Fakta KAIndonesiaKAI CommuterKereta Api

Si Nenek Gaul 6101F, Kakak Tertua dari Seri 6000 Tokyo Metro

nenek gaul 6101F
Rangkaian 6101F, sebulan setelah debut kehidupan kedua di Indonesia | Foto: Muhammad Pascal Fajrin

REDigest.web.id – Tahun 2016 menjadi sebuah tahun yang sangat mengejutkan bagi jagat perkeretaapian wilayah Jabodetabek. Ya, pada tahun tersebut PT Kereta Commuter Indonesia atau KCI (ketika itu masih bernama Kereta Api Commuter Jabodetabek alias KCJ) membeli 6 rangkaian KRL seri 6000 dari Tokyo Metro. Salah satu rangkaian yang dilepas oleh Tokyo Metro kepada KCI adalah rangkaian purwarupa kedua dari keluarga seri 6000 milik Tokyo Metro, yaitu rangkaian 6101F, yang berjuluk “Si Nenek Gaul”.

Rangkaian ini sendiri cukup terkenal sebagai rangkaian yang bersejarah karena merupakan salah satu rangkaian yang merintis jalan untuk pengembangan KRL bawah tanah berbodi aluminium ringan dengan desain muka yang modern dan futuristik di Jepang hingga masa kini, dan juga mempelopori penggunaan traksi chopper pada KRL bawah tanah di wilayah Tokyo maupun di seluruh Jepang.

Kedatangan rangkaian 6101F di Jabodetabek juga praktis langsung menggusur predikat 6105F yang dulunya adalah rangkaian seri 6000 eks Tokyo Metro tertua di Jabodetabek. Kebetulan, rangkaian tersebut juga sudah sempat diceritakan beberapa waktu lalu.

Sebelum membahas lebih jauh tentang 6101F, mari kita menengok ke belakang untuk mengetahui sejarah dari rangkaian ini.

Awal Hidupnya di Jepang

6101F semasa berdinas di Jepang | Foto: STTrain/Wikimedia Commons (Public domain)

6101F pertama kali dibuat sebagai rangkaian 6 kereta (dengan seluruh kereta bermotor traksi) oleh Kawasaki Heavy Industries di Kobe pada tahun 1969 (Showa 44). Pembuatan rangkaian ini untuk menyempurnakan hasil uji coba dari rangkaian purwarupa pertama pada seri 6000, yaitu 6000-1F alias 6000 Hyphen Set oleh Teito Rapid Transit Authority (TRTA/Eidan Subway). Penyempurnaan dan perubahan yang diterapkan pada 6101F sendiri di antaranya:

  • Proses pencetakan bodi disempurnakan untuk mengurangi bobot bodi (dari 5 ton menjadi 4.3 ton), menyederhanakan proses pemasangan komponen, memperbaiki desain eksterior, dan sebagainya.
  • Plat penutup komponen traksi (seperti yang sempat dipergunakan di 6000-1F ketika masa ujicoba) tidak dipergunakan untuk mempermudah proses perawatan rangkaian.
  • Sistem kendali pada komponen traksi chopper disempurnakan.
  • Rasio gir pada motor traksi diperbesar untuk memperbesar nilai percepatan ketika akselerasi dan deselerasi.
  • Bingkai jendela pintu penumpang dibuat menjadi berbahan metalik untuk memperindah tampilan interior.
  • Desain dari dinding pembatas ujung tiap kursi diperbaiki untuk meningkatkan estetika interior di mata penumpang.
  • Kipas angin dan penghangat ruangan dipasang sejak awal untuk membuat rangkaian tersebut dapat langsung dipergunakan dalam dinas reguler.

Ketika pertama kali diperkenalkan, nomor urut dan susunan formasi 6101F tidaklah seperti sekarang, yang dimana susunannya yaitu 6M0T, alias formasi all-motor car. Sebab, pembuatan rangkaian 6101F adalah untuk uji coba lanjutan dari interferensi induksi maupun memeriksa titik utama dari masalah yang ditemukan dalam mekanisme pengereman regeneratif pada sistem traksi chopper.

Data yang telah didapat dari ujicoba tersebut selanjutnya dipergunakan untuk memperbaiki desain teknis komponen traksi maupun bodi dan sebagainya pada model produksi massal. Adapun rincian formasinya yaitu seperti yang tertera pada tabel berikut ini:

Formasi awal 6101F ketika masih bernama 6011F | Litbang RED
Keterangan dari kode perangkat traksi yang terpasang di rangkaian ini yaitu:
  • CH: Chopper
  • P: Pantograf (2x menandakan bahwa pantografnya ada 2 unit)
  • MG: Motor Generator
  • CP: Kompresor

Pada masa tersebut 6101F diberi nomor yaitu 6011 hingga 6016 (dengan sistem yang mirip seperti di Toei 6000), dengan kata lain 6101F ketika itu disebut sebagai 6011F. Setelah dikirimkan dari pabrik, 6101F terlebih dahulu menjalani ujicoba di Tozai Line bersama dengan 6000-1F yang ketika itu masih bernomor 6001F untuk mengetahui kinerja dari traksi chopper yang dibawa oleh kedua rangkaian tersebut.

Saat itu traksi chopper masih merupakan ”barang baru” yang belum diketahui kinerjanya secara pasti, termasuk pula untuk soalan interferensi induktif dan masalah pada pengereman regeneratif. Ketika petak pertama Jalur Chiyoda (Kita-Senju – Otemachi) dibuka pada 20 Desember 1969, TRTA mengoperasikan KRL seri 5000 untuk mengisi armada di Chiyoda Line. Sementara itu kedua rangkaian KRL seri 6000 tersebut masih menjalani tahap ujicoba dinas secara menyeluruh.

