Fakta KAIndonesiaKereta Api

16 Tahun Toei 6000: Pensiunnya Sang Pelopor KRL Impor Eks Jepang

Toei 6000 terakhir yang beroperasi, 6181F

16 tahun yang lalu, sebuah era baru di jagat perkeretaapian Jabodetabek dimulai. Kelompok pertama dari 72 unit kereta rel listrik pemberian dari Pemerintah Kota Tokyo kepada PT KA Divisi Jabotabek tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Kedatangan ini merupakan bantuan sebagai bentuk keprihatinan terhadap kondisi KRL Jabotabek pada saat itu yang jauh sekali dari kata layak.

Bayangkan saja dengan keadaan KRL Ekonomi yang pada saat itu sudah jauh melampaui kapasitas sampai-sampai banyak orang yang mempertaruhkan nyawanya dengan menempati tempat yang tidak semestinya seperti atap atau bergelantungan di pintu, suasana KRL Jabotabek kala itu amatlah mengenaskan.

Akhirnya datanglah ke-72 unit KRL ini mulai bulan September tahun 2000 secara bertahap sampai tahun 2001. Ya, ke-72 KRL itu adalah KRL seri 6000 yang pada awalnya beroperasi di jalur Mita yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Tokyo (Toei). Seperti kebanyakan barang baru, tentunya terdapat sedikit kesan aneh dan tidak biasa ketika pertama kali kita melihatnya. Dibandingkan dengan KRL-KRL lain yang sudah beroperasi pada saat itu, Toei 6000 terlihat lebih kotak, dengan jumlah kaca depan 3 buah, pintu di bagian muka, lampu berada di “pipi”, interior dengan jok busa bukan fiber seperti yang sudah-sudah, dan lain sebagainya.

Meskipun sebelumnya sudah ada rangkaian KRL Ekonomi Rheostatik yang dibeli baru dari tahun 1976 hingga 1986, dan selanjutnya KRL Hitachi yang dibeli baru dari tahun 1997 yang semuanya memang buatan Jepang, tetapi KRL Toei 6000 adalah pelopor dari impor KRL bukan baru dari Jepang, yang tren ini berlanjut hingga sekarang.

Dari 72 unit yang datang ini terbagi menjadi 15 rangkaian, yaitu 6121F, 6151F, 6161F, 6171F, 6181F, 6191F, 6201F, 6211F, 6221F, 6231F, 6241F, 6251F, 6261F, 6271F, dan 6281F. Namun, hanya 8 rangkaian saja yang datang secara utuh, sedangkan 7 rangkaian lainnya datang secara tidak utuh, hanya kereta-kereta tengahnya saja. Sedangkan kabin dari 7 rangkaian tersebut ditinggal di Jepang. Oleh karenanya kemudian lahir beberapa rangkaian yang kabin masinisnya memiliki bentuk berbeda-beda, yaitu 6217F, 6227F, serta 6177F.

Toei 6177F, dengan kereta kabin dari kereta tengah yang dimodifikasi

Rangkaian-rangkaian Toei 6000 ini segera setelah diujicoba di Indonesia langsung diujicobakan dan didinaskan sebagai KRL Pakuan Ekspres relasi Jakarta-Bogor dan langsung menjadi primadona baru para komuter di lintas tersebut, dengan kenyamanan lebih dibandingkan dengan KRL Pakuan Bisnis.

Ketika jumlahnya mulai banyak, Toei 6000 juga mulai disusun ulang menjadi 8 kereta dan mulai dipergunakan untuk layanan KRL Ekspres lainnya yaitu Depok Ekspres dan Bekasi Ekspres. Bahkan pada saat itu juga, setiap rangkaian memiliki spesialisasi dinasannya sendiri, seperti 6121F dan 6171F yang selalu berdinas sebagai KRL Pakuan Ekspres dan 6161F yang selalu berdinas sebagai KRL Depok Ekspres.

Masa-masa kejayaan dari KRL Toei 6000 (2427 Junction)

Seakan mempertahankan eksklusivitasnya, KRL Toei 6000 terkenal hampir tidak pernah berdinas sebagai ekonomi AC, bahkan ketika layanan ini mulai muncul di tahun 2007 di mana banyak rangkaian KRL terutama eks Tokyu dipekerjakan amat intens menjadi ekonomi AC dan ekspres, kecuali satu rangkaian yaitu 6281F yang selalu berlangganan dalam berdinas sebagai KRL Ekonomi AC Ciujung, meskipun sempat berdinas juga sebagai KRL Bojonggede Ekspres dengan tulisan Ciujung yang ditutupi lakban.

KRL Toei 6000 sendiri juga merupakan salah satu jenis KRL Jepang yang beberapa kali terlibat dalam kecelakaan. Tercatat ada dua kali kecelakaan yang mengakibatkan dua kepala KRL Toei harus dioperasi plastik, yaitu kecelakaan di Kampung Bandan dan di Kebon Pedes. Kepala yang telah dioperasi plastik ini lalu digabungkan dengan dua unit kereta tengah sehingga menjadi satu rangkaian dengan formasi 4 kereta.

