[OPINI] Commuter Line Bukan Hanya KRL!
Artikel di bawah ini adalah opini dari Penulis sebagai anggota Tim REDaksi. Penulisan opini ini tidak mewakilkan pandangan resmi dari keseluruhan Tim REDaksi
REDigest.web.id – Beberapa saat yang lalu terjadi peristiwa Kecelakaan Kereta Api (KKA) antara KA Commuter Line Bandung Raya dengan KA Turangga yang meramaikan pemberitaan media massa. Namun, Penulis mengamati adanya media massa yang keliru dalam membuat ilustrasi hingga menyebut Commuter Line sebagai KRL.
Misalnya saja sebuah media yang memakai ilustrasi render tiga dimensi dari armada KRL milik Commuter Line dengan seri JR 205 untuk menggambarkan Commuter Line Bandung Raya. Adapula media lainnya yang kedapatan menggunakan istilah ‘KRL Commuter Line Bandung Raya’ untuk menyebut Commuter Line Bandung Raya.
Penggunaan istilah tersebut telah menyimpang jauh dari KRL. Commuter Line Bandung Raya sebenarnya merupakan nama layanan kereta api yang dioperasikan oleh operator PT Kereta Commuter Indonesia (KCI)/ KAI Commuter. Layanan ini menggunakan armada kereta penumpang seperti yang digunakan oleh kereta api komersial/ Kereta Api Jarak Jauh (KAJJ) dan dihela dengan lokomotif.
Sekilas tentang Pengertian KRL
Di sisi lain, KRL ialah sebuah istilah teknis untuk menyebutkan Kereta Rel Listrik. Di wilayah lintas KAI (Kereta Api Indonesia) Daerah Operasional 2 Bandung, tidak ada layanan kereta api yang menggunakan KRL selain Whoosh yang dioperatori oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) yang mana, KAI merupakan operator nasional yang ditunjuk untuk menjalankan layanan kereta pada perusahaan tersebut.
KAI Commuter sebagai operator kereta api tidak lagi menggunakan istilah KA Lokal/ Lokalan yang dahulu pernah digunakan oleh induknya yakni KAI. Kini, KAI Commuter secara konsisten menyebut semua layanan kereta apinya sebagai Commuter Line, tidak peduli armada apa yang digunakan, apakah kereta penumpang tertarik lokomotif, Kereta Rel Diesel (KRD), ataupun Kereta Rel Listrik (KRL). Lebih lanjut, Penulis akan mengurai riwayat istilah Commuter Line yang telah digunakan sejak tahun 2011.
Riwayat Penggunaan Istilah Layanan Commuter Line
Commuter Line atau disingkat sebagai CL sejatinya memang istilah layanan yang baru meskipun tidak benar-benar baru. Sebelum istilah ini muncul, PT KAI Divisi Jabotabek sebagai pendahulu KAI Commuter mengenal tiga sistem pelayanan yakni Ekspres AC, Ekonomi AC, dan Ekonomi Non-AC. Sayangnya layanan tersebut kerap kali tersebut dengan tambahan embel-embel istilah teknis ‘KRL’ di depannya menjadi ‘KRL Ekspres AC’, ‘KRL Ekonomi AC’, dan ‘KRL Ekonomi Non-AC’.
Penulis berpandangan, hal tersebut berasal dari dua kemungkinan. Kemungkinan pertama yakni melihat dari sudut pandang layanan kereta api. Penambahan istilah teknis ‘KRL’ di depan nama layanan merupakan nilai jual dari layanan tersebut karena menggunakan armada Kereta Rel Listrik (KRL) di saat kereta api komersial/ KAJJ pun masih menggunakan kereta penumpang tanpa penggerak mesin yang terhela oleh lokomotif diesel. Dari sudut pandang yang lebih umum, penggunaan istilah teknis ‘KRL’ sebagai nama layanan terduga melambangkan kecanggihan zaman karena pada masa itu kendaraan listrik pun belum populer seperti di masa kini ketika masyarakat telah mengenal sepeda listrik, sepeda motor listrik, mobil listrik, hingga bus listrik.
Kemungkinan kedua, istilah teknis tersebut merupakan budaya lama KAI yang terbiasa menggunakan istilah teknis untuk menyebut suatu layanan karena hal ini tidak hanya terjadi pada penggunaan istilah ‘KRL’ di area Jabotabek, Daop 1 Jakarta. Ada juga penggunaan istilah ‘KRD’ atau Kereta Rel Diesel pada wilayah operasi KAI lainnya. Misalnya Di Daop 2 Bandung terkenal nama ‘KRD Bandung Raya’, di Daop 6 Yogyakarta terkenal nama ‘KRD Prameks’, sementara di Daop 8 Surabaya terkenal banyak nama seperti ‘KRD Susi’, ‘KRD Sulam’, ‘KRD Supor’, dan ‘KRD Supas’. Bahkan ada ‘KRD Kertosono’ yang melayani rute Kertosono-Surabaya Kota tetapi menggunakan kereta ditarik lokomotif.
