Catatan Perjalanan Bus: Mencari Scania Klasik PO Kramat Djati
Mungkin ini kali pertama Tim REDaksi benar-benar menulis sebuah catatan perjalanan dengan bus. Dan bus yang satu ini juga bukan sekadar bus, tetapi Scania K114iB milik Kramat Djati. PO yang satu ini memang memiliki sejumlah armada Scania di masa lampau, dan beberapa di antaranya masih beroperasi, baik sebagai bus pariwisata ataupun bus jarak dekat Jakarta-Bogor ataupun Subang.
Kala itu, salah satu penulis dari Tim REDaksi berkesempatan untuk menjajal bus ini di rute Jakarta-Subang, dengan pemberangkatan dari Kampung Rambutan. Penulis melakukan perjalanan ini pada 24 Februari 2020, saat pandemi COVID-19 belum terdeteksi di Indonesia.
Menanti Perjalanan
Malam 23 Februari, penulis dan rekan yang baru saja pulang dari sebuah acara sedang bingung ingin melakukan apa. Mendadak saja, muncul ide untuk menjajal bus Kramat Djati tujuan Subang karena rasa penasaran dengan rute Jakarta-Subang. Saat itu penulis dan rekan mengincar unit MAN berbodi Van Hool yang terkadang juga berdinas di rute tersebut.
Pagi 24 Februari, ide tersebut langsung dieksekusi. Penulis dan rekan memutuskan untuk bertemu di Halte Cawang UKI sebelum pergi ke Kampung Rambutan. Di Kampung Rambutan, kala itu unit Kramat Djati yang tersedia adalah Hino RG berbodi Marcopolo. Saat melihat ke belakang, penulis dan rekan menemui unit Mercedes-Benz OH 1521 berbodi Morodadi Prima sedang parkir di parkiran belakang, dan tidak ada tanda-tanda unit MAN tersebut. Penulis dan rekan pun sudah bersiap untuk menaiki unit tersebut jika tidak ada unit spesial yang muncul, mengingat jam keberangkatan rute Subang-Jakarta yang terbatas.
Namun tiba-tiba seperti rejeki nomplok, unit yang tampak “asing” pun muncul. Sebuah Jetbus 1 dengan overhang depan panjang pun masuk terminal. Penulis yang memotret plat nomornya pun segera mencari tahu di situs SAMSAT DKI. Tak disangka-sangka, unit ini adalah Scania K114iB! Scania keluaran 2003 ini masih cukup gahar untuk melayani penumpangnya di rute Jakarta-Subang.
Penulis dan rekan pun memberanikan diri untuk bertanya ke kru bus yang kala itu baru parkir. Sang supir tersebut menjawab dengan ramah kalau bus tersebut akan kembali berangkat ke Subang pukul 1 siang nanti. Penulis dan rekan pun memutuskan jika seandainya tidak bisa sampai Subang karena terlalu sore, turun Sadang pun tidak apa-apa karena sudah dapat unit spesial.
Menikmati Sensasi Scania Klasik
Pukul 1 siang tiba, unit Scania yang ditunggu-tunggu akhirnya bergerak keluar dari parkiran belakang ke jalur pemberangkatan. Kondektur yang berdinas di Scania tersebut memanggil kami untuk naik ke bus tersebut. Kami pun tak segan untuk menghampiri bus tersebut dan segera mengambil kursi paling depan, atau paling dikenal sebagai hot seat.
Untuk bus dengan konfigurasi tempat duduk 2-3, ruang kaki di hot seat cukup sempit. Meski demikian, ruang yang berada di baris kiri masih lebih lega dibanding baris kanan, namun tentu saja hal ini bukan masalah besar untuk bus jarak dekat.
Tak lama kemudian, sang kondektur pun mulai berbicara dengan kami, dan kami pun menjelaskan kalau kami adalah penggemar bus yang kebetulan mencari Scania lawas milik Kramat Djati. Ia pun menerangkan unit Scania ini dahulu sering menjadi andalan PO Kramat Djati untuk rute jarak jauh seperti Jakarta-Denpasar. Kemudian ia juga menceritakan bagaimana sekarang ini PO Kramat Djati lebih mempercayakan bus dengan sasis merk Hino untuk rute-rute jarak jauh, seperti Jakarta-Purwodadi dan Jakarta-Malang via Tol TransJawa.
Setelah ngetem selama kurang lebih 1 jam, pada pukul 2 siang bus ini pun mulai beranjak dari parkiran Kampung Rambutan. Bus ini pun kembali ngetem sekitar 1 jam kurang di Pasar Rebo untuk menunggu penumpang, karena saat berangkat jumlah penumpang masih bisa dihitung dengan jari. Sekitar pukul 3 lebih 10 sore, bus kami pun masuk jalan tol. Saat mulai masuk jalan tol, penulis dan rekan kala itu ditarik sekitar Rp 15.000.
Di perjalanan antara Pasar Rebo-Sadang, tidak terlalu banyak aksi yang Penulis jepret karena Penulis lebih memilih menikmati pemandangan yang terlihat. Yang Penulis ingat, bus ini sempat menyalip Scania double decker Rosalia Indah saat akan mendekati pintu masuk ke tol Jakarta-Cikampek di Cikunir. Di jalan tol bus ini melaju dengan kecepatan standar, sekitar 90-100 km/jam.
Pukul 4 lebih 15 sore, bus kami tiba di Gerbang Tol Sadang, langsung disuguhkan pemandangan indah khas wilayah Daerah Operasi 2 Bandung. Tak lama kemudian, bus kami pun tiba di perempatan Sadang. Kami pun turun karena jam yang sudah tidak memungkinkan untuk nanti kembali ke Jakarta dengan bus dari Subang. Tak lupa kami mengucapkan terima kasih pada kondektur yang sudah mau banyak bercerita dan memberitahu kami kapan busnya kembali berangkat ke Subang.
Perjalanan Pulang
Pada perjalanan pulang, Penulis dan rekan pada awalnya disarankan sang kondektur untuk naik angkot ke Gerbang Tol Cikopo karena KA Walahar sudah tidak tersedia. Tapi Penulis dan rekan justru punya ide lain, yaitu menggunakan bus Primajasa Non-AC tujuan Bekasi. Tidak lama menunggu, bus Primajasa tersebut pun datang dan langsung Penulis dan rekan naiki ke Cikopo.
Di Cikopo, Penulis dan rekan setelah membayar ongkos yaitu Rp 10.000 per orangnya langsung menunggu bus dari Cirebon tujuan Jakarta. Tak lama kemudian, rejeki nompok menghampiri: bus Primajasa anyar berbodi Avante dari Kuningan kelas bisnis datang, Penulis dan rekan pun tidak membuang waktu untuk menaiki bus tersebut. Pada saat normal, tarif dari Cikopo ke Lebak Bulus cukup murah, hanya Rp 38.000 saja.
Berangkat dari Cikopo sekitar pukul 5 sore, bus Primajasa pun tiba di Pasar Rebo pukul 7 malam kurang. Penulis dan rekan pun mengakhiri perjalanan dengan kembali ke rumah masing-masing. Akhir kata, memang sungguh berbeda sensasi menaiki Scania klasik di tengah era Scania yang kekinian. (RED/IHF)