi menggunakan kereta eksekutif modifikasi ala New Generation pada 21 Maret 2025, menggantikan kereta eksekutif konvensional berbodi baja ringan yang digunakan sebelumnya, terutama karena unit kereta eksekutif modifikasi ala New Generation yang pada saat artikel ini ditulis hanya terdapat sejumlah 2 unit, sesuai dengan kebutuhan kereta api Madiun Jaya. Kali ini, penulis akan melakukan review terhadap kereta eksekutif modifikasi ala New Generation dengan perjalanan yang dilakukan pada Senin, 7 Juli 2025.
Sekilas Kereta Eksekutif Modifikasi ala New Generation

Satu bulan sebelum pengoperasian kereta api Madiun Jaya, PT Kereta Api Indonesia (KAI) melalui akun Instagram dan juga sosial media resmi lainnya pada 9 Januari 2025 memperkenalkan kereta eksekutif modifikasi ala New Generation yang baru saja menjalani modifikasi di Balai Yasa Manggarai melalui akun Instagram resmi KAI @KAI121. Modifikasi kereta eksekutif ini adalah program untuk mengubah interior kereta eksekutif dengan bodi baja ringan (mild steel) menjadi setara dengan kereta eksekutif New Generation yang merupakan pesanan KAI pada PT Industri Kereta Api (INKA).
Dengan konsep modifikasi ala New Generation, Balai Yasa Manggarai melakukan perubahan struktur badan kereta untuk membuatnya tampil serupa dengan kereta eksekutif New Generation khususnya dalam hal bentuk jendela yang memanjang dan menyatu, serta posisi toilet juga berubah menjadi berada di salah satu sisi kereta saja dari yang sebelumnya 1 unit pada setiap ujung kereta, mengikuti kereta api stainless steel generasi pertama dan New Generation.
Walaupun pada awalnya kereta eksekutif modifikasi ala New Generation ini masih menggunakan bogie tipe K5/TB-398 pada saat kereta tersebut diperkenalkan di media sosial KAI121 yang kecepatan maksimalnya hanya 100 km/jam, namun akhirnya penggantian bogie dilakukan dengan bogie tipe K8/NT-60 untuk kereta dengan nomor seri K1 0 02 17 dan K10/TB-1014 untuk kereta dengan nomor seri K1 0 09 05 sehingga kecepatan maksimalnya menjadi 120 km/jam.
Kereta api Madiun Jaya pun resmi mendapatkan kereta eksekutif modifikasi ala New Generation pada 21 Maret 2025.
Awal Perjalanan

Perjalanan diawali pada malam hari, Senin, 7 Juli 2025 di Stasiun Pasar Senen, Jakarta Pusat. Penulis tiba di Stasiun Pasar Senen pukul 18.10 WIB dan setelah melakukan boarding 1 jam sebelum keberangkatan di pukul 20.10 WIB, penulis menuju jalur 1 di mana kereta api Madiun Jaya berada. Kereta api ini terdiri dari 1 kereta pembangkit, 2 unit kereta eksekutif, 1 kereta makan, dan 6 unit kereta ekonomi premium. Selain armada kelas eksekutif modifikasi ala New Generation, rangkaian kereta ini menggunakan armada stainless steel generasi pertama. Posisi kereta ekonomi premium terletak di depan rangkaian pada perjalanan menuju Madiun.
Impresi awal Eksterior

Posisi kereta eksekutif pada kereta api Madiun Jaya terdapat di bagian belakang kereta, setelah 6 unit kereta kelas ekonomi premium dan kereta makan, dan sebelum kereta pembangkit. Penulis berada pada kereta eksekutif 1, dengan nomor seri K1 0 09 05 milik Depo Kereta Api Jakarta Kota. Sebelumnya, kereta ini merupakan kereta eksekutif dengan kaca ala pesawat terbang yang awalnya digunakan untuk kereta api Gajayana pada masa awal berdinasnya.
Eksterior kereta ini sekilas terlihat seperti kereta api eksekutif new image keluaran tahun 2016-2017 dengan kacanya yang modelnya menyambung dan panjang, meskipun memiliki perbedaan yaitu pada toiletnya yang terletak hanya di satu sisi, tidak seperti kereta eksekutif new image yang memiliki toilet di kedua sisinya. Eksterior kereta memiliki warna abu-abu terang dengan lis berwarna hitam yang sejajar dengan jendela, dengan garis hijau di atas dan bawah jendela, serta pintu yang memiliki warna hijau dan pola seperti kereta stainless steel New Generation.
Pintu samping kereta ini menggunakan pintu manual, tidak menggunakan pintu otomatis seperti kereta stainless steel New Generation.
Impresi awal Interior