Sebutan KRL Terus Terbawa hingga Kini
Penggunaan istilah teknis untuk menyebut layanan terbawa hingga ke masa ketika PT Kereta Commuter Jabodetabek/ KCJ (penerus PT KAI Divisi Jabotabek dan pendahulu PT Kereta Commuter Indonesia/ KCI/ KAI Commuter) memperkenalkan layanan operasi tunggalnya yakni Commuter Line dengan penyebutan ‘KRL Commuter Line’ sebagai penerus layanan Ekonomi AC serta pengganti layanan Ekspres AC dan Ekonomi Non-AC.
Adapun Layanan ekspres yang telah hilang itu kembali pada tahun 2017 melalui ‘Kereta Bandara Railink’ yang operatornya adalah PT Railink/ KAI Bandara dan juga menggunakan armada KRL. KCI/ KAI Commuter baru menjadi operator layanan kereta tersebut pada 2022 dan kemudian mengubah nama layanan ‘Kereta Bandara Railink’ menjadi ‘Commuter Line Bandara’.
Ekspansi Layanan Commuter Line
Perubahan logo KAI yang terjadi pada 2020 semakin memperjelas entitas anak-anak perusahaan KAI melalui penggunaan branding logo utama bertuliskan ‘KAI’ dan nama anak perusahaan pada bagian serong kanan bawah logo, tidak terkecuali KCI selaku operator Commuter Line yang mendapat branding KAI Commuter. Tidak lama setelah perubahan logo, KAI menyerahkan pengelolaan dua layanan kereta komuter yang selama ini mereka layani kepada anak perusahaannya yakni KAI Commuter/KCI.
Layanan tersebut antara lain dua KA Lokal yakni KA Lokal Merak dan KA Prambanan Ekspres. Dan pada 1 Juni 2023, nama KA Lokal Merak berubah nama menjadi Commuter Line Merak sementara KA Prambanan Ekspres berubah nama menjadi Commuter Line Prambanan Ekspres. Pengambilalihan layanan tersebut menjadi pertanda dari perluasan layanan KAI Commuter di luar Jabodetabek. Meskipun Rangkasbitung terletak di wilayah Kabupaten Lebak, Provinsi Banten tetapi layanan Commuter Line Lin Rangkasbitung tetap menjadi bagian dari sistem Commuter Line Jabodetabek.
Dua tahun berselang, KAI Commuter memperluas bisnisnya ke wilayah Jawa Timur dan Jawa Barat. Di Jatim, KAI Commuter mengambil alih layanan KA Penataran, KA Dhoho, KA Tumapel, ‘KRD Bojonegoro’, dan ‘KRD Sulam’ di wilayah Gerbangkartasusila serta sejak 1 Juni 2023 mem-branding layanan-layanan tersebut menjadi Commuter Line Penataran, Commuter Line Dhoho, Commuter Line Tumapel, dan Commuter Line Arjonegoro. Di Jawa Barat, KAI Commuter mengambil alih pelayanan KA Lokal Bandung Raya dan KA Lokal Garut – Cibatuan dan juga mem-branding ulang menjadi Commuter Line Bandung Raya dan Commuter Line Garut sejak 1 Juni 2023.
Penyeragaman Istilah Commuter Line
KAI Commuter mulai menggencarkan penyeragaman istilah layanan Commuter Line terutama untuk layanan kereta lokal yang sebelumnya terkelola oleh induk perusahaannya, PT Kereta Api Indonesia. Dalam rilis persnya pada 1 Juni 2023, KAI Commuter menyebutkan pengubahan penyebutan kereta api Lokal/ Lokalan, Ekonomi Lokal, dan Komuter/ KRD menjadi Commuter Line.
Jika melihat dari segi kehumasan, situs krl.co.id yang merupakan tautan situs milik PT KCI/ KAI Commuter sudah tidak ada lagi karena telah berubah tautan menjadi commuterline.id. Rilis pers lainnya pada situs tersebut juga tidak lagi menyebut istilah ‘KRL Commuter Line’ dan mengubahnya menjadi ‘Commuter Line’ saja.
Seruan Tinggalkan Penyebutan KRL
Dengan melihat situasi saat ini, seharusnya penyebutan layanan Commuter Line berlaku pada semua wilayah operasi PT KCI/ KAI Commuter tanpa terkecuali. Sudah sepatutnya budaya penyebutan ‘KRL’ untuk menyebut ‘Commuter Line’ terubah meski penyebutan tersebut telah mengakar di kalangan masyarakat. Istilah KRL atau Kereta Rel Listrik (maupun KRD untuk Kereta Rel Diesel) seharusnya menjadi istilah yang hanya terketahui oleh operator dalam hal ini mereka yang bekerja pada bagian teknis dan operasional saja atau kalangan railfans sebagai penggemar kereta api. Masyarakat dan media massa cukup menyebut Commuter Line/ CL dan tidak lagi menyebut KRL.
Aneh jika masyarakat dan media massa masih saja menyebut layanan ‘Commuter Line’ sebagai ‘KRL’. Hal itu sama seperti menyebut layanan Commuter Line Arjonegoro yang menggunakan armada KRD (Kereta Rel Diesel) dan bahkan layanan Commuter Line Bandung Raya dengan armada kereta penumpang terhela lokomotif sebagai KRL (Kereta Rel Listrik) yang tentunya sangat rancu dan membingungkan. (RED/ AFD)