Mengintip Progres MRT Jakarta Sampai November 2018
[03/12]Â Sejak April 2017 lalu, PT MRT Jakarta (MRTJ) secara rutin telah mengadakan acara Forum Jurnalis dan Blogger. Pada tanggal 29 November kemarin, MRTJ kembali mengadakan acara serupa . Dalam acara ini, dijelaskan secara mendetil progres konstruksi, pengadaan armada, integrasi MRT dengan transportasi lain, kerjasama dengan mitra., dan juga rencana awal untuk fase 2 mendatang.
Yang spesial dari acara ini adalah, Forum Jurnalis dan Blogger kali ini dilakukan di concourse Stasiun MRT Dukuh Atas. Selain forum diskusi, juga tentu saja ada kunjungan awak media di dalam Stasiun MRT Dukuh Atas. Penasaran? Simak terus liputan oleh Tim REDaksi!
Progres Konstruksi dan Kesiapan MRT Jakarta
Forum Jurnalis dan Blogger MRTJ kali ini dibuka dengan pemaparan progres konstruksi. progres pengerjaan MRTJ telah mencapai 97,52%. Progres ini mencakup 98,15% di jalur bawah tanah dan 96,90% di jalur layang. Sementara itu, progres kesiapan operasional MRT Jakarta telah mencapai 78,24%. Progres ini meliputi kesiapan institusi mencapai 85,73% dan SDM mencapai 70,53%.
Dari pembangunan stasiun MRTJ sendiri tampak bangunan stasiun-stasiun MRTJ yang sudah mulai tampak rapih, meski konstruksi masih berlangsung. Hal ini terlihat baik di stasiun layang seperti Haji Nawi, ataupun stasiun bawah tanah seperti Dukuh Atas. Namun untuk Stasiun Senayan dan Gelora Bung Karno disebutkan masih banyak pekerjaan yang diperlukan di pintu masuk. Hal ini disebabkan penundaan akibat Asian Games 2018 lalu.
Sementara untuk jumlah rangkaian yang datang saat ini telah ada 12 rangkaian. Empat rangkaian terakhir MRTJ dijadwalkan untuk tiba tanggal 1 Desember kemarin. Jika empat rangkaian terakhir ini tiba, maka lengkaplah sudah 16 rangkaian yang akan dioperasikan MRTJ.
Milestones Ujicoba MRT Jakarta
Untuk saat ini, ujicoba MRTJ telah mencapai tahap uji sistem keseluruhan secara terintegrasi oleh kontraktor. Rencananya, pada tanggal 8 Desember mendatang mulai diujicobakan rangkaian ke-2 hingga ke-16 di lintas MRT Jakarta. Selain itu, pada akhir Desember 2018 akan diujicobakan sistem operasi secara parsial, sebelum pada 15 Februari 2018 dilakukan ujicoba sistem operasi secara penuh. Pembukaan MRTJ untuk umum masih direncanakan sesuai target yaitu Maret 2019 mendatang.
Salah satu rangkaian ujicoba yang di-highlight oleh MRTJ dalam forum diskusi ini adalah ujicoba akurasi sistem operasi otomatis MRTJ. Ujicoba akurasi ini meliputi seberapa akurat rangkaian MRTJ dapat berhenti sesuai dengan platform screen doors (pintu peron). Ketidakakuratan posisi berhenti dapat menyebabkan keterlambatan dikarenakan harus menyesuaikan secara manual posisi rangkaian MRTJ agar pintu peron dan kereta dapat dibuka.
Ujicoba operasi MRTJ untuk saat ini lebih banyak dilakukan pada malam hari, setelah sebelumnya banyak dilakukan di siang hari. Hal ini untuk memastikan keandalan sistem MRTJ di setiap saat. Selain itu, juga dilakukan ujicoba sistem dengan skenario jika terjadi gangguan pada sistem demi memastikan kesiapan dalam menghadapi gangguan.
Persiapan Sumber Daya Manusia
Pada forum diskusi MRTJ kali ini persiapan SDM yang banyak dibahas meliputi pelatihan menangani pengguna jasa difabel, pelatihan masinis, dan pelatihan kru perawatan.
Pelatihan menangani pengguna jasa difabel dilakukan dengan dasar banyaknya undang-undang untuk para difabel, seperti UUD Pasal 28H & 28I, UU No. 25/2009, dan Permenhub RI No. 48/2018 tentang Standar Pelayanan Minimum Angkutan Orang dengan Kereta Api (SPM KA). Pelatihan menangani pengguna jasa difabel ini meliputi bagaimana menuntun jalannya pengguna jasa tunanetra, dan sebagainya.
Sementara itu pelatihan masinis dilakukan di Dipo Lebak Bulus. Pelatihan yang berlangsung dari 26 November hingga 21 Desember ini melibatkan 54 masinis muda dari total 71 masinis MRTJ. Target pelatihan ini adalah kesemua masinis telah tersertifikasi pada Januari 2019 mendatang.
