Begini Rancang Bangun Eksterior dan Interior Kereta Cepat Indonesia
Kereta cepat menjadi salah satu Prioritas Riset Nasional (PRN) Indonesia yang saat ini sedang dikerjakan oleh Balai Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), PT INKA, Institut Teknologi Surabaya dan mitra lainnya. Riset ini dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan penguasaan teknologi rancang bangun serta TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri). Selain itu, Indonesia telah memiliki Masterplan Perkeretaapian Nasional 2025-2030 tentang pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Surabaya. Hal ini seiring mulai jenuhnya jalur penerbangan antara Jakarta, Semarang dan Surabaya serta meningkatnya pengguna jalan raya. Selain itu, Mask of Car Kereta Cepat menjadi bagian yang terpenting untuk menunjang aerodinamis. Desain Kereta Cepat Indonesia diperkenalkan oleh Institut Teknologi Sepuluh November, BPPT, PT INKA dan mitra lainnya dalam webinar “Desain, Uji Model Aerodinamika, dan HVAC Kereta Cepat Indonesia” yang diadakan oleh BPPT pada tanggal 16 Juni 2021.
Dalam melakukan desain kereta cepat, aspek-aspek yang perlu diperhatikan antara lain adalah geometri serta kebutuhan. Dalam aspek geometri, desain dilakukan dengan memperhatikan referensi kereta, referensi batas prasarana, penyimpangan radius (overthrow) sisi luar dan dalam trek. Referensi batas prasarana pada desain Kereta Cepat Indonesia menggunakan standar EN15723 Railway Application-Gauges. Sedangkan, aspek kebutuhan didapat dari kondisi sosioekonomi yang ada di sekitar jalur kereta api yang akan dibangun.
Setelah aspek-aspek didapatkan maka kereta cepat dapat didesain. Desain Kereta Cepat Indonesia direncanakan memiliki kecepatan desain 280 km/jam hingga 300 km/jam. Sedangkan, kecepatan operasional yang direncanakan adalah 250 km/jam. Material yang akan digunakan untuk pembangunan sarana kereta cepat ini adalah Aluminium 6005A dan Aluminium 6061. Untuk desain jarak yang dapat ditempuh oleh kereta ini adalah 800-900 km dengan memperhitungkan jarak antara Jakarta hingga Surabaya adalah 700-750 kilometer. Kereta Cepat Indonesia juga direncanakan memiliki tingkat kebisingan di luar kabin kereta adalah 95 dB, sedangkan di dalam kabin target kebisingan adalah 50-55 dB.
Kereta Cepat Indonesia direncanakan memiliki lebar jalur 1.435mm (standard gauge). Kereta dengan kabin masinis direncanakan memiliki panjang 25.000 mm sedangkan kereta tanpa kabin masinis memiliki panjang 23.000 mm. panjang ini dihitung dari ujung coupler kereta api. Lebar kereta yang direncanakan adalah 3.250 mm dan tinggi 4.170 mm.
Untuk rumah coupler direncanakan dapat dibuka dan ditutup. Rumah coupler tertutup digunakan untuk pertimbangan desain dan aerodinamika kereta cepat itu sendiri. Sedangkan rumah coupler terbuka digunakan untuk menggabungkan kereta cepat ini dengan kereta lainnya dengan menggunakan telescopic coupler yang dapat memanjang.
Kereta cepat ini juga direncanakan memiliki struktur laiktabrak (crashworthiness) pada bagian depan kereta cepat. Struktur ini diperlukan untuk mengurangi dampak benturan ketika terjadi tabrakan kereta terhadap penumpang maupun kereta cepat. Struktur laiktabrak ini berupa Crash Energy Management System (CEM) yang bekerja dengan menggunakan prinsip penyerapan energi kinetik sebesar mungkin dan membatasi beban yang diterima penumpang. Struktur ini nantinya akan ditempatkan tertutup oleh Mask of Car Kereta Cepat dan diletakkan dibagian gangway. Desain struktur laiktabrak ini telah disimulasikan pada kecepatan 36 km/jam serta pada kecepatan 110 km/jam.
