#SayonaraPiyuts: Mengenang Tokyo Metro 5000 dan Toyo Rapid 1000, Penuh Kontroversi, Tapi Selalu Dirindukan
REDigest.web.id – KRL Tokyo Metro 5000 adalah KRL tipe Subway yang pertama kali berdinas oleh TRTA (Teito Rapid Transit Authority, pendahulu Tokyo Metro) dari Desember 1964. Debut KRL ini bersamaan dengan pembukaan Jalur Tozai yang kala itu masih dari Takadanobaba sampai Kudanshita saja. KRL jenis ini diproduksi dari 1964 sampai 1981. Secara total, terdapat 428 kereta yang dibuat. Dari 428 kereta itu terdiri dari 405 kereta stainless steel ditambah dua kereta dibuat untuk menggantikan kereta yang rusak akibat kecelakaan. 21 kereta lainnya merupakan kereta aluminium.
Selain di Jalur Tozai, KRL jenis ini sempat juga beroperasi di Jalur Chiyoda dari tahun 1969 sampai 1981. Sejak tahun 1981, semua rangkaian KRL jenis ini dipindah ke Jalur Tozai, kecuali rangkaian tiga kereta yang berdinas di Jalur Cabang Chiyoda. Pengoperasian KRL jenis ini di Jalur Tozai bertahan sampai tahun 2007, sedangkan kedinasan di Jalur Cabang Chiyoda bertahan sampai tahun 2014.
Sedangkan KRL Toyo Rapid 1000 adalah rangkaian eks Tokyo Metro 5000 yang dikonversi pada saat pembukaan Toyo Rapid Railway pada tahun 1995. 12 rangkaian eks Tokyo Metro 5000 ditransfer ke Toyo Rapid, dengan rincian sebagai berikut:
Kelak, tiga rangkaian di antaranya yaitu 1060F, 1080F, dan 1090F akan dikirim ke Indonesia. Konversi dari Tokyo Metro 5000 menjadi Toyo Rapid 1000 adalah sebagai berikut:
Dari 12 rangkaian ini, 10 di antaranya dilakukan konversi menjadi KRL Toyo Rapid 1000 (1010-1100). Konversi ini dilakukan dengan perubahan pada struktur bodi dan juga muka kabin. Selain itu, juga terdapat beberapa peremajaan pada komponen rheostatik dan pemasangan AC serta SIV. Namun sebagian komponen lainnya masih mempertahankan komponen asli Tokyo Metro 5000.
Sedangkan dua rangkaian lainnya (1110 dan 1120) meskipun awalnya berencana dikonversi, namun akhirnya urung dilaksanakan dan hanya menjadi suku cadang sebelum akhirnya dirucat tahun 2005. Operasional KRL jenis ini bertahan di Jalur Toyo Rapid sampai tahun 2007.
Kedatangan di Indonesia
Pada tahun 2006, enam rangkaian yang terdiri dari tiga rangkaian Tokyo Metro 5000 dan tiga rangkaian Toyo Rapid 1000 ditarik dari dinasan reguler di jalurnya. Setelah itu, keenam rangkaian ini yang terdiri dari 5809F, 5816F, 5817F, 1060F, 1080F, dan 1090F diboyong ke Indonesia. Â Keenamnya tiba di Indonesia pada awal 2007 silam dengan formasi 10 kereta.
Susunan keenam rangkaian ini semasa datang di Indonesia adalah sebagai berikut:
Terdapat perbedaan pada susunan komponen karena pencampuran yang terjadi di Jepang saat susunan rangkaian perlahan-lahan distandardisasi menjadi 10 kereta.