Sementara itu pelatihan kru perawatan dilakukan antara lain adalah pelatihan operasi motor car, sertifikasi kru perawatan, serta pelatihan bina mental. Selain itu, dilakukan pelatihan kru perawatan di Jepang bersama OMCJ. Pelatihan ini meliputi pelatihan rolling stock, mekanis, dan kelistrikan bersama JR East, teknik sipil dan sistem daya bersama Hanshin Railway, dan pekerjaan rel bersama Odakyu Electric Railway.
Kerjasama dengan Mitra
Untuk proses kerjasama dengan mitra, saat ini telah sampai tahap penentuan mitra ritel, mitra UKM, dan pengumuman mitra untuk naming rights.
Untuk mitra ritel, telah terpilih mitra ritel untuk makanan dan minuman, minimarket, serta fashion. Sesuai timeline, perjanjian kerjasama telah ditandatangani dan tahapan selanjutnya adalah approval design dan fit-out. Selain mitra ritel, juga akan dilakukan pengembangan mitra UKM dan ekonomi kreatif. Proses pengembangan mitra UKM dan ekonomi kreatif akan dimulai dengan pengumuman oleh MRTJ dan Bekraf, yang kemudian akan dilanjutkan oleh proses kurasi dan penandatanganan kerjasama pada Januari 2019. Bidang UKM yang akan dikembangkan meliputi kuliner, fashion, kriya, dan musik di Stasiun Blok A, Haji Nawi, dan Sisingamangaraja.
Sementara itu untuk naming rights, tiga dari delapan stasiun telah masuk tahap e-auction, dengan pengumuman pemenang awal Desember ini. Pemenang dari e-auction untuk naming rights ini akan mendapatkan hak untuk namanya ditampilkan bersamaan dengan nama stasiun seperti yang dibahas pada forum diskusi sebelumnya.
Integrasi dengan Transjakarta
Untuk integrasi antara MRTJ dengan Transjakarta, pihak MRTJ dan PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) telah menandatangani MoU pada 23 November kemarin. Dari penandatanganan MoU tersebut, disepakati selain transportasi umum harus dapat dijangkau dalam 500 meter, juga ada misi-misi bersama lainnya. Misi-misi tersebut adalah persiapan skema integrasi transportasi dan interkoneksi dengan bangunan, evaluasi aspek penumpang, dan pengembangan berbasis transit (Transit Oriented Development).
Pada forum diskusi kemarin, rencana integrasi disampaikan untuk Stasiun Lebak Bulus, Fatmawati, Blok M, Sisingamangaraja, Bundaran HI, dan juga untuk Dukuh Atas secara khusus disampaikan dalam segmen Transit Oriented Development Dukuh Atas.
Untuk Stasiun Lebak Bulus, diusulkan halte Transjakarta yang eksisting dijadikan lokasi untuk drop-off point, sedangkan pick-up point untuk bus diusulkan berada di lahan parkiran bus Pondok Pinang dan eks lahan Polri. Sementara titik pick-up angkutan berbasis daring direncanakan akan berada di depan kantor Dipo MRTJ.
Untuk Stasiun Fatmawati, diusulkan untuk titik transit berada di bus stop yang telah ada, di bawah JORR, dan di bawah jalur layang MRT Jakarta. Sementara untuk jembatan penghubung ke RS Fatmawati akan disediakan oleh Dinas Bina Marga.
Untuk Stasiun Blok M, direncanakan akan ada fasilitas penghubung baik ke Blok M Mall ataupun juga ke Terminal Blok M untuk menunjang transit dengan Transjakarta. Sementara itu untuk Stasiun Sisingamangaraja akan dihubungkan ke Halte Transjakarta CSW dengan fasilitas skywalk.
Untuk Stasiun Bundaran HI, direncanakan panjang halte adalah 44 meter, dengan pelican crossing di sisi selatan dan terowongan akses MRTJ di sisi utara. Halte Bundaran HI dirancang untuk dapat menampung 2 bus gandeng Transjakarta, dengan detail desain akan dikoordinasikan kemudian antara MRTJ dengan Transjakarta.
Tidak hanya itu, juga diharapkan kelak ketika MRTJ beroperasi, sistem pertiketan antara MRTJ dengan KRL KCI (Commuter Line) dan Transjakarta juga bisa seragam, sehingga satu tiket bisa dipakai untuk moda-moda tersebut.
Transit Oriented Development Dukuh Atas
Dalam forum diskusi ini, dijabarkan secara khusus mengenai rencana integrasi antara MRTJ dengan moda transportasi lain di Dukuh Atas. Seperti yang telah diketahui, Stasiun MRTJ Dukuh Atas nantinya akan terintegrasi dengan berbagai moda seperti KRL Commuter Line, KRL Bandara, LRT Jakarta, LRT Jabodetebek, dan Transjakarta.
Strategi yang secara khusus dibahas di forum diskusi kali ini adalah pengembangan ruang hijau dan area pejalan kaki di sekitar Dukuh Atas. Pengembangan ruang hijau dimaksudkan untuk mewujudkan suatu area publik yang teduh dan nyaman untuk pejalan kaki, sehingga memungkinkan interaksi bagi semua kalangan.
