Darurat Polusi Udara, Begini Rencana Pengadaan Bus Listrik di Indonesia Menurut Kemenhub, ITDP, dan TransJakarta
REDigest.web.id – Pada 28 Oktober yang lalu, Busworld Southeast Asia mengadakan webinar sesi ke-5 melalui aplikasi Zoom Meeting. Acara ini dimoderatori oleh Harya S Dillon selaku Sekretaris Jenderal MTI (Masyarakat Transportasi Indonesia) serta dibawakan oleh Mohamad Risal Wasal dari Kemenhub (Kementerian Perhubungan), Vinensia Nanlohy dari ITDP (Institute for Transportation & Development), Bayu Purbo dari TransJakarta (PT Transportasi Jakarta), dan Chris Liang dari Shenzen Bus Group.
Webinar dibuka oleh Jan Deman sebagai Direktur Manajer Busworld Foundation dan dilanjutkan oleh pemaparan Mohamad Risal Wasal dari Kemenhub. Ada beberapa poin yang ia sampaikan seperti rencana pemerintah, target penerapan transportasi umum perkotaan dengan listrik, target penerapan angkutan kawasan wisata dengan listrik, dan program Buy the Service (BTS) yang dimiliki Kemenhub.
Secara garis besar, pemerintah ingin mewujudkan mobilitas berdasarkan energi yang ramah lingkungan dengan transportasi umum berbasis stasiun pengisian daya dan baterai. Rencana ini pun diharapkan dapat menurunkan kemacetan secara signifikan.
Untuk melakukan penerapan transportasi umum berbasis listrik di luar Jakarta, Kemenhub menggunakan program pembelian layanan (Buy the Service/BTS) Teman Bus. Program ini berupaya menyediakan angkutan massal di wilayah perkotaan dengan memberikan subsidi sebesar 100% kepada operator dengan SPM (Standar Pelayanan Minimal) yang telah ditentukan.
Penggunaan armada bus listrik nantinya dilakukan pertama kali pada 2023 di Medan dan Bandung. Proyek elektrifikasi BRT secara penuh akan dilaksanakan pada 2022 hingga 2025 dengan membangun sistem baru ataupun mengonversi layanan lama menjadi listrik. Sementara itu, penerapan angkutan kawasan wisata berbasis listrik baru dapat dilakukan pada 2025 karena ketersediaan daya listrik dan infrastruktur pengisian yang masih belum memadai.
Presentasi berikutnya dilanjutkan oleh Vinensia Nanlohy dari ITDP. Pemaparan dimulai dengan penjelasan beberapa proyek mobilitas elektrik ITDP pada tahun 2021 seperti Pembuatan Peta Jalur Adaptasi Sistem Transportasi Massal, Dukungan Transisi Jakarta menuju Mobilitas Elektrik (seperti pada bus TransJakarta), dan Memopulerkan Kendaraan Roda Dua dan Roda Tiga berbasis Listrik di Indonesia.
Dalam kaitannya dengan pilihan sistem pengisian daya, ada beberapa saran yang diberikan oleh ITDP yakni pengisian daya di depo selama malam hari, pengisian daya di depo selama siang hari di luar jam sibuk, dan pembangunan sistem pengisian daya cepat pada setiap tujuan akhir dari kendaraan listrik.
Organisasi ini kemudian memberikan saran berupa lima fase implementasi bus listrik untuk rute BRT dan non-BRT dari 2021 hingga 2030. Secara garis besar, sistem pengisiannya akan menggunakan tiga opsi yang telah disebutkan di atas sementara pengadaan bus listrik tunggal akan dilakukan sejak fase pertama (2021-2023), bus listrik medium sejak dimulai dari fase kedua (2021-2024), dan bus listrik gandeng yang dilakukan sejak fase keempat (2024-2027).
Selain saran mengenai bus listrik TransJakarta, ITDP juga memberikan infromasi yang terkait dengan jaringan BRT di Medan Raya dan Bandung Raya. Pada BRT Medan Raya, koridor utamanya dimulai dari Terminal Pinang Baris menuju Terminal Amplas sejauh 21 km yang didukung dengan layanan pengumpan sebanyak 19 trayek.
Adapun koridor yang dimiliki BRT Bandung Raya membentang dari timur di Simpang Flyover Antapani menuju ke Barat di Taman Batas Kota Bandung dengan jarak total sebesar 19 km. BRT ini nantinya juga akan didukung dengan 16 layanan pengumpan.
Bayu Purbo dari TransJakarta mendapat giliran ketiga presentasi pada webinar ini. Garis besar presentasinya menekankan kepada rencana jangka pendek yang akan dilakukan TransJakarta yang dimulai dari masa uji coba pada 2021 dan 2022, proyek percontohan pada 2022-2023, dan penerapan penuh pada 2024-2025. Pada 2025, TransJakarta & operator lain direncakan akan menjalankan 50% armada bus listrik dari semua armada yang beroperasi.
Operator yang menjalankan BRT listrik TransJakarta akan memiliki kontrak bisnis yang terdiri dari investasi bus listrik, sistem pengisian daya, penyediaan depo, dan perawatan bus listrik yang dimiliki.
Pada fase pertama proyek percontohan, TransJakarta menguji coba bus low deck dengan kapasitas baterai sebesar 320 kWh. Bus ini akan diisi ulang dengan kecepatan standar pada sistem pengisian malam hari. Rencananya bus ini akan dioperasikan pada rute non-BRT.
TransJakarta mengakui adanya tantangan pengadaan bus listrik karena biayanya berjumlah dua setengah kali lipat lebih mahal daripada bus ICE (Internal Combustion Engine) dengan baterai sebagai komponen yang paling mahal. Walau begitu, mereka tetap berusaha untuk mewujudkan proyek elektrifikasi ini.
Daftar Sumber:
- Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Republik Indonesia. (2021, Oktober 28). Electric Mobility Transport: Future Indonesia toward Zero Emission Buses. Presentasi ditayangkan pada webinar Busworld Southeast Asia ke-5. Diakses pada 29 Oktober 2021 dari https://busworldsoutheastasia.org/sites/soasia/files/2021-10/Electric%20Mobil
ity%20-%20Zero%20Emission%20Buses%20in%20the%20Cities_M.%20R.%
20Wasal_MoT%20Indonesia_0.pdf. - Sufa, F. (2021, Oktober 28). Roadmap of e-Bus Implementation in Indonesian Cities. Presentasi ditayangkan pada webinar Busworld Southeast Asia ke-5. Diakses pada 29 Oktober 2021 dari https://busworldsoutheastasia.org/sites/soasia/files/2021-10/Electric%20Mobili
ty%20-%20Zero%20Emission%20Buses%20in%20the%20Cities_Vinensia%2
0Nanlohy_ITDP_0.pdf. - TransJakarta. (2021, Oktober 28). TransJakarta Electric Bus: Implementation Plan. Presentasi ditayangkan pada webinar Busworld Southeast Asia ke-5. Diakses pada 29 Oktober 2021 dari https://busworldsoutheastasia.org/sites/soasia/files/2021-10/Electric%20Mobili
ty%20-%20Zero%20Emission%20Buses%20in%20the%20Cities_Bayu%20Pu
rbo_Transjakarta.pdf.