Pengembangan Sistem Pendeteksi Kereta Berbasis Gelombang Mikro Balise di Indonesia
(25/12) Sistem pendeteksi kereta api merupakan sistem yang sangat penting dalam pengaturan perjalanan kereta api. Sistem ini merupakan sebuah kesatuan yang tak terpisahkan di seluruh persinyalan kereta api di dunia. Pada sistem konvensional, sistem pendeteksian kereta yang melewati suatu blok persinyalan masih menggunakan rangkaian sederhana yaitu memakai relay yang berfungsi sebagai pemutus arus atau biasa dikenal sebagai alat trek sirkuit. Selain menggunakan trek sirkuit, pendeteksian kereta juga menggunakan axle counter dengan alat seperti wheel sensor dan evaluator.
Dengan perkembangan teknologi yang ada saat ini, pendeteksian kereta api yang ada sekarang telah menggunakan sistem gelombang mikro balise (microwave balise) yang terdiri dari pelacak, responden (yang terpasang di jalan dan responden di suatu tempat) dan yang terakhir unit pengolahan (kontroller). Pelacak dan responden pada trek dipasang berdekatan dengan sinyal datang dan sinyal masuk, rel kereta harus ditengah tengah responden dan pelacak.
Dalam proses pendeteksian kereta dengan menggunakan gelombang mikro balise, deteksi kehadiran dan deteksi arah dari kereta api dilakukan di lokasi yang terdapat pancaran gelombang mikro. Sebuah loop tertutup digunakan untuk mendeteksi kereta. Loop tertutup terdiri dari pelacak dan responden yang diletakkan di pinggir jalan rel dengan posisi terhimpit diantara jalur kereta. Hal ini untuk memastikan agar komunikasi tetap berjalan lancar melalui loop tertutup. Loop tertutup akan otomatis mati apabila terjadi masalah dan ada kereta yang melintasi jalur atau blok tersebut. Pada Lokomotif atau kereta dipasang on-board responden. Mereka berfungsi layaknya otak manusia. On-board responden memiliki memori yang berisi ID kereta dan informasi dari pemasangan di kereta. Kereta yang sedang melaju tersebut akan terdeteksi secara berkelanjutan sesuai dengan urutan penerimaan pada saat terjadi interaksi antara transponder di kereta dan transporder yang ada di jalur kereta api atau disebut proses switching. Bila proses tersebut tidak dapat berlanjut maka akan terdeteksi salah arah oleh on-board transponder tersebut.
Deteksi masuk dan keluar dari suatu blok persinyalan menggunakan sistem ini menggunakan pembacaan antara on-board responden dan sistem loop tertup yang terpasang di jalur kereta api. Apabila kereta masuk suatu blok persinyalan maka ID kereta akan diterima dan on-board responden akan meresponnya dan hal yang sama dilakukan apabila kereta keluar dari suatu blok persinyalan yakni dengan on-board responden yang dipasang di akhir kereta.
Dalam pelacakan kereta, sistem ini menggunakan logika. Logika dalam artian adalah bahasa pemrograman atau struktur dasar yang dibangun oleh pembuat sistem tersebut. Logika pelacakan kereta menggunakan dua teori berikut dalam rangka meningkatkan keamanan dan keakuratan pelacakan kereta yakni :
1.Menyediakan pengelolaan Identity Data (ID) kereta yang terintegrasi di semua blok dan melaksanakan pengawasan untuk memastikan bahwa hanya satu ID yang yang ada di setiap tempat
2.Menyediakan pengawasan dalam rangka untuk memastikan bahwa transisi blok dari ID kereta dilakukan hanya antara blok yang berdekatan
Pada tanggal 11 November 2013, sistem ini sempat diujicoba oleh PT KAI yakni dengan memasang on-board responden pada lokomotif CC 201 92 03 di Depo Lokomotif Bandung. Tempat pemasangan sistem loop tertutup belum diketahui tempatnya karena kurangnya informasi yang beredar. Sistem ini diujicoba hingga bulan Mei 2014.
Pengembangan pendeteksi kereta ini mulai ditinggalkan sebab adanya pengembangan sistem keselamatan kereta api berbasis PZB Indusi yang diinisiasi oleh BPPT, Direktorat Jenderal Kereta Api dan PT Len. Saat ini, peralatan sistem gelombang mikro balise ini sudah dilepas dan tidak dapat dilihat lagi.
Teknologi deteksi gelombang mikro balise ini digunakan sebagai dasar bagi BPPT ( Badan Pengkajian dan Penerapan Transportasi) khususnya Pusat Teknologi Transportasi untuk mengembangkan sistem teknologi persinyalan / interlocking dalam rangka mengurangi kecelakaan kereta api. Selain itu, penggunaan pelacak posisi dengan teknologi gelombang mikro balise disarankan untuk dikembangkan dari metode yang sudah ada, yaitu teknologi pembatasan kecepatan kereta api atau sistem ATS (Automatic Train Stop). Teknologi yang ditawarkan oleh sistem kecepatan dari sistem persinyalan on-board (ATP) yang bergantung dari data kontroler.
Sumber Artikel : Hidayat, Sofwan. 2013. Pengembangan Perangkat Lokasi Kereta Dengan Teknologi Mikro Balise. Jakarta : BPPT.
(RED/rnovanto)