Perbedaan Antara KRL Seri 205 dari Jalur Saikyo, Jalur Yokohama, dan Jalur Nambu
2 KRL seri 205 berpapasan di Stasiun Manggarai |
KRL seri 205 saat ini merupakan KRL dengan jumlah terbanyak yang beroperasi di Jabodetabek. Didatangkan mulai akhir 2013, kini jumlah keseluruhannya mencapai 476 unit yang terbagi menjadi 60 rangkaian dengan formasi setiap rangkaian terdiri dari 6, 8, atau 10 kereta. Dan di antara 476 unit itu, terdapat 32 unit yang tidak dapat dioperasikan karena roda tipis, kecelakaan, dan menjadi donor suku cadang untuk rangkaian lainnya, sehingga hanya 444 unit yang terbagi dalam 57 rangkaian yang dapat dioperasikan. 20 rangkaian di antaranya yang memiliki formasi asli 6 kereta, 12 di antaranya digabungkan menjadi 6 rangkaian dengan formasi 4+6 atau 10 kereta dengan melepas 2 kereta tengah, 4 rangkaian digabungkan menjadi 2 rangkaian dengan formasi 6+6 atau 12 kereta, dan 1 rangkaian beroperasi sebagai rangkaian 8 kereta dengan menyisipkan lepasan dari rangkaian 4+6 tadi. Sedangkan 3 rangkaian lainnya masih memiliki susunan asli 6 kereta per rangkaian, belum diubah menjadi 4+6 atau 6+6. Sehingga total jumlah rangkaian seri 205 yang ada di Jabodetabek sampai saat ini adalah 52 rangkaian, dengan jumlah rangkaian yang beroperasi sebanyak 46 rangkaian kalau hitung-hitungan saya tidak keliru.
Dengan jumlah sebanyak itu, mungkin anda bosan karena sekarang hampir di setiap jalur di Jabodetabek pasti ada lebih dari 1 rangkaian KRL seri 205 yang beroperasi. Namun tentunya banyak dari anda yang belum terlalu bisa membedakan antara masing-masing rangkaian seri 205 yang didatangkan dari 3 jalur berbeda di Jepang. Perbedaan bisa dilihat dari eksterior kereta maupun interiornya. Mau tau apa yang membuat mereka berbeda padahal terlihat sama?
KRL Seri 205 Jalur Saikyo
KRL seri 205 dari jalur Saikyo, rangkaian 205-142F (K1 1 14 121 TS) |
KRL seri 205 dari jalur Saikyo merupakan KRL seri 205 jenis pertama yang didatangkan ke Indonesia pada akhir tahun 2013. Didatangkan sebanyak 180 unit yang terbagi dalam 18 rangkaian, 2 rangkaian yang diturunkan pertama kali adalah 205-99F (eks Kawagoe set 11, nomor lambung Kemenhub K1 1 13 71-80) dan 205-123F (eks Kawagoe set 15, nomor lambung Kemenhub K1 1 13 61-70). Rangkaian-rangkaian dari jalur Saikyo ini memiliki jenjang waktu yang cukup lama dari sejak pertama diturunkan dari kapal sampai benar-benar berdinas. Ujicoba angkut penumpang saat itu dilakukan pada tanggal 6 Februari 2014 dengan nomor perjalanan AL/25 dan baru berdinas reguler sebulan kemudian, sekitar 5 bulan sejak penurunan.
Rangkaian ini memiliki formasi baku 10 kereta, dan umumnya terdiri dari 2 kereta pengikut berkabin, 3 kereta motor berpantograf belah ketupat, 3 kereta motor tanpa pantograf, dan 2 kereta pengikut dengan jumlah pintu 6 buah per sisinya. Formasi 10 kereta dengan kereta-kereta 6 pintu inilah yang membedakan KRL seri 205 Saikyo dengan KRL seri 205 dari jalur lainnya. Menurut klasifikasi Jepang, kereta 6 pintu ini dinomori サハ (SaHa) 204-0. Namun ada juga beberapa rangkaian yang tidak memiliki SaHa 204-0, sebagai gantinya adalah SaHa 205 dengan 4 pintu per sisinya.
Namun, ada 3 rangkaian (32 unit) yang tidak dapat dioperasikan lagi. Ketiga rangkaian itu adalah 12 kereta gabungan dari 205-123F dan 205-54F yang terlibat dalam kecelakaan Juanda, dan 20 kereta dari rangkaian 205-137F dan 205-17F.