Akan tetapi, selang waktu berlalu, tercium masalah dari pengadaan kedua jenis KRL ini. Tidak butuh waktu lama untuk diketahui bahwa ada kejanggalan dalam pengadaannya. Kejanggalan tersebut yaitu meski keenam set ini dinyatakan hibah dari Sumitomo, namun biaya pengadaannya mencapai 9,9 juta Yen. Hal ini dipertanyakan oleh Indonesian Corruption Watch (ICW) karena pembelian sebelumnya yaitu 16 unit KRL Tokyu 8000 hanya memakan biaya 8 juta Yen saja, alias barang hibah malah lebih mahal dari barang beli. Tidak hanya itu, juga terdapat dugaan bahwa pembelian KRL ini tidak wajar karena keadaannya saat itu sudah hendak dirucat.
Selain itu, setelah dilakukan pengusutan juga diketahui bahwa pengadaan tersebut juga tidak sesuai prosedur. Yaitu proses hibah tidak dilakukan berdasarkan perjanjian antara dua negara, dan penunjukan langsung Sumitomo melanggar ketentuan pengadaan barang dan jasa. Akibat dari dugaan mark-up biaya pengadaan ini, Soemino Eko Saputro, mantan Direktur Jenderal Perkeretaapian divonis 3 tahun penjara dan denda Rp 100 juta.
Beroperasi di Indonesia
Semasa era Divisi Jabotabek rangkaian Tokyo Metro 5000 biasanya ditempatkan di Bogor dan lintas Tanah Abang-Serpong-Parung Panjang. Dengan rangkaian 5816F dan 5817F di lintas Tanah Abang-Serpong-Parung Panjang, sedang rangkaian 5809F di lintas Bogor. Sedangkan rangkaian Toyo Rapid 1000 sering kali berdinas di Bekasi dan Bogor. Keenam rangkaian ini berdinas baik sebagai Ekonomi AC ataupun KRL Ekspres secara bergantian. Dikarenakan suara remnya yang khas, maka tak ayal KRL ini akhirnya dijuluki oleh sebagian railfan sebagai “Piyuts”.
Untuk skema livery era Divisi, rangkaian Tokyo Metro 5000 semua menggunakan livery garis hijau-kuning. Sedangkan rangkaian Toyo Rapid 1000 menggunakan skema asli Toyo Rapid. Lucunya, rangkaian 1060 kelak malah dicat menjadi hijau terang sehingga sempat disebut “KRL maho”. Pewarnaan khas yang berbeda ini dilakukan pasca laka dengan KRL BN-Holec di dekat stasiun Manggarai pada tahun 2009.
Dikarenakan keterbatasan panjang peron di Indonesia, kedua jenis KRL ini hanya dijalankan 8 kereta saja. Untuk Toyo Rapid 1000, kereta yang dilepas adalah kereta 1xx8 dan 1xx7, Sedang pada Tokyo Metro 5000, terjadi beberapa kali pertukaran kereta yang digunakan dikarenakan kerusakan komponen. Formasi terakhir yang digunakan kedua jenis KRL ini adalah sebagai berikut.
Sisa-sisa kereta yang akhirnya tidak terpakai kemudian ada yang dibawa ke Purwakarta, ada juga yang terdiam di Dipo Depok. Kesemuanya masih menggunakan livery saat baru berdinas.
Mulai tahun 2010 atau setelah PA pertama, dilakukan kebijakan di mana KRL dari era Divisi dibuat seragam dengan membuat warnanya yang awalnya warna-warni menjadi biru-kuning, tanpa terkecuali kedua jenis KRL ini. Perbedaan yang kemudian mendasar dari kedua jenis KRL ini adalah, pada Tokyo Metro 5000, warna biru-kuning hanya berupa striping. Sedangkan pada Toyo Rapid 1000, mukanya dicat biru dengan striping kuning, dengan frame samping diberi warna.Â
Rangkaian 1080F mempunyai frame samping warna kuning sebelum dijadikan merah, 1090F mempunyai frame samping warna hitam sebelum dijadikan merah, sedangkan rangkaian 1060F mempunyai frame samping warna kuning yang sebelumnya sempat berbatik. Selain itu, warna biru penuh pada awalnya tidak diterapkan pada perubahan skema livery pertama, namun baru diterapkan kemudian sekitar tahun 2012-2013, terkecuali untuk 1060F.
