IndonesiaKereta ApiOpini

[Opini Penulis] KA Sapu Jagad Ada Lagi? Kemunduran!

Suasana KA Sapu Jagad. Tentu saja tidak manusiawi terutama untuk standar sekarang (Kompas)

[22/06/16] Tidak lama berselang setelah ada usulan dari anggota komisi V DPR Muhidin Muhamad Said terhadap mentri perhbungan Ignasius Jonan untuk mengadakan kembali KA Sapu Jagad, berbagai tanggapan pun langsung bermunculan, mulai dari sebagian kalangan masyarakat umum, railfans termasuk Penulis sendiri, pengamat transportasi, bahkan sang menhub dan Dirut KAI sendiri, dengan suara yang sama: menolak tegas. Bahkan KAI saja sejak 2009 sudah tidak mau menjalankan perjalanan KA ini.

Baca juga: Menhub Tolak Pengoperasian Kembali KA Sapujagat

KA Sapu Jagad, bagi yang asing akan nama KA ini, adalah istilah untuk KA tambahan yang mengangkut penumpang yang tidak kebagian tiket untuk KA angkutan lebaran (terutama KA Ekonomi), dengan menggunakan kereta bagasi. Karena sifatnya yang “menyapu” sisa-sisa penumpang mudik yang tak terangkut inilah KA ini diberi nama KA Sapu Jagad.

KA ini dioperasikan hanya sampai tahun 2009, dikarenakan alasan kemanusiaan, keselamatan, dan keamanan perjalanan.

Salah satu kereta bagasi buatan INKA angkatan 2008. Kereta model serupa pernah digunakan untuk KA Sapu Jagad (Senna Hananto)

Berikut beberapa alasan menurut Penulis mengapa KA Sapu Jagad jika ada lagi adalah suatu kemunduran:

1. Emangnya itu angkutan barang atau orang?

Coba pikirkan saja, menjejalkan orang-orang ke kereta yang didesain untuk mengangkut barang, untuk perjalanan jauh pula tentu tidaklah manusiawi. Meskipun pada tahun 2008 INKA memang membuat kereta B (Bagasi) yang didesain relatif lebih nyaman dibanding kereta B tua yang sudah lebih dulu dipakai untuk KA Sapu Jagad, sampai-sampai dilengkapi alas karpet, toilet, dan kipas angin, tapi tetap saja, kalau dijejali oleh orang-orang akan sama saja kepanasan. Andaikan sebelum 2008 KA Sapu Jagad dihapus, Penulis ragu B 2008 sampai dibuat sedemikian rupa karena pastinya tidak akan dipakai untuk mengangkut penumpang.

Mentri Perhubungan Jusman Syafiie pada tahun 2008 meninjau kereta bagasi yang akan dipakai sebagai KA Sapu Jagad angkutan lebaran 2008. Meski memang diciptakan relatif “nyaman” dibanding kereta bagasi sebelumnya, tetap saja tidak ideal dijadikan angkutan penumpang karena fungsi aslinya adalah kereta bagasi (Kompas)

Sedangkan menjejalkan orang-orang di KRL/KRD yang memang didesain untuk mengangkut penumpang berlebih (umumnya ~150% kapasitas tempat duduk) saja terkadang sudah dianggap tidak manusiawi, apalagi kalau orang ditaruh di dalam kereta bagasi tanpa batasan kapasitas penumpang?

2. Gak mikir nyawa orang?

Karena sifat kereta barang yang amat bebas tempat duduk seperti itu, maka tentu saja akan menimbulkan keadaan yang semrawut karena pasti akan terjadi rebutan untuk mendapatkan posisi lesehan yang nyaman. Selain itu, ketika kereta seperti itu dipenuhi orang, tentunya yang ada pengap, pintu-pintu pasti akan dibuka semua lagi seperti yang sudah-sudah.

Gak bakal mau KAI dan semua orang melihat hal ini terjadi lagi di tahun 2016 (Youtube)

KAI sekarang saja gak mau ngeliat pintu KAJJ terbuka ketika berjalan satu buah pun, bagaimana yang segede pintu B?

3. Sistem pertiketan bagaimana?

KAI sejak tahun 2011 telah membatasi kapasitas tiket KAJJ untuk semua kelas menjadi 100% kapasitas (tidak ada lagi tiket berdiri; satu orang satu tempat duduk), dengan tujuan untuk memanusiakan pelayanan, karena dengan ini tentu saja setiap orang menjadi jelas jatah tempat duduknya sehingga tidak ada yang rebutan, dan tentu saja tidak ada lagi KAJJ yang diisi hingga berdesakan sampai-sampai toilet dan bordes atau bahkan lokomotif pun dipenuhi orang.

Tentu sistem tiket seperti ini tidak bisa diterapkan untuk kereta yang bebas tempat duduk seperti KA Sapu Jagad, karena tidak mungkin mengatur ruang seperti itu agar bisa diduduki secara teratur.

Oleh karenanya, permintaan DPR untuk mengadakan kembali KA Sapu Jagad tidak hanya absurd tetapi juga akan menciptakan kemunduran. Akan jauh lebih baik untuk mengusulkan solusi yang masuk akal seperti memberikan bantuan dana untuk membeli unit kereta tambahan dan meningkatkan sarana-prasarana angkutan perkeretaapian sehingga kapasitas angkutan lebaran bisa lebih banyak dan arusnya lebih lancar, tetapi tetap manusiawi.

Seluruh isi tulisan ini murni opini penulis, dan tidak mewakili pandangan Railway Enthusiast Digest secara keseluruhan. Ketidaksesuaian isi tulisan dengan keadaan di lapangan mungkin saja terjadi, karena perbedaan pengalaman yang dirasakan setiap individu.

RAILWAY ENTHUSIAST DIGEST|IKKO HAIDAR FAROZY/ARGO SAKURAI

Ikuti kami di WhatsApp dan Google News


Tinggalkan komentar...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

×