Berita KAIndonesiaKereta ApiMRT Jakarta

Koridor Utara-Selatan MRT Jakarta Beroperasi Penuh Tahun 2025

Rangkaian KRL milik MRT Jakarta yang sedang diujicoba di area Dipo MRT Lebak Bulus | foto: MRT Jakarta
(6/7) – Pembangunan koridor utara-selatan MRT Jakarta tahap kedua akan segera dilakukan pada bulan Desember 2018 mendatang. Tahap kedua ini merupakan lanjutan dari tahap pertama dengan rute Bundaran Hotel Indonesia-Kampung Bandan, yang diperkirakan akan selesai dikerjakan pada bulan Desember 2024, dan baru akan bisa beroperasi pada awal tahun 2025 mendatang, atau sekitar 7 tahun dari saat tulisan ini diturunkan.
Seperti dilansir dari laman resmi MRT Jakarta, Direktur Keuangan dan Administrasi MRT Jakarta, Tuhiyat mengatakan pembangunan lanjutan ini akan menelan biaya sekitar Rp 22.5 trilyun, dengan total pinjaman pada loan agreement sebesar Rp 25 trilyun di mana Rp 2.5 trilyun di antaranya akan digunakan untuk tambahan biaya pembangunan tahap pertama. Tuhiyat berharap agar loan agreement ini dapat ditandatangani bulan Juli 2018, sehingga tender untuk local competitive bidding dapat dilaksanakan pada bulan Agustus dan November 2018, dan groundbreaking dapat dilakukan pada bulan Desember 2018.
Koridor utara-selatan tahap kedua ini rencananya akan melewati delapan stasiun dengan rute sejauh 8.3 kilometer, di mana tujuh stasiun berada di bawah tanah dan satu stasiun yaitu Stasiun MRT Kampung Bandan akan terletak di permukaan tanah. Tahap kedua ini juga akan membangun satu dipo MRT di Kampung Bandan.
Development plan MRT Jakarta, menampilkan keseluruhan rute di koridor utara-selatan tahap pertama dan kedua, dan rute pada koridor timur-barat tahap pertama (atau tahap ketiga pada keseluruhan pembangunan) | Infografis: MRT Jakarta
Lamanya waktu pengerjaan yang mencapai 6 tahun dan mahalnya biaya pembangunan tahap kedua ini dikarenakan hampir keseluruhan rutenya berada di bawah tanah dan juga tantangan membangun di wilayah Kota Tua yang kondisi di bawah tanahnya belum terpetakan seluruhnya. Selain itu, ada penyesuaian desain di mana tiga stasiun yaitu Stasiun MRT Harmoni, Stasiun MRT Sawah Besar, dan Stasiun MRT Mangga Besar serta terowongan penghubungnya yang semula akan berada di bawah kanal Molenvliet menjadi bertumpuk di bawah Jalan Gajah Mada. Perubahan desain ini sekaligus untuk memudahkan konstruksi, di mana aliran air pada kanal Molenvliet yang membentang di sepanjang Jalan Gajah Mada tidak perlu dibelokkan ke kanal lain, sekaligus juga untuk mencegah kemungkinan terjadinya banjir apabila kanal lain yang menjadi pengalihan arus air mengalami overload. Selain itu, posisi Stasiun MRT Glodok juga bergeser sedikit ke selatan. Ini dikarenakan posisi Stasiun MRT Jakarta Kota yang semula akan berada di antara Stasiun Jakarta Kota milik KAI dan gedung BNI dipindahkan ke bawah median Jalan Pintu Besar untuk menghindari penggalian bawah tanah di bawah kawasan benteng Kota Tua. Sementara itu, Stasiun MRT Sarinah yang akan menjadi interchange dengan koridor barat-timur (koridor yang rencananya akan dibangun mulai 2020), Stasiun MRT Monas, dan Stasiun MRT Kampung Bandan tidak berubah.
Nantinya, akan ada sepuluh rangkaian kereta tambahan untuk mendukung pengoperasian tahap kedua, yang diproyeksikan akan mengangkut 378 ribu penumpang per hari.
RED | MPSCLFJRN

Ikuti kami di WhatsApp dan Google News


Muhammad Pascal Fajrin

A kid from yesterday, today

Tinggalkan komentar...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

×