Menanti Kembalinya KRL Rangkaian Panjang (12 Kereta)
Pada tanggal 16 September 2015 yang lalu, PT Kereta Api Commuter Jabodetabek meluncurkan sebuah layanan baru sebagai solusi jangka pendek untuk meningkatkan kapasitas angkut penumpang, dan juga solusi jangka pendek untuk mengakali rangkaian dengan formasi tetap yang pendek (6 kereta), yaitu rangkaian KRL sepanjang 12 kereta yang terdiri dari 2 set KRL seri 205 yang didatangkan dari jalur Nambu. Rangkaian 12 kereta sendiri akan diproyeksikan untuk dioperasikan di lintas Bogor dan Bekasi.
NaHa 2 dan NaHa 4 di hari pertama KRL 12 kereta beroperasi
Di hari peluncuran, KRL pertama yang ditugaskan untuk mengisi perjalanan rangkaian 12 kereta adalah NaHa 2 dan NaHa 4 yang disusun dengan formasi:
<- Bogor | クハ205-88 – モハ205-235 – モハ204-235 – モハ205-21 – モハ204-21 – クハ204-88 + クハ205-86 – モハ205-13 – モハ204-13 – モハ205-15 – モハ204-15 – クハ204-86 | Jakarta Kota ->
Memang pada hari pertama ini KRL berjalan dengan kecepatan rata-rata yang lebih rendah dari KRL lainnya, serta akselerasi dan deselerasi juga lebih lambat daripada KRL dengan rangkaian 8 atau 10 kereta. Namun bisa dibilang berada di dalam rangkaian ini pada jam sibuk tidak sepadat apabila dibandingkan dengan rangkaian dengan formasi lain karena ruang berdiri yang ada sedikit lebih luas.
Naha 35 dan NaHa 44
Di hari kedua, rangkaian NaHa 2 dan NaHa 4 dikandangkan di Dipo Depok dan tugasnya digantikan oleh NaHa 35 dan NaHa 44 yang disusun dengan formasi:
<- Bogor | クハ205-28 – モハ205-82 – モハ204-82 – モハ205-84 – モハ204-84 – クハ204-28 + クハ205-19 – モハ205-55 – モハ204-55 – モハ205-57 – モハ204-57 – クハ204-19 | Jakarta Kota ->
Keduanya merupakan rangkaian yang dulunya beroperasi di jalur Yamanote sebelum pindah ke jalur Nambu. Kedua rangkaian ini menurut pengalaman penulis memiliki performa yang lebih baik dari akselerasi maupun deselerasi, karena rangkaian ini melaju sama cepat dengan rangkaian dengan formasi yang lainnya.
NaHa 35 dan NaHa 44 lalu terus mengisi loop perjalanan 12 kereta setiap hari kecuali Sabtu dan Minggu, sampai suatu ketika operasional rangkaian 12 kereta sementara berhenti sampai prasarana siap untuk menampung sarana ini. Oleh karena itu, PT KCJ mengebut perpanjangan peron di seluruh stasiun di lintas Manggarai-Bogor dan Manggarai-Bekasi agar dapat menampung rangkaian 12 kereta, serta lintas lingkar agar dapat menampung 10 kereta.
NaHa 40 dan NaHa 41, formasi 8M2T
Setelah rangkaian 12 kereta sementara berhenti beroperasi, muncullah rangkaian 205 Nambu dengan formasi yang terdiri dari 10 kereta dengan susunan rangkaian 8M2T (8 motor 2 trailer). Pionirnya adalah NaHa 7 dan NaHa 8, dengan susunan:
<- Bogor | クハ205-102 – モハ205-274 – モハ204-274 – モハ205-275 – モハ204-275 – モハ205-353 – モハ204-353 – モハ205-354 – モハ204-354 – クハ204-102 | Jakarta Kota ->
Setelah itu, rangkaian 205 Nambu yang lain juga disusun dengan formasi serupa dengan NaHa 7 dan NaHa 8. Namun rupanya dengan formasi ini, seringkali KRL kehilangan daya karena beban listrik aliran atas yang overload, yang mungkin terjadi karena terlalu banyak motor dalam satu rangkaian (8 kereta motor).
NaHa 2 (4 kereta) dan NaHa 4 (6 kereta)
Baru-baru ini, rangkaian dari jalur Nambu disusun ulang lagi, tetap dengan jumlah 10 kereta, namun dengan formasi 6+4, dengan memotong kereta 2 dan kereta 3 dari salah satu rangkaian. Sebagai contoh, NaHa 10 dan NaHa 13 disusun dengan formasi:
<- Bogor | クハ205-134 – モハ205-363 – モハ204-363 – モハ205-364 – モハ204-364 – クハ204-134 + クハ205-131 – モハ205-358 – モハ204-358 – クハ204-131 | Jakarta Kota ->
Rangkaian yang tetap menggunakan formasi asli jalur Nambu, menurut sebuah sumber, adalah rangkaian dengan modul pelacak, sedangkan yang dipotong adalah rangkaian yang tidak memiliki modul pelacak.
Proses pemanjangan peron di Stasiun Depok
Di bulan Desember ini, perpanjangan peron di stasiun-stasiun sudah hampir rampung. Seperti pada Stasiun Pondok Cina dan Stasiun Universitas Indonesia, peron sudah rapih, bahkan sekarang KRL dengan rangkaian 10 kereta berhenti di batas berhenti 12 kereta di jalur 2 ( perjalanan arah utara) Stasiun Universitas Indonesia. Di Stasiun Depok Lama dan Depok Baru, perpanjangan peron baru sampai tahap pembuatan pondasi untuk peron, serta pembuatan lubang di peron yang sudah jadi untuk perpanjangan atap peron. Di Stasiun Klender juga sekarang penumpang dapat turun di peron baru sebelah barat hasil perpanjangan sehingga tidak harus berjalan ke kereta sebelah depan lagi. Namun, kemanakah rangkaian 12 kereta? Kenapa rangkaian panjang yang unik itu belum kunjung dioperasikan lagi? apakah masih ada kekurangan atau kendala? Itulah yang kita semua tidak tahu… Kita semua hanya bisa menunggu.
RE Digest | MPSCLFJRN
Dan oleh karenanya kita butuh semboyan 8G baru, yang di mana memuat sf keretanya juga, jadi sf8, 10, dan 12 berbeda semua batas berhentinya. Kasihan yang harus ngejar rangkaian 8 kereta