SaHa 204-12 (K1 1 14 128) |
Pada interior kereta 4 pintu, KRL seri 205 Saikyo tidak memiliki “tempat bersandar” di setiap ujung-ujung jok, berbeda dengan KRL seri 205 dari jalur lainnya. Sedangkan pada kereta 6 pintu, jok yang digunakan menggunakan sarung hijau.
Interior kereta 4 pintu, MoHa 205-247 (K1 1 14 44) |
KRL Seri 205 Jalur Yokohama
KRL seri 205 dari jalur Yokohama |
KRL seri 205 dari jalur Yokohama adalah KRL seri 205 jenis kedua yang didatangkan ke Indonesia mulai pertengahan 2014, segera setelah rampungnya pengiriman KRL seri 205 dari jalur Saikyo. KRL ini didatangkan sebanyak 176 unit yang terbagi dalam 22 rangkaian dengan formasi 8 baku kereta per rangkaian.
1 rangkaian KRL seri 205 dari jalur Yokohama umumnya terdiri dari 2 kereta pengikut berkabin, 2 kereta motor berpantograf satu lengan, 2 kereta motor tanpa pantograf, 1 kereta pengikut dengan 4 pintu per sisi, dan 1 kereta pengikut dengan 6 pintu per sisi. Namun, kereta 6 pintu ini berbeda dengan yang dimiliki oleh KRL seri 205 dari jalur Saikyo.
Dalam klasifikasi Jepang, kereta 6 pintu ini dinomori サハ (SaHa) 204-100. SaHa 204-100 ini memiliki konstruksi badan, bentuk pintu, dan bogi yang mirip dengan KRL seri 209-0.
SaHa 204-125 (K1 1 14 239) |
Dari 22 rangkaian itu, terdapat 2 rangkaian yang sedikit berbeda. 1 rangkaian menggunakan SaHa 204-0, dan 1 rangkaian lainnya tidak memiliki Saha 204-0 ataupun SaHa 204-100.
Pada interior kereta 4 pintu, KRL seri 205 dari jalur Yokohama ini tidak memiliki perbedaan besar dengan KRL seri 205 dari jalur lain, namun terdapat “tempat bersandar” di setiap pojokan kursi. Sedangkan untuk kereta 6 pintu, jok yang digunakan memiliki sarung berwarna merah muda keunguan.
Interior MoHa 205-221 (K1 1 14 176) |
KRL Seri 205 Jalur Nambu
KRL seri 205 dari jalur Nambu, rangkaian 205-86F (K1 1 15 19 TS) + 205-88F (K1 1 15 07 TS) formasi 12 kereta |
KRL seri 205 dari jalur Nambu adalah KRL seri 205 jenis ketiga yang didatangkan ke Indonesia mulai pertengahan 2015. KRL ini didatangkan sebanyak 120 unit yang terbagi dalam 20 set dengan formasi baku 6 kereta. Namun, di Indonesia KRL ini akan dioperasikan dengan formasi 6+6 sehingga menjadi 10 rangkaian dengan formasi 6+6 atau 12 kereta. Meskipun begitu, baru 2 rangkaian yang beroperasi dengan formasi 6+6, sisanya beroperasi dengan formasi 4+6 atau 8 kereta sambil menunggu kesiapan prasarana.
Rangkaian dengan ciri khas kelir kuning-jingga-hitam khas jalur Nambu yang dipertahankan dengan tambahan topeng merah sebagai ciri khas PT. KCJ ini tentunya menjadi KRL seri 205 yang paling mudah dikenali di antara KRL seri 205 dari jalur lain. 1 rangkaian seri 205 Nambu formasi baku memiliki 2 kereta pengikut berkabin, 2 kereta motor berpantograf satu lengan, dan 2 kereta motor tanpa pantograf. Tidak ada yang spesial dari formasi baku tersebut, kecuali ketika digandengkan menjadi 6+6, dan melihat formasi yang membuat adanya kabin di tengah rangkaian itu membawa memori kembali ke zaman Divisi Jabotabek di mana KRL-KRL Ekonomi juga digandengkan dengan formasi 4+4. KRL seri 103 pun pernah juga digandengkan dengan formasi 4+4.
Kabin-kabin tengah dari rangkaian 12 kereta |
Interior KRL seri 205 dari jalur Nambu tidak jauh berbeda dengan KRL seri 205 dari jalur Yokohama, yaitu sama-sama memiliki “tempat bersandar” di setiap pojokan kursi. Namun pada beberapa kereta, di bagian pintu terdapat stiker berwarna kuning di lantai.
Interior Moha 205-13 (K1 1 15 20) |
Itulah yang membedakan KRL seri 205 dari masing-masing jalur. Sekarang sudah bisa membedakan kan?
RE Digest | MPSCLFJRN