Pasca menjalani ujicoba, 6101F kemudian mendapat modifikasi di Kisha Seizo pada musim gugur tahun 1970 (Showa 45) untuk persiapan dinas di Chiyoda Line, yang dimana proses modifikasinya sendiri yaitu:

  • Penambahan sirkuit medan listrik pada unit traksi chopper.
  • Penggantian perlengkapan ATC (Automatic Train Control) dari WS-ATC (Wayside Signal ATC – klasifikasi JNR: ATC-3) ke CS-ATC (Cab Signal ATC – klasifikasi JNR: ATC-4) untuk menyesuaikan dengan sistem ATC yang dipasang di Chiyoda Line.
  • Pemasangan antena radio komunikasi di atap kereta ujung depan dan belakang.
  • Penyempurnaan performa kipas angin dan penghangat ruangan di dalam interior kereta untuk memberikan kenyamanan bagi penumpang saat rangkaian resmi masuk dinas reguler.

Lalu pada Februari 1971 (Showa 46), rangkaian ini resmi dipindahkan ke Jalur Chiyoda untuk menjalani ujicoba dinas. Rangkaian ini kemudian masuk pengoperasian secara reguler bersama dengan rangkaian produksi masal grup pertama (6102F –6113F) untuk mengantisipasi pembukaan ekstensi Jalur Chiyoda dari Otemachi ke Kasumigaseki.

Pada saat yang sama ditambahkan pula 4 unit trailer car di rangkaian ini untuk membuat formasinya menjadi 10 kereta, dengan kata lain porsi kereta motor dan trailernya berubah menjadi 6M4T. Saat penyisipan 4 unit trailer car inilah nomor rangkaian ini diubah untuk menyesuaikan dengan nomor yang dipergunakan oleh 6102F hingga 6113F, yang dimana nomor rangkaiannya berubah dari 6011F menjadi 6101F. Rincian rangkaiannya sendiri pasca perubahan formasi yaitu:

Formasi 6101F pasca pemanjangan jadi 10 kereta | Litbang RED

Rangkaian ini kemudian dimodifikasi kembali pada 1972 (Showa 47) untuk mengganti bogie pada unit ujicoba (6101 – 6401 dan 6901 – 6001) dari bogie tipe FS-368C (rem cakram) menjadi bogie FS-378. Bogie ini sama dengan rangkaian produksi masal serta unit trailer 6101F yang dibuat berdasarkan standar unit produksi masal grup pertama.

Berbeda dengan rangkaian produksi masal, 6101F memiliki ”rok” samping yang lebih panjang (memanjang ke bawah). Hal ini yang menjadi penyebab dari pelarangan terhadap rangkaian ini untuk melayani KA yang melanjutkan sebagai layanan terusan ke Odakyu Jalur Odawara maupun Odakyu Jalur Tama.

Pada dua jalur tersebut, dimensi 6101F melebihi batas ruang bebas yang ditetapkan oleh Odakyu. Alhasil ketika pembatasan tersebut diberlakukan, rangkaian ini mendapat stiker ”Circle E” di kaca depan untuk menandakan bahwa rangkaian ini tidak dapat masuk ke jalur Odakyu. Selain itu perangkat ATS Odakyu juga tidak dipasang sama sekali, baik itu di underframe maupun di kabin.

”Rok” samping ini awalnya memanjang secara penuh dari ujung ke ujung ketika 6101F masih menggunakan traksi chopper, namun saat menjalani peremajaan traksi (yang dimana traksinya berubah menjadi IGBT-VVVF), ”rok” di unit 6101, 6301 dan 6901 (unit M1) dipotong sebagian untuk memudahkan petugas dalam melakukan pemasangan dan perawatan modul VVVF.

Stiker “Circle E” yang dipasang di kaca depan 6101F (kemudian dilepas oleh pihak dipo karena tidak dibutuhkan) | Foto: RED/Arya Dwi Pramudita

Selain itu, unit 6701 dan 6801 juga sangat unik. Kedua unit ini merupakan kereta pengikut tetapi membawa komponen suplai listrik sekunder yang dibutuhkan sistem penerangan interior, penghangat interior dan sebagainya.

Dikarenakan umumnya dua unit kereta bermotor disusun menjadi sebuah ”married pair unit”, maka unit 6701 yang menjadi pasangan dari unit 6801 yang membawa motor generator (MG) dan kompresor dipasangi 1 unit pantograf untuk menyuplai arus listrik bagi MG dan kompresor yang ada di unit 6801.

Pada September 1994, 6101F sebagai rangkaian paling terakhir yang masih belum dipasangi AC akhirnya mendapat modifikasi pemasangan unit AC. Pemasangan unit AC adalah untuk menggantikan sistem ventilasi udara yang telah dipergunakan sejak awal dinas ketika masih berupa rangkaian non-AC.

Pada saat yang bersamaan, seluruh unit MG milik rangkaian ini dicopot, dan digantikan oleh 2 unit static inverter (SIV) berkapasitas besar yang dipasang di kereta 6501 dan 6601. Kapasitas keluaran satu unit SIV adalah sebesar 190 kVA untuk menyuplai arus bagi sistem penerangan, AC dan sebagainya.

