Ribuan Stasiun Tanpa Petugas di Jepang buat Kekhawatiran terhadap Pengguna Difabel

[1/12] Dari data yang diperoleh Kementerian Tanah, Infrastruktur, Transportasi dan Wisata Jepang (MLIT), terdapat hampir setengah stasiun di Jepang merupakan stasiun tanpa petugas. Jumlah ini termasuk dengan 10% stasiun yang ada di Prefektur Tokyo dan Osaka.
Dilansir dari Mainichi, stasiun tanpa petugas yang sebelumnya kebanyakan di pedesaan saat ini jumlahnya juga semakin banyak di wilayah perkotaan. Dengan aktivitas yang lebih tinggi di wilayah perkotaan, timbul kekhawatiran bagaimana pengguna difabel dapat memperoleh bantuan saat naik atau turun kereta. Pemerintah Jepang pun saat ini berencana untuk menyusun panduan bagaimana perusahaan KA harus menyikapi hal ini.
National Diet (Parlemen Jepang) juga telah mengusulkan panduan serupa bagi perusahaan KA. House of Councilors (Majelis Tinggi Jepang) memberikan beberapa contoh ketentuan untuk dimuat dalam peraturan ini. Di antaranya adalah penempatan petugas permanen untuk membantu penyandang difabel yang butuh bantuan saat naik atau turun kereta, dan desain peron yang memungkinkan penyandang difabel yang tidak butuh bantuan saat naik atau turun kereta melakukannya secara mandiri.
Peningkatan stasiun tanpa petugas di Jepang sendiri didasari oleh menurunnya kinerja bisnis operator KA dan penurunan pengguna KA di Jepang yang dibarengi dengan depopulasi. Stasiun di wilayah pedesaan yang mengalami penurunan tajam jumlah pengguna menjadi yang paling utama dalam melakukan efisiensi biaya operasional.
Menurut data MLIT, terdapat 9.645 stasiun KA pada akhir tahun fiskal 2019, dengan 48,2% atau 4.564 stasiun beroperasi tanpa petugas. Dari jumlah ini, terbanyak ada pada Prefektur Kochi dengan 159 dari 170 stasiunnya tanpa petugas, atau sebesar 93,5%. Sedangkan 9,9% stasiun di Tokyo dan 16% stasiun di Prefektur Kanagawa dan Osaka juga tanpa petugas. (RED/IHF)