Piyuts Sang Pionir
Tidak disangka, kedua jenis KRL ini juga pernah menjadi pelopor di dunia KRL Jabodetabek. Yaitu pelopor KRL yang berdinas dengan formasi 10 kereta, dan KRL yang punya TV di interiornya. Dua rangkaian yang mendapat kehormatan ini adalah 1080F dan 5816F.
Rangkaian 1080F mempelopori rangkaian 10 kereta di KRL Jabodetabek sebagai KRL peluncuran Ekonomi AC. Sayangnya, formasi ini hanya bertahan satu hari saja, di mana keesokan harinya, rangkaian ini telah diperpendek menjadi formasi 8 kereta. Formasi inilah yang kelak bertahan selama 10 tahun sebelum pemanjangan kembali dilakukan.
Salah satu rangkaian yang terkenal dari KRL seri 5000 adalah 5816 yang semenjak proyek pemasangan TV di interiornya dikenal dengan “Djoko Vision”. Proyek ini dilakukan dengan pemasangan sebanyak 42 unit TV di dalam rangkaian, dengan posisi TV ada pada ujung-ujung rak bagasi di dekat pintu. Pada Juni 2012, setelah dilakukan PAL, beroperasilah KRL “Djoko Vision” ini dengan fasilitas barunya.
Berkali-kali Apes
Namanya juga hidup, ya pasti tidak selamanya mulus. Terkadang ada saja kejadian-kejadian apes yang dialami, dan itu juga berlaku bagi kedua jenis KRL ini. Selama dinasan di Indonesia, tercatat ada beberapa kali kejadian apes yang dialami mereka.
Paling pertama adalah kejadian tabrakan KRL di tikungan dekat Stasiun Manggarai pada tahun 2009. Di saat rangkaian 1060F sedang menunggu aman Manggarai, tiba-tiba ada KRL Ekonomi BN-Holec yang melanggar aspek merah. Sontak, rangkaian ini diseruduk dari belakang. Beruntunglah, tidak terjadi kerusakan yang parah akibat peristiwa ini.
Kedua adalah peristiwa anjlokan di Kemayoran yang dialami oleh… Lagi-lagi rangkaian 1060F pada tahun 2014. Akibat dari ulah orang tidak bertanggungjawab yang melempar karung berisikan kayu ke rel, rangkaian ini menabrak karung dan langsung anjlok. Hal ini menyebabkan kerusakan sedang di bagian muka kereta 1060.
Ketiga adalah ketika rangkaian 1080F ditabrak truk di perlintasan Stasiun Kampung Bandan pada Maret 2015. Beruntunglah meski yang ditabrak adalah truk kontainer, tetapi kereta 1081 hanya mengalami kerusakan berupa muka yang penyok.
Keempat dan Kelima, adalah dobel peristiwa anjlokan yang terjadi dalam waktu setahun, di tempat yang sama pula. Pada April 2016, rangkaian 5809F anjlok di wesel Stasiun Manggarai, yang menurut laporan KNKT diduga karena terjadinya loss detection pada wesel, sehingga wesel dapat serta merta berubah arah saat dilewati kereta. Eh ternyata, di Oktober tahun 2017 terjadi lagi anjlok di tempat yang sama, tapi melibatkan rangkaian 5817F. Meskipun belum ada laporan KNKT, tetapi berdasarkan keterangan media kejadian ini juga diduga karena masalah pada persinyalan.
Mulai Berguguran
Gugurnya KRL Tokyo Metro 5000 dan Toyo Rapid 1000 mulai perlahan-lahan dirasakan sejak akhir 2014. Ditandai oleh dikorbankannya rangkaian 5816F “Djoko Vision” untuk menjadi sumber suku cadang. Di saat yang hampir bersamaan, rangkaian 1090F hidup kembali layaknya zombie dan tak lama kemudian malah sempat dijadikan kereta tematik Cinderella.