Dengan ini, proses pemasangan AC di seluruh armada Chiyoda Line akhirnya selesai secara keseluruhan. Namun seperti halnya 6000 batch 1–3 pada umumnya (di luar 6108F – 6110F yang menggunakan sistem distribusi angin subduct,) sistem distribusi angin AC yang dipergunakan pada 6101F yaitu sistem spot dengan bantuan kipas angin sebagai penyebar dari angin AC ke seluruh sudut interior kereta. Tentunya kipas anginnya sendiri diperbarui agar penyebaran angin AC lebih merata.

Lalu di tahun 1999, 6101F akhirnya mendapat peremajaan skala besar (B-refurbishment) di bengkel Shin-Kiba, dengan pekerjaan yang dilaksanakan yaitu:

  • Penggantian sarung jok untuk kursi non-prioritas dari jok warna merah ke jok warna coklat
  • Penggantian jendela samping ke jendela 1 bilah, yang dimana bingkai jendelanya dimodifikasi untuk mengakomodasi jendela baru tersebut.
  • Penyempitan dinding persambungan antar kereta demi mengurangi kebisingan dari luar kereta maupun menjaga temperatur interior, serta memasang pintu gangway pada ujung tiap kereta dalam 1 rangkaian (kecuali di kereta 5 dan 6) yang menghadap ke arah Yoyogi-Uehara.
  • Pemasangan alat pengumuman otomatis dan penggantian display dari jenis roller blind ke jenis LED tri-warna (merah, oranye dan hijau).
  • Perbaikan pada struktur bodi, frame, pipa-pipa kelistrikan dan rem, serta mengganti kabel-kabel kelistrikan dengan kabel yang baru.
  • Penggantian pintu kabin masinis dan pintu otomatis.
  • Penggantian unit kendali traksi dari forced-cooling chopper ke IGBT-VVVF jenis 3 fasa buatan Mitsubishi (tipe MAP-178-15V53), dan motor traksi diganti dengan motor traksi untuk KRL VVVF yang memiliki tenaga keluaran sebesar 160kW.
  • Pemasangan anti-fall board di ujung bodi (dekat persambungan antar kereta di tengah rangkaian) untuk mencegah penumpang terjatuh ke celah di persambungan antar kereta.
  • Pemasangan ruang untuk kursi roda di sudut interior kereta tipe 6200 (kereta nomor 2) dan 6900 (kereta nomor 9), dengan melepas salah satu kursi non-prioritas (posisi arah Ayase) di kereta 6200 dan salah satu kursi prioritas di kereta 6900.
  • Penggantian dinding interior ke tipe yang berwarna putih terang, serta mengganti material lantai dengan yang bertipe two-tone color.
Interior rangkaian 6101F pada saat keadaan terakhir setelah B-Refurbishment. Foto diambil ketika rangkaian baru tiba di Stasiun Pasoso. | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

Selain itu pada saat yang sama perangkat meja kendali dan ATC diperbaiki serta diperbarui, meskipun sebagian tetap menggunakan perangkat yang asli dari sejak pertama dibuat. Hal ini dilakukan dalam rangka mengantisipasi pergantian jenis sistem ATC yang dipergunakan di Chiyoda Line dari CS-ATC ke New CS-ATC (klasifikasi JNR/JR: ATC-10).

Di samping itu perangkat monitor juga ditambahkan ke dalam kabin. Fungsi dari monitor ini adalah untuk membantu masinis yang sedang bertugas dalam menganalisa masalah yang terjadi ketika ada gangguan pada komponen traksi atau kelistrikan yang lainnya. Untuk perangkat komunikasi, terdapat beberapa perangkat yang diganti atau diperbarui, di antaranya yaitu:

  • Interfon antar kru (diganti dari tipe receiver ke tipe mikrofon)
  • Mikrofon pengumuman (diperbaiki untuk meningkatkan kualitas suara)
  • Interfon kondisi darurat (diganti dari tipe alarm ke tipe interaktif)

Ketika proses pembaruan selesai dilakukan, maka formasinya menjadi:

Formasi 6101F pasca pembaruan di Shin-Kiba pada 1994 | Litbang RED

Adapun keterangan data dari komponen traksinya yaitu sebagai berikut:

  • VVVF: Modul traksi IGBT-VVVF
  • P: Pantograf (2x menandakan bahwa pantografnya ada 2 unit)
  • SIV: Static Inverter
  • CP: Kompresor

Tidak seperti rangkaian batch 1 hingga 5 yang pantograf di kereta 6100nya dicopot karena tidak diperlukan dan merupakan kereta CT alias kereta berkabin tanpa motor traksi, kereta 6100 pada 6101F adalah kereta CM1 yang notabene merupakan kereta bermotor. Pasca peremajaan pun pantografnya dibiarkan tetap terpasang, yang dimana ini menjadi salah satu ciri khas dari 6101F hingga sekarang.

Bahkan pada kereta 6701 pun pantografnya masih terpasang meskipun pasangannya yaitu 6801 sudah tidak lagi memiliki MG dan kompresor sebagai akibat dari pemasangan SIV saat proses peremajaan. Ini membuat keunikan dari 6101F sebagai rangkaian prototipe dari seri 6000 tetap terasa hingga sekarang.

Konfigurasi pantograf depannya yang unik ini juga menimbulkan ejekan dari sebagian pecinta kereta api di Indonesia yang menyebut pantograf di kereta 6101 ini sebagai “pantograf penyapu celana” karena posisinya sangat mirip dengan pantograf penyapu es yang berada di sebagian kereta di Jepang. Secara kebetulan, di tahun 2015 lalu sempat terjadi kebakaran pada KRL seri 05 rangkaian 05-102F di Rawabuntu dikarenakan apes kebagian harus menyapu celana jeans di LAA dengan pantografnya.

