CC2061348: Banyak Disukai Karena Nomor Idolnya
Tahun 2013 adalah tahun di mana demam idoling terjadi di negeri ini, setelah hadirnya sebuah idol group bernama JKT48 yang berdiri pada tanggal 17 Desember 2011.. Idol group ini merupakan sister group dari AKB48, sebuah idol group yang terkenal di Jepang, yang didirikan dan diproduseri oleh Yasushi Akimoto. Tapi, bukan ini yang akan dibahas lebih lanjut dalam tulisan ini.
CC2061348 persiapan menarik KA Taksaka Pagi dari Yogyakarta tujuan Jakarta. 6 Januari 2014 |
Pada tahun tersebut, PT Kereta Api Indonesia yang sudah memesan 100 unit lokomotif seri CC206 sejak tahun akhir tahun 2012 sedang dalam tahap lanjutan penerimaan shipment CC206 dengan unit nomor puluhan. Salah satu unit yang menjadi perhatian adalah CC2061348, yang langsung diincar oleh pecinta kereta api di pulau Jawa, terutama mereka yang juga menjadi wota (sebutan untuk penggemar kelompok idol group 48) karena nomornya. Ya, 48. Unit ke 48 dari 100 unit CC206 kelompok pertama ini memiliki nomor yang identik dengan idol group JKT48 tersebut. Karena nomor idol tersebut, lokomotif yang memiliki order number 61358 ini langsung menjadi populer, dan ketika berdinas pun selalu menjadi incaran.
Sekilas CC2061348
Berhenti di Stasiun Gombong |
Lokomotif CC2061348 tidaklah berbeda dari CC206 yang lain. Lokomotif ini dibuat di pabrik General Electric di Erie, Pennsylvania, Amerika Serikat. Lokomotif ini merupakan bagian dari kelompok pembuatan 61327-61368, bersama dengan CC2061317 sampai CC2061347 dan CC2061349 sampai dengan CC2061358. Lokomotif ini tiba di Indonesia di belakang CC2061360 yang entah karena alasan apa justru tiba lebih dahulu dibandingkan lokomotif lain yang nomornya lebih kecil. Sejak pertama kali berdinas, lokomotif ini dialokasikan di dipo induk Sidotopo, Surabaya, namun dalam kedinasannya tidak jarang lokomotif ini membawa KA-KA milik Daop 5 Purwokerto dan Daop 6 Yogyakarta, bahkan membawa KA Pangrango-Siliwangi. Pengalaman penulis menaiki KA yang ditarik lokomotif ini pun pada saat penulis menaiki KA Taksaka Pagi awal Januari 2014. Lokomotif idol ini termasuk lokomotif yang tangguh dan jarang sekali bermasalah. Seringkali lokomotif ini dipercaya membawa KA barang dengan formasi 30 gerbong kereta.
Tralis dan Warna Merah Pada Cowcatcher
Di saat tralis mulai menyerang lokomotif CC206, CC2061348 dan beberapa kawannya yang lain di Dipo Sidotopo, Jatinegara, dan Purwokerto masih tidak dipasangi tralis dalam waktu yang cukup lama. Namun pada akhirnya, atas alasan “keamanan”, lokomotif ini pun dipasangi tralis juga bersama kawan-kawannya yang belum dipasangi tralis, kecuali CC2061354. Lokomotif ini dipasangi tralis pada pertengahan-menjelang akhir 2014. Tralis yang digunakan adalah tralis model safari yang kemungkinan merupakan tralis yang langsung dipesan oleh PT KAI (bukan oleh dipo induk masing-masing lokomotif), dikarenakan tralis model ini juga digunakan oleh lokomotif CC206 milik dipo Bandung, Purwokerto, dan Jatinegara.
Datangan KA Sawunggalih Pagi di Stasiun Jatinegara, Desember 2014 |
Lokomotif ini juga tidak luput dari kembalinya peraturan warna merah pada cowcatcher. Warna hitam atau-abu-abu yang sebelumnya melekat pada livery baru lokomotif yang konon disebut livery “Next Step” ini ternyata tidak eyecatching karena tersamarkan dengan lingkungan, berbeda dengan warna merah yang lebih mudah terlihat dari jarak sejauh apapun.
First Impression Penulis Terhadap CC2061348
KA Taksaka Pagi berhenti di Stasiun Purwokerto, kota kecil yang penuh cerita dan impian |
Penulis pernah merasakan tarikan sang CC2061348 ketika menaiki KA Taksaka Pagi pada tanggal 6 Januari 2014. Pada saat itu, penulis mengira bawa lokomotif dinas KA Taksaka Pagi adalah CC2061369, namun ternyata malah CC2061348. Hari itu merupakan pertama kali penulis menaiki KA yang ditarik lokomotif CC206, apalagi waktu itu jumlah CC206 belum banyak sehingga masih ada KA-KA bendera yang belum ditarik CC206. Di antara lokomotif CC206 lain yang pernah penulis rasakan performanya lokomotif ini memiliki performa yang paling baik. Lokomotif ini berhasil dipacu hingga menyentuh 104 km/jam di lintas Yogyakarta-Kutoarjo yang memiliki batas kecepatan 105-110 km/jam.
Tangkapan layar dari aplikasi Ulysse Speedometer yang digunakan penulis saat menaiki KA Taksaka Pagi |
Di pegunungan antara Kroya-Bumiayu pun ketangguhan lokomotif ini teruji. Dengan tenaganya yang besar (2250 HP), lokomotif ini dengan mudah membawa rangkaian KA Taksaka Pagi menanjak dan menurun di wilayah Daop 5 Purwokerto. Pada perjalanan tersebut ternyata cuaca juga ikut menguji sang CC2061348. Selepas Cirebon, hujan turun membasahi bumi, dan CC2061348 masih dapat melaju 96 km/jam dengan aman. Ketika tiba di Jatinegara, KA Taksaka Pagi datang lebih awal dari jadwal beberapa menit! Perjalanan ini membuktikan bahwa CC2061348 memang pantas disebut sebagai lokomotif yang spesial.
Masa Kini
CC2061348 membawa KA Sawunggalih Pagi, 5 Mei 2016 | Foto: Arya Dwi P. |
Lokomotif yang konon baru akan masuk Balai Yasa Yogyakarta untuk perawatan akhir pada tahun 2017 atau 2018 ini seperti biasanya dengan senang hati berjalan-jalan di pulau Jawa, menyusuri rel yang ada, dan selalu berdinas jauh dari rumahnya di Sidotopo. Dan dinasnya pun tidak jauh dari KA barang dengan formasi 30 gerbong, atau KA penumpang bendera. Bahkan ketika artikel ini diketik hari ini, lokomotif ini baru saja berdinas KA Sawunggalih yang merupakan KA milik Daop 5 Purwokerto. Seperti seorang traveler yang senang bepergian jauh dari rumah untuk melihat indahnya dunia.
Mungkin dari sebagian pecintanya juga penasaran, dan timbullah pertanyaan di benak mereka, kapankah lokomotif ini akan perawatan akhir, atau apakah lokomotif ini akan melepaskan tralisnya, apakah lokomotif ini akan pindah kedudukan dipo induk, dan lain-lain.
Begitulah sekelumit cerita tentang CC2061348, lokomotif idol dari Sidotopo yang begitu populer karena nomornya.
RE Digest | MPSCLFJRN