Aerodynamic drag berkontribusi terhadap 20-50% kebutuhan energi kereta api. Untuk itu, Model Kereta Cepat Indonesia pun telah diuji aerodinamikanya dengan Computational Fluid Dynamics (CFD) serta pada fasilitas terowongan angin milik BPPT. Terdapat beberapa desain Mask of Car Kereta Cepat Indonesia dan dipilih empat model yang memiliki nilai Coefficient of Drag (Cd) yang paling kecil.
Riset selanjutnya yang akan dilakukan selain mengukur aerodinamika kereta cepat adalah melakukan tes cross wind stability, tunnel aerodynamics, turbulence kinetic dan Head Pressure Pulse on Trains Crossing. Untuk memperkecil Coefficient of Drag maka sistem HVAC dipilih embed saloon mounted sesuai dengan objek riset carbody. Embed saloon mounted adalah sisem pemasangan pendingin yang ditanam pada bagian atas bodi kereta sehingga permukaan atas kereta tidak terlalu bergelombang sehingga berdampak pada Coefficient of Drag yang kecil.
Untuk desain kabin masinis, sisi kenyamanan dan standar ergonomi juga sangat diperhatikan. Tim desain menggunakan pendekatan Driver Desk Human Interaction System untuk mendesain kabin berdasarkan zona kerja masinis. Hal ini dilakukan untuk memenuhi standar UIC 651 mengenai Layout of Driver Cabs in Locomotives, Railcar, Multiple Unit Trains and Driving Trailers. Sesuai standar Kementerian Perhubungan, pada kabin kereta cepat Indonesia terdapat dua kursi untuk masinis dan asisten masinis. Pada bagian belakang kemudi kereta cepat terdapat Electronic Control Room. Pada bagian ini, perangkat on-board equipment kereta cepat berada. Perangkat tersebuut seperti vital computer, track circuit receiver, balise transmission module, dll.
Kereta cepat buatan Indonesia direncanakan memiliki beberapa kelas layanan antara lain kelas eksekutif, first class (business class) dan VIP Class. Untuk kelas eksekutif rencananya terdiri dari 90 penumpang, untuk first class/business class terdiri dari 38 kursi, dan kelas VIP terdiri dari 6 kursi. Total penumpang yang mampu dibawa oleh satu rangkaian kereta minimal adalah 528 orang dan maksimal kurang lebih 600 penumpang . Desain interior kereta ini pun memperhitungkan analisis ergonomi untuk memberikan keamanan dan kenyamanan ketika penumpang menaiki kereta api. Pada satu kereta juga direncanakan memiliki toilet yang ramah difabel. Untuk menambah kenyamanan perjalanan, kereta cepat juga akan dilengkapi dengan galley dan restoran.
Menurut Direktur Pusat Teknologi Sistem dan Prasarana Transportasi BPPT, Mulyadi Sinung Harjono dalam webinar “Kesiapan Pengoperasian Jalur Makassar-Parepare“, prototipe kereta cepat Indonesia rencananya akan diujicoba di jalur Makassar-Parepare. Untuk pertama akan menggunakan model kereta rel diesel elektrik (KRDE) dan dapat dikembangkan menjadi hybrid dengan listrik.
Alasan BPPT berencana mengujicobakan prototipe ini agar ada lokasi uji sebenarnya dengan kecepatan hingga 200 km/jam. Selain itu BPPT juga menyampaikan peluang prototipe kereta cepat ini dapat dioperasikan sebagai armada kereta penumpang di lintas Makassar-Parepare. Selain itu, fasilitas jalur uji coba (testtrack) tengah disiapkan oleh PT INKA dan Kementerian Perhubungan. (RED/rnovanto)