Namun sayangnya pada saat peremajaan rangkaian ini tidak dipasangi layar penampil stasiun berikut di interior kereta dengan posisi layar yaitu berada di atas pintu. Penampil stasiun berikut di interior kereta baru dipasang setelah beberapa lama rangkaian ini tiba di Indonesia, dengan mencangkok dari rangkaian KRL seri 05.

Sejak menjalani peremajaan pada tahun 1999 hingga tahun 2012, susunan formasi 6101F sama sekali tidak mengalami perubahan. Hal ini dikarenakan pada saat itu 6101F tidak dijadwalkan untuk mengalami perubahan susunan dari formasi rangkaian seperti halnya yang diterapkan ke 6000 batch 1 sampai 3 yang diremajakan traksinya menjadi IGBT-VVVF.

Namun pada Juli 2012, 6101F menjalani pengubahan formasi berupa penukaran posisi kereta tengah, yang dimana pasca menjalani proses pengubahan tersebut formasinya berubah menjadi:

Formasi 6101F pasca penukaran kereta tengah | Litbang RED

Proses penukaran kereta tengahnya sendiri yaitu:

  • 6301 dan 6401 ditukar posisinya menjadi kereta 5 dan 6 untuk menggantikan 6501 dan 6601
  • 6501 digeser ke posisi kereta 7 untuk menggantikan 6701
  • 6601 dipindahkan ke posisi kereta 4 untuk menggantikan 6401
  • 6701 disisipkan ke posisi kereta 3 untuk menggantikan 6301

Pasca menjalani penukaran posisi kereta tengah, 6101F kembali berdinas di Chiyoda Line untuk beberapa waktu. Hingga akhirnya Tokyo Metro (penerus dari TRTA yang didirikan pada 1 April 2004) mengumumkan rencana pembelian KRL seri 16000 batch 4 yang dimulai dari 16117F dan berakhir di 16137F.

Tujuannya yaitu untuk menggantikan semua rangkaian traksi VVVF dari seri 6000 sekaligus untuk memperbarui armada Chiyoda Line secara keseluruhan, dimana teknologi traksi dari semua rangkaian milik Tokyo Metro yang berdinas di jalur utama Chiyoda Line diseragamkan ke IGBT-VVVF yang dipasangkan dengan motor traksi Permanent Magnet Synchronous Motor (PMSM) yang jauh lebih hemat energi serta lebih ramah lingkungan bila dibandingkan dengan motor traksi konvensional.

Penjualannya yang Menjadi Kontroversi di Kalangan Pecinta Kereta di Jepang Hingga Tiba di Indonesia

KLB pengiriman 6101F ke Shin-Kiba pasca pensiun dari Jalur Chiyoda | Foto: ミギー/Train-Directory

6101F kemudian berdinas hingga 9 Mei 2016, dimana pada hari tersebut 6101F secara resmi dipensiunkan dari dinasan reguler. Rangkaian penggantinya yaitu 16126F (seri 16000) yang dikirim dari pabrik Hitachi di Kudamatsu pada tanggal 13 hingga 15 Mei 2016 alias pada periode seminggu sesudah berakhirnya dinasan 6101F.

Rangkaian ini kemudian dijalankan dari dipo Ayase ke dipo Shin-Kiba pada hari tersebut sebagai KLB bukan untuk penumpang (nomor loop 92S) pasca dinasannya selama 46 tahun di Jalur Chiyoda berakhir secara keseluruhan. Hanya saja sebelum dinasannya berakhir, sempat beredar rumor tentang 6101F dimana awalnya rangkaian ini sempat digadang-gadang akan dipertahankan untuk dipreservasi oleh Tokyo Metro.

Namun tidak butuh waktu lama, muncul kabar mengejutkan bahwa unit-unit dari 6101F dinaikkan ke atas truk di dipo Shin-Kiba, dimana unit-unit tersebut ditempeli kertas ajaib shipping mark. Shipping mark adalah kertas penanda pengiriman melalui kapal, dan apa yang tertulis di kertas tersebut benar-benar mengejutkan: 6101F resmi dikirim ke Indonesia!

Kereta 6101 saat sedang diangkut dengan truk trailer | Foto: カズ/武蔵野鉄日記

Kabar ini tentunya membuat para pecinta kereta api di Jepang maupun di Indonesia terkaget-kaget. Banyak di antara pecinta kereta api di Jepang yang merasa kecewa, karena banyak yang tidak menyangka bahwa Tokyo Metro memutuskan untuk menjual 6101F ke Indonesia.

Terlebih lagi dengan statusnya sebagai rangkaian purwarupa yang secara spesifikasi saja sudah berbeda dengan rangkaian produksi masal. Sehingga timbul anggapan bahwa seharusnya rangkaian ini dipreservasi oleh Tokyo Metro.

Sementara itu pecinta kereta api di Indonesia khawatir karena rangkaian 6101F ini mempunyai spesifikasi dan susunan rangkaian yang cukup berbeda dengan semua rangkaian 6000 VVVF lainnya. Alasan kekhawatirannya adalah pemikiran bahwa rangkaian ini akan mudah mengalami masalah ketika mulai berdinas di Indonesia.