Lalu pada September 2015, rangkaian 1060F juga resmi dipensiunkan. Tanda-tanda pemensiunan rangkaian ini sudah tampak dari awal 2015, dikarenakan rangkaian ini sudah melewati tanggal PA, namun tidak diberi jatah PA. Dengan pensiunnya rangkaian 1060F, tersisa hanya 5809F, 5817F, 1080F, dan 1090F yang kala itu masih beroperasi.
Di masa-masa ini juga, kedua jenis KRL ini mulai banyak memancing kekesalan para komuter. Dengan ACnya yang saat itu kinerjanya sudah jauh menurun, terutama pada rangkaian Tokyo Metro 5000, kedua jenis KRL ini mendapat julukan “Hot in Train”.
Angin Segar di Usia Senja
Pada tahun 2016, sesuai dengan kebijakan PT KCJ kala itu yang memerahkan livery KRL dari era Divisi, maka keempat rangkaian yang masih beroperasi ini mendapat penyegaran sedikit berupa perubahan warna muka, dari yang sebelumnya polos dengan striping biru-kuning menjadi merah dengan striping kuning. Selain itu striping batik raksasa penanda Kereta Khusus Wanita dihilangkan.
Uniknya, pada rangkaian 1080F, tidak lama setelah dimerahkan, logo Toyo Rapid yang menjadi ciri khas rangkaian ini dilucuti, sehingga menimbulkan bekas noda yang amat terlihat.
Lebih mengejutkannya, meskipun dengan usianya yang sudah cukup lanjut, kedua jenis kereta ini masih sempat mendapat perhatian khusus dari KCI. Pada Juli 2017, rangkaian 5817 diujicobakan menjadi 10 kereta. Sedangkan sebelumnya rangkaian 1080F telah diujicobakan menjadi 10 kereta lebih dulu pada Juni 2017. Pemanjangan kereta ini dilakukan untuk meningkatkan kapasitas angkut armada KCI yang saat itu sedang gencar melakukan penambahan rangkaian 10 kereta. Formasi dari kedua rangkaian setelah dijadikan 10 kereta adalah sebagai berikut:
Hal ini adalah suatu “blast from the past” khususnya bagi rangkaian 1080F, karena rangkaian ini dulu juga pernah menjadi rangkaian 10 kereta dalam formasi aslinya. Namun formasi ini kala itu hanya bertahan sehari saja. Pemanjangan rangkaian 5817F dan 1080F dilakukan dengan masing-masing mengambil dua kereta dari 1090F yaitu 1092, 1093, 1094, dan 1095. Sebagai akibatnya, rangkaian 1090F pun akhirnya tidak lagi dioperasikan. Sedangkan rangkaian 5809F sudah terlebih dahulu tidak beroperasi.
Meskipun demikian, rangkaian 5809F dan 1090F sempat direncanakan akan digabung menjadi satu rangkaian 12 kereta. Akan tetapi, rencana ini urung dilaksanakan dan akhirnya kedua rangkaian ini dipensiunkan permanen.
Saya Pamit…
Namun memasuki tahun 2019, usia senja bagi kedua jenis KRL ini sepertinya dengan cepat menghampiri. Diawali dengan dipendekkannya susunan rangkaian 5817F dikarenakan roda tipis. Lalu ditambah tersambar petirnya rangkaian 1080F di Tanjung Barat pada Maret 2019 sehingga dua keretanya rusak dan formasinya juga terpaksa dipendekkan menjadi 8 kereta.
Dengan semakin banyaknya rangkaian KRL Seri 205 dari Musashino dan semakin tua usia mereka, maka KRL Tokyo Metro 5000 dan Toyo Rapid 1000 pun menjadi surplus. Sehingga pada 25 September 2019, operasional keduanya sempat dirumorkan berakhir setelah lebih dari 12 tahun melayani penumpang di Jabodetabek.
