Berita Lain-Lain

Kalo Mampir Ke Bekasi, Jangan Lupa Jajan Kue Awug



Kamu rindu menyantap kue awug? Masyarakat Betawi biasa menyebutnya kue dongkal. Panganan ini terbilang langka karena sudah tidak banyak pedagang yang menjual. Namun, Anda tetap bisa menemukan kue awug di dekat stasiun Bekasi.
Awug adalah panganan terbuat dari tepung beras yang dihaluskan kemudian diisi gula aren dan dikukus. Awug biasanya disajikan di atas daun pisang dan ditabur parutan kelapa. Kue ini biasanya dihadirkan dalam acara ulang tahun, selametan, atau pengajian. Di Jawa Barat kue ini dinamai awug, sedangkan di Betawi biasa disebut dongkal.

Pedagang Kue Awug di Bilangan Proyek Bekasi, Jalan Ir H Juanda, Kota Bekasi. Foto: Asri Bening/Bekasiurbancity.com

Uniknya, kue awug ini berbentuk tumpeng  dengan perpaduan rasa antara gurih dan manis. Tekstur kue awug ini juga lebih pulen dari kue putu. Kue ini lebih nikmat disantap saat masih hangat dan cocok menjadi panganan saat musim hujan.
Imam (27), mengaku sudah 5 tahun berjualan  kue awug di Bekasi. Gerobak awug milik Imam berlokasi di sekitar 500 meter ke arah timur dari stasiun Bekasi (sekitar PJL 81). Tepatnya di Jl. Ir. H. Juanda, depan KCP BCA Proyek, Bekasi Timur. 
Imam berjualan mulai pukul 15.00 hingga 22.00 WIB. “Tapi kalau dagangannya lagi laris tentu akan lebih singkat waktunya,” ujarnya sambil menyiapkan awug pesanan pembeli.

Pedagang Kue Awug di Bilangan Proyek Bekasi, Jalan Ir H Juanda, Kota Bekasi. Foto: Asri Bening/Bekasiurbancity.com

Setiap hari Imam memasak 20 liter beras atau sekitar 17 tumpeng dan selalu terjual habis. Kue awuk ini dijual seharga Rp10.000 untuk satu kotak kecil dan Rp55.000 untuk harga satu tumpeng. Dalam sebulan Imam bisa merauk omzet sebesar Rp20juta hanya dari berjualan awuk.

Pedagang Kue Awug di Bilangan Proyek Bekasi, Jalan Ir H Juanda, Kota Bekasi. Foto: Asri Bening/Bekasiurbancity.com

Warga gang mawar, Jl. Kartini, Bekasi Timur ini awalnya adalah seorang karyawan DPRD Kota Bekasi. Kemudian, ia memutuskan berwirausaha berjualan awuk. “Saya lebih suka jadi wirausaha. Di sini saya yang jadi bos, nggak ada yang atur, gajiannya setiap hari. Kalau jadi karyawan harus taat sama perintah atasan. Belum lagi harus nunggu akhir bulan baru dapat pemasukan,” pengakuan Imam.
Jika nantinya kue awug tercatat sebagai warisan dunia di Unesco, Imam turut bangga karena bisa ikut membudayakan panganan jajanan pasar yang legendaris ini.

Ikuti kami di WhatsApp dan Google News


Tinggalkan komentar...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

×