Namun seakan tanpa halangan, pengiriman 6101F dari dipo Shin-Kiba sebagai dipo yang menjadi titik awal dari pengiriman ke pelabuhan Tokyo dengan menggunakan truk trailer berjalan dengan lancar. Setelah tiba di pelabuhan, seluruh kereta dari 6101F kemudian dimuat ke dalam kapal bersama dengan 6117F dan 6108F yang merupakan satu-satunya rangkaian seri 6000 dengan AC sistem subduct yang tidak dirucat sama sekali lalu dikapalkan menuju Tanjung Priok pada tanggal 13 Juli 2016.

Kereta terakhir dari rangkaian 6101F sedang diturunkan ke rel | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy
6101F sedang dilangsir di Stasiun Pasoso | Foto: Muhammad Pascal Fajrin

Setelah kapal pengangkut yang bernama MV New Legend Ruby tiba di pelabuhan Tanjung Priok pada tanggal 29 Juli 2016, 6101F selanjutnya diturunkan dari kapal dengan menggunakan crane. Pada saat yang bersamaan, secara bergiliran tiap unit dari 6101F diangkut ke Stasiun Pasoso dengan truk trailer. Stasiun ini merupakan stasiun barang terdekat dari dermaga penurunan di dalam area pelabuhan Tanjung Priok. Selanjutnya, tiap unit kereta diletakkan di atas rel dan disusun kembali menjadi satu rangkaian utuh

Lalu kemudian rangkaian ini ditarik menuju Dipo Depok untuk selanjutnya menjalani serangkaian modifikasi termasuk pengecatan ulang ke warna standar KCI. Selain itu dilaksanakan juga ujicoba rangkaian di dalam area dipo, dikarenakan rangkaian ini merupakan salah satu rangkaian KRL eks Jepang pertama di Indonesia yang telah menggunakan traksi IGBT-VVVF.

Sebelumnya kedatangan KRL bukan baru dari Jepang didominasi oleh KRL dengan traksi rheostatik termasuk pula yang ditandem dengan field-excitation seperti milik seri 205, maupun chopper baik itu tipe field chopper, AVF chopper maupun 4-Quadrant chopper.

Video di atas merupakan video rangkaian 6101F yang sedang ditarik melalui Stasiun Kemayoran untuk berputar posisi di Stasiun Pasar Senen, sebelum berpindah menuju Dipo Depok.

Baca juga: Selamat Datang di Indonesia, Tokyo Metro Seri 6000 Jilid Kedua!

Kehidupan Keduanya di Indonesia: Dari Permulaan Hingga Saat Ini

Rangkaian 6101F memasuki Stasiun Manggarai pada uji dinamis perdananya | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

Hampir sebulan rangkaian ini berada di dipo Depok untuk menjalani proses adaptasi lingkungan, tiba waktunya untuk rangkaian ini diuji performanya di lintas Jabodetabek. Biasanya, rangkaian KRL akan diujicobakan setelah proses adaptasi lingkungan selesai seluruhnya.

Namun 6101F diujicobakan lebih cepat dari waktu yang seharusnya dalam keadaan masih belum selesai dicat ulang. Pada saat itu terjadi kekurangan rangkaian yang siap untuk operasional reguler akibat adanya rangkaian yang sedang menjalani perbaikan maupun afkir karena kecelakaan atau kerusakan traksi permanen.

Adapun pelaksanaan ujicobanya sendiri dilaksanakan pada tanggal 20 Agustus 2016, dengan rute ujicoba yaitu dari Depok – Manggarai, Manggarai – Bogor dan Bogor – Depok. Pada hari itu banyak pecinta kereta api yang berkumpul di stasiun untuk mengabadikan ujicoba dari 6101F, termasuk pula Tim REDaksi yang berhasil mengabadikannya.

Baca juga: Ujicoba Rangkaian 6101F Setelah Adaptasi Lingkungan

Pertemuan antara 6101F (rangkaian prototipe, kanan) dan 6107F (rangkaian batch 1, kiri) di Manggarai | Foto: RED/Arya Dwi Pramudita

Pada saat ujicoba tersebut Tim REDaksi menemukan suatu hal unik yang ada di 6101F, yaitu plat logo TRTA pada kereta 6901 kembali terlihat setelah 12 tahun tersembunyi di balik plat logo Tokyo Metro. Meskipun demikian, hal ini hanya sebentar saja karena selanjutnya plat logo tersebut dilepas secara permanen oleh Dipo Depok.

Ini tentunya merupakan sebuah momen sangat langka yang berhasil diabadikan oleh Tim REDaksi. Hingga kedatangan KRL seri 6000 propulsi VVVF di Indonesia, logo TRTA yang kembali muncul setelah ditutupi dengan plat logo TM sejak 1 April 2004 hanyalah yang ada di seri 05 yang bahkan bukan berbentuk plat, tetapi dicetak langsung ke bodi.

Satu hal yang mengecewakan adalah, bekas logo “M Heart” tidak dipasangi logo COMMUTER versi kotak seperti halnya pada KRL eks Tokyo Metro yang datang pada periode 2010-2013, tetapi justru dilepas ataupun dicat abu-abu. Hal yang sama pun dengan cepat menyebar ke rangkaian KRL eks Tokyo Metro yang lain.

Selain itu, boks hitam kecil dengan angka putih yang menandakan urutan stamformasi 1-10 dihapus semua dan ditimpa logo COMMUTER yang sangat mengherankan karena sebenarnya angka ini sudah sesuai dengan kondisi operasional di Indonesia, tidak seperti rangkaian seri 6000 tahun 2010-2013 yang nomornya jomplang 1-7, 10 atau 1-6, 9, 10.