Memasuki interior, penulis disambut dengan pintu otomatis yang memiliki desain yang full menggunakan kaca, memberikan rasa kemewahan tersendiri dan tombolnya terletak di samping pintu, bukan di pintu itu sendiri seperti pada eksekutif stainless steel New Generation. Hanya saja detail kecil ini terkadang membingungkan penumpang yang baru pertamakali menggunakan pintu otomatis, karena tombolnya tidak terlihat langsung di depan mata. Penulis pun juga merasakan hal yang sama dengan perbedaan detail tersebut.
Terdapat juga 4 unit TV, dua unit pada masing-masing ujung kereta modifikasi ala New Generation. TV pada kereta ini pada saat perjalanan malam tidak dinyalakan. Berbeda dengan kereta stainless steel New Generation yang TV-nya digunakan untuk menampilkan informasi terkait dengan kereta, hal ini tidak ada pada kereta eksekutif modifikasi ala New Generation dan papan nama kondektur pun masih digunakan.

Lalu, AC kereta eksekutif yang penulis naiki terasa dingin, dan hawa dingin ini bertahan sepanjang perjalanan dari Pasar Senen hingga Madiun. Dan berbeda dengan kereta stainless steel New Generation, pintu sambungan antarkereta masih menggunakan pintu manual. Interior kereta ini juga memiliki penerangan yang lebih lembut, sehingga lebih nyaman saat perjalanan malam hari. Selain itu, terdapat juga Passenger Information Display System (PIDS), namun fungsinya seperti tidak terasa karena hanya menampilkan running display atau display berjalan dengan tulisan “PT KERETA API INDONESIA” dan “ANDA ADALAH PRIORITAS KAMI”, selain informasi posisi kursi dan posisi toilet.
Kursi

Penulis duduk di kursi nomor 5D, dan sekilas, kursi ini mirip dengan kursi yang ada pada kereta eksekutif stainless steel New Generation, bahkan warnanya pun sama, biru tua dengan sentuhan coklat muda. Warna ini merupakan warna standar pada kursi kereta eksekutif stainless steel New Generation rangkaian campuran (kelas eksekutif dan ekonomi dalam satu rangkaian). Bentuk meja makan serta bagian samping juga sama dengan kursi kereta eksekutif stainless steel New Generation. Fasilitas seperti meja makan dan colokan USB pun juga tersedia, begitu juga dengan sandaran kaki (footrest) yang modelnya masih sama. Bagian atas kursi pun memiliki lekukan yang membantu pada saat tidur.
Namun, terdapat pula hal yang berbeda. Dibandingkan kursi pada kereta eksekutif stainless steel New Generation, kursi kereta modifikasi ala New Generation ini lebih pendek, dengan tinggi yang lebih mirip dengan kursi kereta eksekutif stainless steel generasi pertama. Hal ini dapat dirasakan mengingat penulis bertinggi badan 164 cm dan beberapa minggu sebelumnya sempat melakukan perjalanan dengan kereta api Argo Muria yang menggunakan rangkaian eksekutif stainless steel New Generation baru dari PT INKA.
Detail interior kabin

Banyak detail interior kereta eksekutif modifikasi ala New Generation yang justru mirip dengan kereta stainless steel generasi pertama dibandingkan dengan kereta stainless steel New Generation. Misalnya, pada rak bagasi dan juga panel interior bagian samping. Panel interior bagian samping dari kereta ini menggunakan jenis yang serupa dengan kereta stainless steel generasi pertama, namun tidak dilengkapi dengan meja kecil di atas colokan listrik, hal ini menyulitkan penulis maupun penumpang lainnya untuk menyimpan minuman, terutama minuman panas. Begitu juga dengan rak bagasi yang digunakan, sama persis dengan kereta stainless steel generasi pertama namun sudah menggunakan nomor kursi LED.

Selain itu, bentuk gantungan yang ada pada dinding kereta ini pun terkesan “tidak rapi” dan berbeda dengan yang digunakan pada kereta stainless steel generasi pertama. Colokan listrik pada kereta ini juga menggunakan tipe colokan standar Indonesia yang sama dengan standar Uni Eropa, tidak seperti pada kereta stainless steel New Generation yang menggunakan colokan listrik tipe universal. Tidak hanya itu, kekurangan dari kereta eksekutif stainless steel generasi pertama juga diwarisi oleh kereta ini, yaitu jendela darurat yang tidak dilengkapi dengan tirai, sehingga harus menggunakan kaca film yang lebih gelap dibandingkan jendela lainnya.
Toilet