Rangkaian 5817F dianggap terakhir beroperasi pada tanggal 24 September 2019, sedangkan rangkaian 1080F dianggap terakhir beroperasi pada tanggal 23 September 2019. Sesuatu yang awalnya dikabarkan sebagai pemensiunan kedua rangkaian ini seolah menandakan akhir dari operasional KRL Tokyo Metro 5000 dan Toyo Rapid 1000 bersama KCI setelah 12 tahun berdinas…
Saya Kembali!
…Namun tak diduga-duga, pada awal Oktober 2019, rangkaian 5817F yang sebelumnya dikabarkan pensiun menurut sumber Tim REDaksi tiba-tiba kembali ke permukaan. Kembalinya rangkaian ini sontak memberikan kejutan bagi para railfans yang telah menyangka rangkaian ini telah pensiun.
Di kemunculannya kembali, rangkaian ini sering kali berdinas di lintas Bogor-Angke/Jatinegara secara tidak menentu. Karena terkadang rangkaian ini tidak berdinas selama beberapa hari, untuk kemudian kembali berdinas. Kembalinya rangkaian ini bertahan sampai sekitar pertengahan Januari 2020.
Meskipun demikian, rangkaian 1080F tidak seberuntung rangkaian 5817F. Rangkaian ini setelah dibawa ke Dipo Depok sudah tidak pernah lagi terlihat berdinas semenjak Oktober 2019.
Menanti Nasib
Setelah menikmati kebangkitan kembalinya yang tidak bisa dibilang singkat, sejak Januari 2020 hingga Februari 2020 rangkaian ini tidak lagi terlihat di lintas KRL Jabodetabek. Disimpan di Sepur Simpan Dipo Depok, menanti nasib yang tidak pasti.
Pada akhir Januari 2020, rangkaian ini bertukar tempat dengan rangkaian 7117F yang telah cukup lama nangkring di jalur 2 Stasiun Depok Baru. Jalur 2 Stasiun Depok Baru memang sudah sejak beberapa bulan ini digunakan untuk stabling KRL yang tidak dioperasikan sementara waktu karena keterbatasan tempat di Depo Depok.
Akhir Sejati dari Riwayat “The Piyuts”
Akhirnya setelah dua tahun lebih berlalu, KRL ini benar-benar pensiun dan tidak lagi masuk ke dalam daftar armada KCI, yang kini menggunakan branding KAI Commuter. “The Piyuts” pun mulai kembali dikirimkan ke tempat peristirahatan terakhirnya pada 20 Januari 2022 dini hari.
Rangkaian 1080F menjadi yang pertama dikirimkan dari sisa-sisa “The Piyuts” yang masih ada di wilayah Jabodetabek. Sebanyak empat kereta dari rangkaian ini berangkat menuju Stasiun Pasirbungur di Subang, Jawa Barat, pada 20 Januari 2022 dini hari. Sebanyak empat kereta lainnya menyusul pada 21 Januari 2022 dini hari.
Tak lama setelah itu, rangkaian 5817F yang sebelumnya hanya terdiam di Stasiun Depok Baru juga ikut ditarik ke Depo KRL Depok sebagai persiapan pengiriman ke Stasiun Pasirbungur. Rangkaian 5809F dan 1090F sendiri juga telah dipersiapkan terlebih dahulu sebelum dikirim.
Masa bakti KRL “The Piyuts” sejak 2007 dan berakhir pada 2020, akhirnya benar-benar berakhir di 2022 setelah dua kali prank yang dilakukan 5817F di awal 2020 lalu. Bagi pecinta kereta api kelahiran 1990-an yang sedari awal telah tinggal di Jabodetabek, “The Piyuts” merupakan salah satu kenangan dan bagian dari masa kecil mereka yang tak dapat terpisahkan.
Terima kasih “Piyuts”! Meski mungkin dibenci banyak orang dan penuh kontroversi, serta pernah mem-prank semua orang karena pernah dibilang pensiun namun kemudian tiba-tiba kembali lagi, tetapi keberadaanmu akan selalu dirindukan. (RED/BTS/IHF/MPF)