Plat logo TRTA yang kembali terlihat setelah 12 tahun tersembunyi di balik plat logo TM | Foto: RED/Arya Dwi Pramudita

Selain itu 6101F juga membawa perubahan yang cukup unik dalam hal pemilihan warna untuk cat yang dipergunakan dalam melakukan pengecatan ulang bagian-bagian kereta baik itu bodi maupun perangkat traksi ketika menjalani modifikasi di Dipo Depok. Ya, 6101F menggunakan cat warna abu-abu semi kebiruan untuk mengecat perangkat traksi yang dipasang di underframe kereta.

Ini merupakan suatu hal yang cukup mengejutkan bagi Tim REDaksi, dimana tradisi yang selama ini dianut di KCI sendiri adalah perangkat traksi dari suatu rangkaian KRL dicat ulang dengan warna krem terang ketika menjalani proses modifikasi pasca kedatangan dari Jepang maupun ketika menjalani perawatan akhir (PA) di Dipo Depok ataupun Balai Yasa Manggarai. Meskipun untuk rangkaian 205 eks Nambu Line sendiri warna krem yang dipergunakan cenderung kekuningan.

Dan pada akhirnya penggunaan cat abu-abu kebiruan untuk mewarnai perangkat traksi sendiri kemudian menyebar ke rangkaian KRL seri 6000 propulsi VVVF yang lainnya. Hingga artikel ini diturunkan, rangkaian traksi chopper dari seri yang sama masih menggunakan cat warna krem terang untuk perangkat traksinya.

Kotak perangkat VVVF yang terpasang di kereta 6901. Warna catnya tidak krem terang, tetapi abu-abu kebiruan | Foto: RED/Arya Dwi Pramudita
Kotak perangkat VVVF di kereta 6901 pada sisi berlawanan. Sama halnya dengan foto di atas, warna dari cat yang dipakai pun adalah abu-abu kebiruan. | Foto: RED/Arya Dwi Pramudita

Ketika proses uji coba dinas, rangkaian ini belum diberi boks hitam untuk menuliskan nomor unit standar Kemenhub. Boks hitam tersebut kemudian ditambahkan menjelang 6101F masuk dinas reguler, yaitu pasca menjalani ujicoba dinas untuk sertifikasi dari Kemenhub. Meskipun pada saat awal dinas, rangkaian ini masih belum dilengkapi nomor Kemenhub dan baru boks hitam nomor unitnya saja yang diberikan.

Rangkaian 6101F ketika baru beberapa hari berdinas di Indonesia. Tampak boks hitam nomor Kemenhubnya masih kosong. | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

Ketika nomor Kemenhubnya resmi diberikan, formasi dari 6101F menjadi seperti berikut ini:

Formasi 6101F setelah di Indonesia | Litbang RED

Anehnya nomor Kemenhub yang diberikan pada 6101F menyatakan bahwa semua unitnya adalah buatan tahun 1971. Padahal berdasarkan data yang ada sebanyak 6 unit dari 6101F dibuat pada tahun 1969 (yaitu 6101 – 6401 dan 6901 – 6001), dan 4 unit sisanya dibuat pada tahun 1971 (6501 – 6801).

Dengan kata lain, hanya kereta 6501 hingga 6801 yang nomor Kemenhubnya cocok dengan tahun pembuatan aslinya, sedangkan 6 kereta lainnya tidak cocok karena dibuat dua tahun lebih awal yaitu 1969. Ini menunjukkan bahwa terdapat kesalahan yang berpotensi menimbulkan ketidakjelasan tentang tahun pembuatan dari 6101F.

Faktanya rangkaian ini jelas merupakan purwarupa yang awalnya diproduksi sebagai rangkaian 6 kereta. Rangkaian ini baru dipanjangkan menjadi 10 kereta 2 tahun setelahnya dengan menyisipkan 4 unit kereta tengah baru sebagai antisipasi pembukaan Jalur Chiyoda.

6101F kemudian mengawali debutnya bersama dengan 6108F dan 6117F pada tanggal 15 September 2016 pada masa GAPEKA 2015, bertepatan dengan ulang tahun PT KCJ yang kedelapan. Jika 6108F dan 6117F mengawali dinasnya dari dipo Depok, maka 6101F mengawali dinasnya dari dipo Bukit Duri pada pemerjalanan yang sangat pendek, yaitu sebagai KA 1026 relasi Manggarai-Bogor yang kemudian kembali sebagai KA 1077 relasi Bogor-Manggarai dan kembali masuk dipo Bukit Duri.

Di sore hari, rangkaian ini kembali berdinas sebagai KA 1194 Jakarta Kota-Bogor. 6101F kemudian masuk lagi ke dipo Bukit Duri sebagai KA 1237 Bogor-Manggarai untuk melakukan pertukaran rangkaian dengan rangkaian formasi 12 kereta, dikarenakan pemerjalanan KA 1194 seharusnya menggunakan rangkaian formasi 12 kereta.

Pola dinas 6101F di hari pertama ini cukup mempersulit para pecinta kereta api yang ingin mencoba rangkaian tersebut, namun keesokan harinya rangkaian ini didinaskan di pemerjalanan KA 1040 yang tidak bersiang di dipo sehingga khalayak dapat mencobanya pada setiap waktu selama rangkaian ini belum menyelesaikan dinasannya.

Rangkaian 6101F pada hari pertama berdinas reguler | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

Pada awal dinasnya, rangkaian 6101F berhasil mematahkan ekspektasi para pecinta kereta api di Indonesia yang mengkhawatirkan rangkaian ini mudah bermasalah, di mana selama bulan pertamanya berdinas, rangkaian ini tidak pernah mengalami masalah yang berarti.