Lama kelamaan, kebutuhan akan rangkaian formasi 8 kereta meningkat, dikarenakan penerapan kelas tunggal oleh PT KCJ yang mengakibatkan hilangnya eksklusivitas Toei 6000. KRL dengan formasi 6 kereta mulai dianggap tidak menyelesaikan masalah pertambahan penumpang, sehingga beberapa rangkaian KRL Toei dengan formasi 6 kereta diperpanjang menjadi 8 kereta, dengan tentu memperpendek rangkaian lainnya menjadi 4 kereta yang kemudian dijadikan KRL feeder. Bahkan ada juga rangkaian yang menjadi 2 kereta saja dan digunakan sebagai KRL pelangsir di dalam dipo. Rangkaian-rangkaian yang mengalami pemanjangan itu adalah 6151F, 6177F, dan 6227F.

Seiring waktu, kehandalan KRL Toei juga mulai berkurang. Dari mulai keluhan AC yang panas, sampai gangguan-gangguan operasional yang mengakibatkan KRL tidak dapat melanjutkan perjalanan. Pada akhirnya, pengacakan formasi dilakukan kembali kepada KRL Toei, kali ini dengan menukar kereta-kereta motor yang masih sehat dengan kereta motor yang mulai sakit. Hal ini menyebabkan beberapa rangkaian harus purna tugas lebih cepat. Di antara rangkaian tersebut adalah 6121F, yang digabungkan dengan 3 kereta dari 6271F yang batch-nya berbeda dan memiliki sedikit ketidakcocokan sistem antara batch awal dengan batch yang lebih baru.Meski demikian, sejak akhir 2014, ketika KRL KfW buatan INKA yang notabene amat baru dibanding Toei 6000 hanya didinaskan di rute Jakarta Kota-Kampung Bandan dan Tangerang, KRL Toei 6000 berdinas melanglang buana dari sebagai feeder sampai-sampai masih juga menjalani rute Bogor-Jatinegara via Kampung Bandan pp. Entah ini sebuah ironi atau pengakuan atas keandalan dari barang buatan akhir 1960an ini…

Toei 6181F dengan skema kedua terakhirnya, 2015

Di bulan-bulan terakhir tahun 2014, masih terdapat 2 rangkaian Toei 6000 yang beroperasi, yaitu 6177F dan 6181F. Pada akhir tahun 2015, sempat beredar kabar heboh bahwa Toei 6000 telah pensiun semuanya ketika rangkaian 6177F purna tugas dan rangkaian 6181F dalam beberapa hari juga tidak terlihat di lintas. Akan tetapi, ternyata informasi ini hanyalah “kepanikan sesaat” karena ternyata rangkaian 6181F masih dapat berdinas dan beberapa hari kemudian muncul kembali.

Perjalanan terakhir KRL Toei 6281F (Lucius Juan Halim)

6181F sendiri masih bertahan sampai tahun 2016 ini hingga akhirnya KRL seri 6000 dari Tokyo Metro yang sudah berteknologi VVVF tiba di Indonesia, di mana status 6181F dari rangkaian reguler turun menjadi rangkaian cadangan yang lebih banyak menghabiskan waktunya di dipo. Sementara itu, nasib 6177F yang dipurnatugaskan terlebih dahulu berakhir di lahan kosong di sisi barat Dipo Depok, di mana ia ditanahkan bersama beberapa unit kereta lainnya yang juga sudah purna tugas, sama seperti sejawatnya yaitu 6227F dan 6121F.

Dan pada akhirnya, Toei 6181F tidak pernah menampakkan dirinya lagi sejak akhir September 2016 yang lalu, hingga saat tulisan ini diturunkan. Konon, 6181F akhirnya purna tugas karena suku cadangnya dikorbankan untuk rangkaian lain, dan tentu saja rangkaian lain itu bukan Toei 6000. Kabar tersebut seolah sekaligus mengonfirmasi bahwa Toei 6000 memang sudah pensiun, di tahun ke-16 kedinasannya di Indonesia. Sehingga dengan demikian, Toei 6000 yang masih beroperasi hanya dapat ditemukan di Jepang, yaitu di Chichibu Railway dan di Kumamoto Railway.

Toei 6181F yang terparkir di samping rangkaian JR 103 yang purna tugas di Dipo Depok. Foto diambil pada tanggal 25 Oktober 2016
Dan pada akhirnya, KRL-KRL Toei yang belum ditata dan ditanahkan pun mulai dikirimkan ke tempat peristirahatan terakhirnya. Dimulai dengan 6201F pada dini hari tadi, yang dikirimkan menuju stasiun Cikaum di Kabupaten Subang, dan berkumpul bersama adik-adiknya yang sudah purna tugas terlebih dahulu. Rangkaian lainnya mungkin akan segera menyusul.さよなら都営地下鉄6000型, kenangan bersamamu akan selalu tersimpan dalam memori…

Tim RE-Digest

Ikuti kami di WhatsApp dan Google News


One thought on “16 Tahun Toei 6000: Pensiunnya Sang Pelopor KRL Impor Eks Jepang

Tinggalkan komentar...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

×