Ini Rasanya Naik Bus Listrik pada Koridor TransJakarta!
REDigest.web.id – Pekan belakangan ini, masyarakat Jakarta tersuguhkan godaan yang sangat menarik yakni bus TransJakarta dalam koridor atau BRT (Bus Rapid Transit) yang kini juga sudah mulai menggunakan armada bus bertenaga listrik atau kerap disebut EV (Electric Vehicle). Penulis berkesempatan mencobanya pada Minggu (22/12) lalu.
Pada awalnya, penulis mencoba mencarinya pada Koridor 6 (Ragunan – Galunggung), 6A (Ragunan – Balaikota via Kuningan), 6B (Ragunan – Balaikota via Semanggi), dan 6V (Ragunan – Senayan Bank DKI). Setelah menunggu agak lama di Halte TransJakarta Ragunan dan tidak ada satupun bus listrik yang datang, penulis memilih untuk menggunakan layanan Koridor 6 dengan bus bertenaga ICE (Internal Combustion Engine) untuk mencapai Halte TransJakarta Galunggung.
Sesampainya di halte tujuan akhir, penulis tidak melihat bus listrik sama sekali di halte tersebut, baik Koridor 6 arah Ragunan maupun Koridor 4 arah Pulo Gadung. Penulis memutuskan untuk menaiki bus ICE pada rute TransJakarta Koridor 4 untuk mencapai Halte TransJakarta Pulo Gadung. Di tengah perjalanan, penulis mengetahui bus yang penulis naiki berpapasan dengan satu unit bus listrik di dekat Halte TransJakarta Manggarai. Bus itu sedang mengarah menuju Galunggung. Perjumpaan berikutnya terjadi di dekat Halte TransJakarta Pemuda Merdeka tetapi lagi-lagi bus listrik yang penulis incar sudah berangkat dari halte.
Pada akhirnya, bus penulis yang mengarah ke Pulogadung tiba terlebih dahulu di Halte TransJakarta Pasar Pulo Gadung sebelum bus arah Galunggung tiba di halte yang sama. Ketika mengetahui bus arah sebaliknya menggunakan armada bus listrik, tidak pikir panjang, penulis langsung turun dari bus arah Pulogadung dan menaiki bus arah Galunggung. Keberuntungan penulis juga dipengaruhi oleh pintu armada bus listrik BRT TransJakarta yang memiliki jeda dalam membuka pintu ketika tiba di halte.
Penulis kembali menaiki bus arah Galunggung dengan bus listrik bertipe Skywell NJL6126BEV yang dioperatori oleh Damri/ DMR dengan nomor lambung bus DMR-240207. Proses penutupan pintu pada bus ini juga memiliki jeda seperti halnya pembukaan pintu. Yang menarik yakni suara mesin bus yang sangat hening terutama ketika berakselerasi. Situasi ini sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan bus bertenaga ICE ataupun BBG (Bahan Bakar Gas) yang mesinnya terdengar bising dan suara akselerasi bus yang mengganggu telinga.
Lihatlah betapa halus akselerasi bus listrik ini ketika berangkat dari Halte TransJakarta Pasar Pulo Gadung menuju Halte Transjakarta Pemuda Merdeka. Suspensinya juga nyaman (guncangan pada video terjadi karena kamera gawai penulis belum dilengkapi OIS (Optical Image Stabilization) namun tidak limbung ketika melewati belokan dengan kecepatan lumayan kencang | Video: RED/Adrian Falah Diratama
Selain itu, suspensi atau peredam kejut pada bus ini pun terasa lumayan empuk. Mungkin keempukannya belum setara dengan bus Zhongtong milik Damri/ DMR (eks PPD) ketika masih dalam kondisi baru. Bagi penulis, mungkin impresi suspensi bus Skywell Damri ini lebih dapat tersanding dengan bus Volvo milik operator Steady Safe/ SAF, tentu ketika bus itu juga dalam kondisi anyar. Mengenai kursi, kursi bus ini terasa keras seperti halnya kursi BRT TransJakarta pada umumnya karena mengusung konsep bus modern. Berbeda jauh dengan kursi BRT Transjakarta edisi Vintage yang memang menggunakan spesifikasi kursi bus klasik dengan busa yang tebal, lebar, dan sangat empuk untuk pinggang penumpang.