Justru 6108F dan 6117F yang mulai berdinas bareng dengan 6101F ini mengalami masalah yang amat konyol di awal dinasnya. Rangkaian 6108F mengalami gangguan AC di hari-hari perdana dinasnya sampai sempat dikandangkan cukup lama untuk pengaturan ulang AC, sedangkan 6117F sempat mengalami gangguan pada pintu dan pantografnya.

Baca juga: Selamat Berdinas di Indonesia, Tokyo Metro 6000 VVVF Kelompok Pertama!

Selain itu, rangkaian ini selama bulan-bulan pertama dinasnya masih sempat menggunakan sepatu pantograf aslinya sebelum diganti menjadi standar KCI yang melengkung. Trio rangkaian 6000 VVVF ini menjadi rangkaian terakhir yang sempat dijalankan di bawah tenaga sendiri dengan sepatu pantograf asli bawaan Jepang, dikarenakan rangkaian-rangkaian selanjutnya mulai dari 6116F dan 6118F sudah menggunakan sepatu pantograf standar KCI sejak awal berdinas reguler.

Rangkaian 6101F ketika masih menggunakan sepatu pantograf aslinya | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

Bersama dengan 6116F, 6117F, 6118F, dan 6121F, 6101F juga telah sekali mengalami pemutaran rangkaian pada saat artikel ini diturunkan. Pemutaran rangkaian dilakukan dengan menjalankan rangkaian sebagai KLB dengan rute Depok-Tanah Abang-Kampung Bandan-Jatinegara-Manggarai-Depok.

Pada awalnya, kereta 6101 berada di sisi pantai atau menghadap ke arah Manggarai. Kini, kereta 6001 yang berada di sisi pantai. Pemutaran rangkaian ini dimaksudkan agar andil flens pada rangkaian ini seimbang, sehingga dapat memperpanjang umur roda dan mengurangi keperluan pembubutan roda yang diakibatkan oleh ukuran flens yang mencapai batas minimal.

Selain 6101F dan keempat rangkaian lainnya, rangkaian seri 6000 VVVF yang sudah mengalami pemutaran rangkaian adalah 6131F sebanyak dua kali pada saat artikel ini diturunkan.

Selain itu 6101F juga sempat mengalami masalah roda tipis selama dua kali pada awal dan pertengahan 2017 yang lalu. Pada masa roda tipis kedua yaitu pertengahan 2017 rangkaian ini terpaksa mengalami “penyunatan” sementara menjadi rangkaian formasi 8 kereta selama proses penggantian roda, dan prosesnya pun sempat memakan waktu cukup lama.

Hal ini lagi-lagi sempat menimbulkan kegemparan karena sebelumnya sempat dispekulasikan rangkaian KRL seri 6000 VVVF tidak bisa beroperasi dengan formasi 8 kereta. Spekulasi tersebut berdasarkan keterangan dari seorang pecinta kereta api asal Jepang yang mengatakan bahwa alat perangkai di KRL seri 6000 bertraksi VVVF berbeda.

Tetapi kenyataannya, lagi-lagi ekspektasi ini dipatahkan dan rangkaian ini pun sementara memendek menjadi 8 kereta. 6101F sendiri pada saat didatangkan dari Jepang memang roda-rodanya sudah dalam kondisi tipis dan tidak terlebih dahulu diganti oleh pihak Tokyo Metro.

Pada kali pertama, roda yang telah melewati batas diameter minimum yaitu roda pada kereta 6901 dan 6001. Roda-roda ini kemudian diganti dengan roda baru yang jauh lebih tebal. Sedangkan yang kedua kalinya yaitu pada kereta 6301 dan 6401, yang menyebabkan kedua kereta ini kemudian dilepas dan 6101F didinaskan sebagai rangkaian 8 kereta.

Pemotongan rangkaian dikarenakan kurangnya jumlah rangkaian pada saat itu akibat terlalu banyak rangkaian yang rodanya telah melewati batas diameter minimum. Roda pada 6301 dan 6401 kemudian digantikan dengan roda bukan baru yang diameternya sedikit lebih tebal namun masih bisa dibilang tipis meskipun bisa ditoleransi, dikarenakan belum datangnya roda-roda baru dari Jepang.

Pada saat artikel ini diturunkan, diameter roda pada kereta 6101 dan 6201 sudah terbilang cukup tipis dan harus segera diganti, sedangkan diameter roda pada kereta 6501, 6601, 6701, dan 6801 masih bisa ditoleransi.

Rangkaian 6101F dengan formasi 8 keretanya yang amat konyol | Foto: Lukman Awaludin Mukti

Keadaan cat di muka rangkaian terutama di sisi kereta 6000 juga pernah memudar dengan sangat parah. Warna putih sempat samar-samar terlihat terutama di sekitar bagian angka “6001”. Padahal kondisi cat muka di sisi 6100nya masih lumayan baik. Hal ini dikarenakan cat yang digunakan pada 6101F, juga 6108F dan 6117F tidak sebagus cat pada rangkaian 6116F, 6118F, dan 6131F yang memang tidak dikejar untuk segera beroperasi.

Ketika si nenek akan berpapasan dengan cucunya. Perhatikan cat muka sisi 6000 pada 6101F yang makin lama makin memudar. | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

Meskipun begitu, keberadaan rangkaian ini cukup penting di perkeretaapian Indonesia. Tentunya karena menjadi rangkaian pertama dari KRL eks Jepang yang ketika didatangkan telah sepenuhnya menggunakan traksi VVVF, terutama untuk modul traksi VVVF jenis IGBT.