Selain itu, juga direncanakan pengembangan area pejalan kaki di wilayah yang sekarang adalah Jalan Kendal. Direncanakan Jalan Kendal di bawah Jalan Sudirman akan ditutup bagi kendaraan bermotor, sehingga hanya pejalan kaki yang dapat melewati. Hal ini bertujuan agar mempermudah proses berpindah moda dari Stasiun MRT Dukuh Atas ke Stasiun KRL KCI dan Stasiun Bandara. Sedangkan akses Transjakarta dapat dilakukan dari Jalan Blora. Sementara itu, kawasan di sekitar Jalan Tanjung Karang telah dicangangkan menjadi kawasan dilarang parkir untuk mengajak pengguna kendaraan pribadi menggunakan kendaraan umum.
Fase 2 MRTJ
Secara singkat dalam forum diskusi ini juga dibahas rencana keberlangsungan MRTJ Fase 2. Fase  2 yang akan dimulai tahun 2019 ini telah disepakati pada Oktober 2018 lalu untuk lintas Bundaran HI sampai Jakarta Kota. Untuk mencapai terminus asli yang direncanakan yaitu Stasiun Kampung Bandan masihlah menyusul.
Selain itu, penandatanganan pinjaman untuk pekerjaan Fase 2 MRTJ telah ditandatangani oleh pihak Japan Official Development Assistance (JODA) dan MRTJ. Pinjaman ini selain untuk pekerjaan Fase 2, juga akan digunakan untuk melengkapi Fase 1.
Sesi Tanya-Jawab
Setelah dilakukan pemaparan dari pihak MRTJ, forum diskusi ini dilanjutkan dengan sesi tanya jawab pada Direktur Konstruksi MRT Jakarta Silvia Halim dan Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar. Pertanyaan yang diajukan antara lain adalah seputar integrasi MRTJ dengan transportasi lain, dan juga tentang operasional stasiun MRTJ.
Salah satu pertanyaan yang diajukan adalah mengenai penempatan lift. Penempatan lift di stasiun MRTJ disengaja ditaruh di tengah stasiun agar tepat pada kereta ke-3 dan ke-4 MRTJ. Hal ini dilakukan karena di kereta tersebut terdapat ruang kursi roda.
Tim REDaksi sendiri menanyakan apakah arah eskalator pada stasiun MRTJ dapat diubah agar menyesuaikan arah pengguna jasa saat jam kerja kepada Silvia Halim. Ia menerangkan bahwasanya eskalator di stasiun MRTJ dimungkinkan untuk dilakukan perubahan arah operasinya, dengan pelaksanaannya akan melihat dengan keadaan penumpang di lapangan. Untuk keadaan normal, eskalator sendiri akan diperuntukkan untuk pengguna jasa yang ingin naik, dengan pengguna jasa yang ingin turun diarahkan menggunakan tangga biasa.
Site Visit
Setelah sesi pemaparan dan sesi tanya-jawab, forum diskusi ini dilanjutkan dengan site visit di dalam Stasiun Dukuh Atas.
Tampak kemajuan yang ketara dibandingkan pada saat site visit September lalu antara lain adalah telah terpasangnya gate untuk tiket di concourse lantai B1, terpasangnya eskalator di tangga menuju peron di lantai B3, terpasangnya lift untuk pengguna jasa difabel, dan yang terpenting, telah berfungsinya sistem pendingin dan ventilasi udara di Stasiun Dukuh Atas. Tampak keadaan lantai B1 juga sudah jauh lebih sedikit scaffolding dengan pekerjaan yang semakin tuntas.
Di bagian peron di lantai B3, tampak keadaannya telah jauh lebih rapi dari site visit September lalu. Papan informasi kedatangan kereta telah terpasang dan aktif. Tombol darurat juga sudah terpasang. Meskipun demikian, panel-panel di dinding dan tiang stasiun masih terpasang bungkus protektif. Tampak juga pekerjaan di lantai B3 juga sudah banyak yang tuntas.
Selain itu oleh William Sabandar dipaparkan kembali mengenai penempatan posisi lift yang berada di bagian tengah stasiun. Hal ini dimaksudkan agar posisi lift tepat sejajar dengan kereta ke-3 dan ke-4 MRTJ yang mempunyai fasilitas ruang kursi roda. Ditunjukkan dari lift ke pintu peron juga terdapat tactile paving untuk memandu pengguna jasa tunanetra.
Akan tetapi, kali ini dikarenakan akses perawatan tidak dibuka, Tim REDaksi dan rombongan tidak dapat memotret terowongan seperti pada saat site visit September lalu.
Setelah selesai site visit, Tim REDaksi dan rombongan kembali menuju pintu masuk utara Stasiun MRTJ Dukuh Atas untuk mengakhiri kunjungan.
Sekali lagi, kita semua termasuk juga Tim REDaksi tentu sangat berharap dengan progres yang sudah bagus ini, MRT Jakarta dapat selesai tepat waktu dan memenuhi janjinya sebagai transportasi masa depan Jakarta. Semoga. (RED/IHF)