Bupati Garut Minta KAI Pulangkan Lokomotif CC50 “Si Gombar”
REDigest.web.id, 29/3 – Jalur Cibatu-Garut telah resmi beroperasi kembali sejak Kamis (24/3) lalu. KA penumpang telah melayani penumpang secara reguler sejak keesokan harinya (25/3). Jalur ini terkenal menjadi “sarang” lokomotif CC50 yang terkenal dengan julukan “Si Gombar” di kalangan masyarakat Garut. Saat peresmian jalur Cibatu-Garut, Bupati Garut Rudy Gunawan meminta kepada KAI untuk memulangkan “Si Gombar” ke Garut.
“Jadi Garut ini memang ingin ada satu tempat yang bersejarah Pak, ‘Si Gombar’ itu dulu sudah ada 60 tahunan,” kata Rudy menyampaikan permintaan itu kepada Menteri Perhubungan Budi Karya, Menteri BUMN Erick Thohir, dan Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo yang menghadiri reaktivasi jalur kereta Cibatu-Garut.
View this post on Instagram
Dalam kesempatan tersebut, Didiek merespons positif permintaan Bupati Garut. “Atas pertanyaan menyangkut ‘Si Gombar’, nanti saya akan berkolaborasi dengan Pak Bupati. Kalau memang itu bisa meningkatkan kecintaan warga Garut terhadap kereta api, nanti kita wujudkan,” kata Didiek.
Lokomotif CC50 sendiri merupakan lokomotif buatan 1927-1928 sebagai Staatsspoorwegen (SS) seri 1600 dengan pabrik Werkspoor di Belanda dan SLM di Swiss sebagai pembuat lokomotif ini. Lokomotif artikulasi berjenis Mallet ini memiliki susunan gandar 2-6-6-0.
Awalnya terdapat sejumlah 30 lokomotif dengan nomor SS 1601-1630. Saat masa penjajahan Jepang, penomoran lokomotif berubah menjadi CC5001-CC5030. Lokomotif ini merupakan penyempurnaan dari lokomotif seri 1200 yang pada masa penjajahan Jepang menggunakan nomor DD50, DD51, dan DD52.
Di Garut, lokomotif CC50 terkenal dengan nama “Si Gombar”. Namun di masa kolonial, lokomotif ini memiliki julukan lain berbahasa Belanda yaitu “de Bergkoningin” yang berarti “Sri Gunung” dalam bahasa Indonesia.
Lokomotif CC50 “Si Gombar” legendaris di Garut
Dalam ingatan warga Garut, “Si Gombar” merupakan layaknya teman setia yang mengiringi perjalanan dari Stasiun Cibatu ke Stasiun Cikajang. Bukan tanpa alasan, mengingat CC50 merupakan lokomotif utama di jalur pegunungan sepanjang 47 kilometer ini sejak awal hingga jalur ini tutup total pada tahun 1982. Perjalanan dari Stasiun Cibatu ke Stasiun Cikajang yang melewati Stasiun Garut menanjak dari ketinggian 612 meter ke 1246 meter di atas permukaan laut.
Saat ini, tersisa tiga unit lokomotif CC50 yang tersebar di dua negara. Lokomotif CC5001 menjadi pajangan statis di Museum Transportasi Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. Lokomotif CC5022 menjadi pajangan statis di Spoorwegmuseum Utrecht, Belanda, menggunakan nomor era kolonial yaitu SS 1622. Terakhir, lokomotif CC5029 menjadi pajangan statis di Museum Kereta Api Ambarawa, Jawa Tengah. Selain itu, terdapat pula potongan kepala lokomotif CC5030 di depan Depo Lokomotif Cibatu.
Meskipun sudah tak lagi beroperasi, namun lokomotif ini dapat saja menjadi pajangan statis di depan Stasiun Garut. Dengan kembalinya “Si Gombar” ke tanah Garut, Bupati Garut berharap agar keberadaannya dapat menjadi sarana edukasi untuk warga Garut masa kini dan sarana nostalgia untuk warga Garut yang besar di tahun 1970-1980an. (RED/MPF)