Toilet pada kereta ini terletak pada satu sisi saja, yaitu pada sisi kursi nomor 13. Hal ini sama dengan pada kereta stainless steel generasi pertama dan stainless steel New Generation. Toilet pada kereta ini terdapat sejumlah 2 unit, satu toilet pria dan satu lagi toilet wanita. Interiornya pun sama persis antara toilet pria dan wanita dengan dinding ala marmer, namun tidak ada meja lipat yang disediakan khusus untuk ibu yang ingin mengganti popok bayi, tidak seperti pada toilet kereta stainless steel New Generation. Kloset toilet ini menggunakan kloset duduk pada kedua toilet yang ada. Hal yang menarik dan ada pada kereta ini dan ada juga pada toilet kereta stainless steel New Generation adalah pencuci kaki (footwasher), dan pada toilet kereta ini juga terdapat pengering tangan (hand dryer) yang tidak ada pada toilet kereta stainless steel New Generation.
Pengalaman Selama Perjalanan
Perjalanan dimulai pada pukul 21.10 dari Stasiun Pasar Senen dan kereta berjalan hingga kecepatan maksimal 120 km/jam di beberapa petak jalur. Penulis tiba di Stasiun Madiun pada pukul 06.07 WIB, terlambat sekitar 2 menit di Stasiun Madiun namun tidak terlalu signifikan. Penumpang dari kereta api ini yang melakukan perjalanan dari Pasar Senen dan Bekasi mayoritas terlihat mengakhiri perjalanannya di Stasiun Tugu Yogyakarta, Solo Balapan, dan Madiun.
Kualitas Perjalanan (Ride Quality)

Dibandingkan dengan kereta api stainless steel new generation yang penulis sempat naiki, ketika kereta mulai mencapai kecepatan tinggi hingga 115-118 km/jam, guncangan pada kereta ini tidak begitu parah, namun suara bising masih terasa. Kurang lebih, apa yang dirasakan mirip dengan kereta eksekutif stainless steel generasi pertama. Pintu sambungan yang masih manual dan seperti biasa dibiarkan tidak tertutup, serta sambungan kereta juga masih menggunakan karet konvensional, belum menggunakan akordeon atau corrugated bellow seperti yang digunakan oleh kereta stainless steel New Generation, juga berkontribusi pada tingkat kebisingan kereta.
Mode malam kereta api ini dibuat gelap, sama halnya dengan kereta eksekutif stainless steel New Generation. Hal ini menambah kenyamanan tersendiri pada saat tidur. Penulis sendiri tertidur dari selepas Stasiun Cikampek hingga menjelang Stasiun Purwokerto.
Kualitas Fasilitas

Dibandingkan kereta eksekutif stainless steel New Generation, banyak dari kualitas fasilitas yang masih di bawahnya, terutama dalam hal panel interior, Passenger Information Display System, dan juga pintu otomatis yang tidak ada pada sambungan antarkereta. Namun, dengan kursi yang relatif mirip dengan kereta stainless steel New Generation, hal ini juga menjadi sesuatu yang patut diapresiasi. Selain itu, toilet kereta api ini juga mewah dan nyaman, sehingga penggunaan toilet tidak akan menjadi masalah bagi penumpang.
Dari penulis sendiri, ketidaknyamanan paling mencolok adalah tidak adanya meja kecil untuk meletakkan minuman, sehingga menyulitkan pada saat minum minuman panas, dan tidak seperti kereta stainless steel New Generation, kereta eksekutif modifikasi ala New Generation yang menggunakan panel interior kereta stainless steel generasi pertama tidak memungkinkan pada sisi panelnya untuk menyimpan minuman dengan nyaman.
Selain itu, salah satu ketidaknyamanan yang cukup menjadi sorotan penulis adalah lampu yang terlalu terang di ujung kereta pada ujung kursi nomor 1, yang mengganggu kenyamanan pada saat malam. Lampu ini tetap menyala ketika penerangan dalam kereta disetel menjadi mode malam.
Akhir Perjalanan dan Kesimpulan

Pada dasarnya, kereta ini cukup nyaman untuk perjalanan malam hari dikarenakan penerangan yang baik, pendingin ruangan yang berfungsi optimal, dan juga kebisingan yang cukup untuk perjalanan malam, meskipun masih terdapat beberapa poin yang perlu menjadi saran untuk perbaikan pada kereta api ini, yaitu pada finishing interior yang dapat dibuat lebih rapi, lebih mirip dalam penggunaan komponen dengan kereta eksekutif stainless steel New Generation.
Sedikit perbandingan, ketika penulis menaiki kereta api Majapahit yang menggunakan kereta ekonomi stainless steel New Generation untuk pulang dari Madiun menuju Jakarta, kereta ini unggul dalam hampir seluruh sisi kecuali pada hal kursi (karena KA Majapahit merupakan kereta kelas ekonomi) dan juga mode malam yang lebih gelap (karena mode malam pada kereta ekonomi stainless steel New Generation tidak dibuat gelap).
Hal ini tentu perlu menjadi perhatian, karena penumpang kelas eksekutif layak mendapatkan pelayanan yang lebih baik mengingat harga tiket yang lebih tinggi, dan jangan sampai kelas eksekutif selain pada kereta stainless steel New Generation kalah dalam hal kenyamanan dibandingkan kereta ekonomi stainless steel New Generation. Pada akhirnya, apa yang diharapkan penulis maupun penumpang kereta api adalah pelayanan yang sebanding dengan apa yang dibayarkan. (RED/FD)