Keberadaan rangkaian ini, juga rangkaian-rangkaian seri 6000 dengan traksi VVVF lainnya baik yang menggunakan modul dua fasa maupun tiga fasa juga. Ini juga sekaligus membuktikan bahwa teknologi VVVF bisa digunakan dengan baik di jaringan kereta api perkotaan Jabodetabek.

Sebelumnya, terdapat kekhawatiran akan teknologi VVVF yang dianggap kurang cocok di Indonesia. Hal tersebut lumrah, pasalnya beberapa jenis KRL dengan traksi VVVF buatan Eropa sering mengalami gangguan dalam pengoperasiannya.

Riwayat Perawatan

nenek gaul
Si “Nenek Gaul” 6101F mengawali uji coba pasca P48 tahun 2019 dari Stasiun Depok | Foto: Muhammad Virzzy

Rangkaian ini telah sekali menjalani perawatan akhir 48 bulanan (P48) di Dipo KRL Depok jelang akhir 2019 lalu. Sebelum menjalani P48, rangkaian ini sempat terlebih dahulu melakukan perbaikan cat kabin untuk menambal warna merah yang telah pudar. Saat ini rangkaian 6101F tengah kembali menjalani P48 di Dipo KRL Depok dan akan berganti livery dengan livery baru KAI Commuter.

Di Indonesia, rangkaian ini kini dimiliki dan dirawat oleh Dipo KRL Bukit Duri, yang juga mengoleksi 6 rangkaian KRL seri 6000 VVVF lainnya beserta lusinan KRL seri 205 baik formasi 8, 10, maupun 12 kereta. Sebelumnya, rangkaian ini merupakan milik Dipo KRL Depok sejak 2016 hingga pertengahan 2022 silam.

Berjuluk “Si Nenek Gaul”

6101F sebagai Commuter Line tujuan Angke di bilangan Manggarai, Jakarta Selatan | Foto: Muhammad Pascal Fajrin

6101F juga sering disebut dengan julukan “Si Nenek Gaul”, dikarenakan umurnya yang sudah 48 tahun namun memiliki sistem traksi yang belum genap berusia 20 tahun dan sudah mengalami seabreg peremajaan, dan juga keberadaan rok pada rangkaian ini. Akibat dari julukan tersebut, setiap momen ketika rangkaian ini berpapasan dengan rangkaian seri 6000 yang lain disebut sebagai momen “nenek bertemu dengan cucunya”.

Hal ini sangat sangat kontras dengan rangkaian 6134F. Rangkaian seri 6000 termuda milik KCI yang dulu banget sudah pernah diceritakan oleh Tim REDaksi tidak pernah menikmati yang namanya B-refurbishment, dan dikirim ke sini dengan keadaan yang tidak jauh berbeda dari keadaannya setelah dibuat di pabrik pada tahun 1988 lalu.

Sehingga rangkaian tersebut justru akhirnya disebut “Muda-muda tua” oleh pecinta kereta api di sini karena memang dari penampilan baik eksterior dan interior jadi terlihat sangat tua apalagi dengan penampil tujuan rolnya. Senasib dengan 6134F, 6133F juga termasuk rangkaian yang muda tapi tua, dikarenakan tidak pernah menikmati B-refurbishment.

Baca juga: Mengenal Rangkaian Tokyo Metro 6134F: Usia Muda, Teknologi Tua

Di antara rangkaian seri 6000 lain yang mengalami pemrograman ulang penampil tujuannya menjadi stasiun-stasiun akhir di wilayah PT KCI, 6101F termasuk rangkaian yang paling terakhir mendapatkan modifikasi ini, begitu pula dengan 6108F yang sudah lama sekali mendekam di dipo Depok dan 6118F.

Hingga kini, rangkaian 6101F masih berdinas dengan tenang di jalur KRL Commuter Line. Meskipun tidak menjadi maskot KCI, namun rangkaian ini tentunya telah menjadi maskot yang berkesan di antara KRL-KRL seri 6000. Ini dikarenakan kespesialan 6101F yang merupakan kepala suku dari seluruh rangkaian KRL seri 6000 yang berdinas di jalur utama Chiyoda (bukan jalur cabangnya yang menuju Kita-Ayase), di mana kini ia juga menjadi maskot KRL seri 6000 eks Tokyo Metro di Indonesia.

Demikianlah cerita panjang dari Sang Nenek Gaul 6101F, sang rangkaian tertua dari KRL seri 6000 di sini. Ceritanya panjang, penuh lika-liku, dan kedatangannya di Jabodetabek tidaklah terduga pula. Semoga saja sang Nenek Gaul ini dapat terus dalam waktu panjang membuktikan dirinya sebagai contoh yang baik bagi semua saudara sesama seri 6000 di Jabodetabek. Semoga. (RED/ADP/IHF/MPF)

Referensi

  1. http://railf.jp/news/2016/05/20/140000.html
  2. http://railf.jp/news/2016/05/15/200000.html
  3. http://www.asahi-net.or.jp/~kk6y-mrk/6000htm/kihon.html
  4. https://ja.wikipedia.org/wiki/営団6000系電車
  5. http://3rd.geocities.jp/kura_1987/train/formation/tmk/ayase.html

Ikuti kami di WhatsApp dan Google News


Tinggalkan komentar...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

×