[Fiksi Bersambung] Sepenggal Surat di Ujung Rel – Part 4
Sepenggal Surat di Ujung Rel – Part 4
Jangan bingung soal angka dan huruf di baliknya. Itu nanti saja, sekarang ada hal yang lebih penting. Kalian tinggal ikuti arahan yang saya berikan lewat pesan singkat. Selanjutnya saya kirim ke salah satu saja, karena kalian berdua sudah bertemu. Balas “YA” jika kalian ingin menyelamatkan dunia yang kalian cintai. – Mr. Tracker
Cakra dan Rian saling memandang dengan tatapan bingung. Bagaimana orang itu bisa tahu kalau mereka berdua sedang bertemu?
“Kayaknya kita diawasin, tapi gua kaga ngerasa ada yang ngawasin,” gumam Cakra sembari melirik ke sekitar.
“Kamu aja yang sensitif banget sama kehadiran orang lain gak ngerasa apa-apa, berarti Mr. Tracker ini bukan orang sembarangan.”
“Kalo dia cuma orang biasa, ga mungkin dia tau nomer kita berdua. Mungkin juga mereka ga akan punya urusan sama kita,” balas Cakra.
“Ya, karena kita juga bukan orang biasa,” sambung Rian.
Cakra tersenyum lebar, “Kalo gitu ayo kita mulai, karena kita luar biasa!”
Cakra membalas pesan itu dengan “YA”. Tidak sampai semenit, masuk lagi pesan di ponsel Cakra.
Pergilah sekitar 400 km ke timur Jakarta dengan kereta api. Jika datang besok sebelum pukul 13.30, kalian akan menemukan potongan koran tahun 2014 di koordinat 6°57’22.2″S 110°25’53.1″E sebelum kalian sampai di Samarang. Ikutilah apa yang ada di potongan koran itu sebagai petunjuk. – Mr. Tracker
Cakra mencoba beranalisis, “400 km ke timur Jakarta berarti sekitaran Jawa Tengah. Karena disitu dia sebut nama Samarang, mungkin yang dimaksud itu kota Semarang. Tapi di Garut ada juga daerah yang namanya Samarang. Bisa jadi kita disuruh ke koordinat 6°57’22.2″S 110°25’53.1″E yang terletak 400 km ke timur Jakarta, terus ambil potongan koran. Habis itu ke kecamatan Samarang di Garut dan cocokin apa yang ada di potongan koran itu sama keadaan di Samarang.”
“Menurutku gak gitu, Be. Zaman Belanda, kota Semarang itu sering ditulis Samarang. Kota Semarang lokasine emang sekitar 400 km ke timur Jakarta. Sing aku bingung, dia nyuruh kita ke Semarang naik kereta api, tapi kita juga harus menemukan potongan koran di koordinat itu sebelum sampai di Semarang. Ada batas waktunya lagi, jam 13.30. Artinya, kita harus turun dari kereta, ambil potongan koran, terus nyambung lagi sampai semarang,” gumam Rian.
Cakra mengerutkan dahi dan berpikir sejenak, “Tunggu dulu, Te. Coba lu cek dimana lokasi koordinat itu. Bisa kaga? Cari di internet atau pake apa gitu?”
Rian mencoba memasukkan koordinat yang tertulis di pesan itu ke mesin pencari di internet. Hasilnya ternyata mengejutkan, koordinat itu juga menunjukkan lokasi kota Semarang.
“Aduh, koordinat iki yo Semarang. Masa sih pesannya cuma mau bilang pergi ke Semarang naik kereta api dan ambil potongan koran di Semarang? Tapi kan disitu ditulis sebelum sampai Semarang. Jadi piye iki? Mumet, Be..”
Cakra terdiam sambil mengelus dagunya. Ia memandangi Rian yang tampak pusing. Suasana hening sejenak sampai tiba-tiba Rian memecah kesunyian dengan apa yang dipikirkannya.
“Ah iya! Aku tahu! Pesan ini sudah menjelaskan lokasi persisnya dengan lengkap!” teriak Rian sambil menggebrak meja.
~ Bersambung
Cerita sebelumnya: Sepenggal Surat di Ujung Rel – Part 3
Cerita selanjutnya: Sepenggal Surat di Ujung Rel – Part 5
Pingback: [Fiksi Bersambung] Sepenggal Surat di Ujung Rel – Part 3 - Railway Enthusiast Digest
Pingback: [Fiksi Bersambung] Sepenggal Surat di Ujung Rel - Part 5 - Railway Enthusiast Digest