LRT Palembang Tiap Bulan Bayar Tagihan Listrik Rp 7,5 Miliar, KAI Minta Turun
[15/10]Â LRT Palembang sebagai moda transportasi yang mengandalkan energi listrik untuk penggerak sarananya tentu saja menggunakan listrik yang banyak. Akan tetapi, jika biaya pemakaian tersebut memakan porsi yang besar, tentu saja hal ini menjadi permasalahan sendiri.
Seperti misalnya yang baru-baru ini dilaporkan oleh Tribun Palembang. Disebutkan besaran biaya listrik yang digunakan untuk LRT Palembang mencapai Rp 7,5 miliar per bulan, atau 68% dari biaya operasional. Berdasarkan keterangan Kepala Balai Pengelola Kereta Api Ringan, Rosita, besarnya biaya ini karena tarif yang dikenakan berbeda dengan tarif traksi untuk KRL KCI. Tarif Traksi berdasarkan definisi PLN adalah tarif untuk listrik yang digunakan secara langsung/tidak langsung untuk menggerakkan sarana, dan instalasinya dibedakan dari fasilitas penunjang. Tarif traksi yang dikenakan pada KRL KCI ini lebih murah dibandingkan dengan LRT Palembang.
Oleh sebabnya, saat LRT Palembang harus membayar Rp 7,5 miliar untuk penggunaan listrik, KRL KCI hanya membayar Rp 3 miliar per bulan karena efek tarif traksi. Saat ini pihak LRT Palembang telah mengupayakan agar permasalahan perbedaan tarif ini sampai ke Kementerian ESDM. Disebutkan juga oleh Rosita, PLN menjadi salah satu investor dalam pembangunan LRT Palembang. Investasi ini berupa gardu dengan nilai investasi Rp 200 miliar, dan disebutkan menjadi salah satu indikator pembebanan tarif premium.
Oleh karenanya ia berharap agar tarif listrik dapat diturunkan demi efisiensi beban operasional dan mendukung proyek strategis nasional. Selain itu, pihaknya juga mengkaji penggunaan panel surya yang banyak disarankan. Meskipun demikian, ia juga menyebutkan pengkajian penggunaan panel surya ini masih harus terus didalami.
Sementara itu, LRT Palembang sendiri hingga saat ini telah mengalami banyak peningkatan. Di antara lain waktu tempuh yang lebih cepat, kecepatan rata-rata yang lebih tinggi, dan ridership yang meningkat. (RED/IHF)