Kursi bus yang keras pada bagian sandaran dan bagian dudukan mengingat bus ini berkonsep modern dan bukan vintage | Video: RED/Adrian Falah Diratama
Banyak bus TransJakarta bertenaga listrik model NBRT (Metrotrans) maupun BRT terlengkapi dengan sabuk pengaman | Video: RED/Adrian Falah Diratama
Arah kursi pada bus ini juga memiliki perbedaan. Pada ruang umum, kursinya mengarah sesuai dengan arah berjalannya bus sementara pada Ruang Khusus Perempuan, kursinya terarah menyilang dari posisi melajunya bus. Barangkali memang terancang sedemikian rupa untuk memudahkan pergerakan ibu hamil, ibu membawa balita, maupun wanita lansia.
Sayangnya, pendingin ruangan atau AC tidak begitu terasa sepanjang perjalanan dari Halte TransJakarta Pasar Pulo Gadung hingga Halte TransJakarta Manggarai. Suhu AC terlihat baru diturunkan ketika bus berangkat dari Halte TransJakarta Manggarai namun penulis tidak mengetahui apa alasannya. Yang jelas, suara pendingin ruangan ketika diturunkan sangat terdengar raungan berisiknya.
Setibanya di Halte TransJakarta Galunggung, penulis langsung turun dari bus dan masuk ke bus di depannya yang siap berangkat kembali menuju Halte TransJakarta Pulo Gadung. Bus yang berada di depan Skywell DMR-240207 ini juga merupakan bus listrik yang penulis lihat ketika berpapasan di Halte TransJakarta Pemuda Merdeka yakni Skywell Damri bernomor DMR-240197.
Proses penutupan pintu pada bus listrik TransJakarta DMR-240197 terlihat tidak memiliki jeda yang terlalu lama | Video: RED/Adrian Falah Diratama
Ketika masuk ke dalam bus, terlihat bus ini masih kosong dan ACnya cukup sejuk. Proses penutupan pintu pada Skywell Damri DMR-240197 ternyata tidak memiliki jeda lama, berbeda dengan Skywell Damri sebelumnya yakni DMR-240207.
Penulis mencoba bus ini sampai tujuan akhirnya yakni Halte TransJakarta Pulo Gadung. Oleh karena sudah mendapat pengalaman mengenai suara mesin dan akselerasi bus, perjalanan kali ini penulis fokuskan pada fitur-fitur yang terdapat pada bus ini.
Fitur standar pada BRT di antaranya terdiri dari palu pemecah kaca dan kamera CCTV. Adapun yang membedakannya dengan BRT ICE dan BBG ialah hadirnya tombol ‘STOP’ untuk berhenti pada tiang bus, pengaturan semburan pendingin ruangan di plafon bus, alat pengisi daya perangkat seluler (charging station) pada tiang bus.
Sesampainya di Halte Bus TransJakarta Pulo Gadung, penulis menyempatkan mengambil beberapa potret bus yang sedang terparkir menunggu giliran berdinas di depan halte. Terlihat bus ada beberapa bus BRT bertenaga ICE dan EV serta beberapa bus NBRT atau Non-BRT (Metrotrans) bertenaga ICE dan EV. Adapun bus BRT dan NBRT EV yang terparkir hanya berasal dari pabrikan Skywell. Tidak terlihat bus EV dari pabrikan lainnya seperti BYD dan Zhongtong.
Setelah itu, penulis meneruskan perjalanan menggunakan bus BRT EV Skywell DMR-24021X. Penulis lupa dengan nomor lambung lengkap pada bus itu. Yang jelas, bus ini tiba di halte dengan kaca yang sudah berembun tebal. Sontak pemandangan itu mengingatkan penulis pada bus Zhongtong PPD/ DMR yang terkenal sebagai kulkas berjalan karena pendingin ruangannya yang memang luar biasa beku.
Ketika memasuki bus DMR-24021X yang melayani rute Koridor 2 Pulogadung – Monumen Nasional, hawanya meman terasa sangat sejuk. Sisanya tetap sama yakni performa percepatan yang jempolan dan peredam kejut yang nyaman. Satu hal yang berbeda yakni, ada seorang penumpang yang terjatuh ketika sedang berdiri di dalam bus ini karena akselerasi bus yang sangat cepat. (RED/AFD)