Cerita PenulisKolom

Menjajal Sang Kerbau Sakti Ranah Minang, Sibinuang

KA Sibinuang dengan lokomotif BB3038411 (BB30354) di Stasiun Pauhlima | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

REDigest.web.id – Divisi Regional II (Divre II) Padang merupakan salah satu wilayah operasi KAI di Pulau Sumatra. Layanan KAI di Divre ini meliputi KA Lokal Sibinuang, KA Minangkabau Ekspres, dan Railbus Lembah Anai.

KA Lokal Sibinuang merupakan salah satu nama KA yang paling terkenal di Divre II. Melayani rute Padang-Naras, dan sejak 1 Maret 2023 secara terbatas melayani Pauhlima-Naras, KA ini menjadi transportasi andalan rakyat Padang, Pariaman, dan sekitarnya.

Nama Sibinuang ini telah melekat di masyarakat Padang. Pasalnya, Sibinuang merupakan nama kerbau sakti yang menemani Cindua Mato dalam Kaba Cindua Mato. Sibinuang mendapat namanya dari Bundo Kanduang Kerajaan Pagaruyung. Dalam kisah itu, Sibinuang memiliki bentuk tubuh yang besar dan sifat yang jinak.

Penulis dalam perjalanan mencari lokomotif diesel hidrolik BB 303 di Ranah Minang pun menyempatkan diri untuk menjajal KA ini secara full rute. Yakni dari Pauhlima hingga Naras. Bagaimana rasanya menggunakan KA Sibinuang? Berikut liputannya.

Padang-Pauhlima

KA Sibinuang menuju Pauhlima memasuki Stasiun Padang | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

Perjalanan Penulis bermula dengan menggunakan KA Sibinuang B1 ke Pauhlima dari Stasiun Padang. Saat itu banyak pengguna KA yang turun di Stasiun Padang. Dalam perjalanan, okupansi KA ini bisa dikatakan hampir kosong. Penulis bersama rekan cukup leluasa untuk menempati kursi di kereta. Dalam perjalanan ini, KA Sibinuang B1 menggunakan lokomotif CC2018352 milik Depo Induk Padang.

Interior K3 “Mini” milik Depo Padang, K3 0 09 45 dengan kapasitas 64 tempat duduk | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

Tampak sepanjang perjalanan pemandangan berupa pemukiman padat penduduk di antara Stasiun Padang dan Bukitputus. Sementara dari Stasiun Bukitputus hingga Pauhlima, perjalanan mulai menanjak, disertai mulai banyaknya persawahan.

Pemandangan persawahan di antara Stasiun Bukitputus-Pauhlima | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

Stasiun Bukitputus sendiri terkenal karena merupakan segitiga pembalik dan percabangan antara Pelabuhan Telukbayur dan Pabrik Semen Padang di Indarung.Dalam melewati Bukitputus, mengingat kondisi rel maka setiap KA yang melewati segitiga Bukitputus mendapatkan batas kecepatan 10 km/jam saja.

Suasana Stasiun Pauhlima

Suasana Stasiun Pauhlima | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

Kesan pertama yang Penulis dapat saat tiba di Stasiun Pauhlima adalah minimalis. Sebagai stasiun yang aslinya hanya melayani persilangan KA Semen Indarung, fasilitas untuk pengguna KA tampak masih minim. Hanya ada tangga portabel di sisi bangunan stasiun, dan toilet portabel di sisi utara bangunan stasiun. Sementara untuk loket dan ruang tunggu berada di pintu masuk stasiun.

Masinis KA Sibinuang yang sedang berpose saat Penulis foto | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

Minimnya akvitas di stasiun ini membuat Penulis bersama rekan memilih untuk memotret proses langsiran terlebih dahulu. Selain itu, Penulis juga menyempatkan memotret aktivitas persilangan KA Sibinuang dengan KA semen yang sedang menanjak menuju Stasiun Indarung.

Bersilang dengan KA Semen dari Bukitputus menuju Indarung | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

Rekan Penulis juga sempat mewawancarai salah seorang warga sekitar yang tinggal di Pauhlima. Ia memberi masukan kepada pihak KAI untuk menambah jadwal perjalanan KA Sibinuang dari stasiun ini. Hal ini karena KA Sibinuang sendiri memang perjalanannya masih sangat terbatas dari Pauhlima. Yakni hanya 2 kali perjalanan dan tidak ada yang dapat pulang pergi dari Pauhlima ke Naras.

Pauhlima-Padang-Naras

Suasana KA Sibinuang yang langsung penuh setelah dari Padang | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

Penulis pun kembali melanjutkan perjalanan dengan KA B4 dari Pauhlima, kali ini dengan relasi penuh hingga Naras. Okupansi KA B4 dari Pauhlima ke Naras sendiri masih cukup sepi. Tampak jumlah penumpangnya hanya bisa Penulis hitung dengan jari.

Tetapi begitu sampai Padang, pengalaman sesungguhnya KA Sibinuang pun bermula. KA Sibinuang langsung kebanjiran penumpang yang menaiki KA ini. Mayoritas dari mereka adalah rombongan murid TK yang hendak berwisata di Pantai Gandoriah di Pariaman. Penulis dan rekan yang memiliki tiket tanpa tempat duduk pun harus mengalah.

Sebagian besar pengisi pengguna KA Sibinuang pada akhir pekan adalah rombongan anak TK | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

Okupansi penumpang KA Sibinuang dalam perjalanan tersebut tampak sangat ramai dari Padang, dan Air Tawar. Kebanyakan penumpangnya sendiri turun di Stasiun Kuraitaji, dan Stasiun Pariaman.

Sepanjang perjalanan tampak suasana yang beragam saat berada di Kota Padang. Sementara begitu mulai meninggalkan Padang dan memasuki Kabupaten Padang Pariaman, tampak suasana pedesaan langsung menyambut. Misalnya saja persawahan di antara Stasiun Duku-Pasarusang dan Stasiun Lubuk Alung-Pariaman. Lalu tidak lupa jembatan seperti Jembatan Batang Anai di dekat Stasiun Pasarusang.

KA B4 Sibinuang bersilang dengan KA B23 Minangkabau Ekspres di Stasiun Tabing | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

Dalam perjalanan menuju Naras, KA Sibinuang mengalami persilangan sebanyak dua kali. Di Stasiun Tabing, KA Sibinuang bersilang dengan KA B23 Minangkabau Ekspres. Sedangkan di Stasiun Lubuk Alung, KA Sibinuang bersilang dengan KA B5 dari Naras tujuan Pauhlima.

Suasana Stasiun Naras dan Pariaman

Lokomotif CC2018352 sedang langsir di Stasiun Naras | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

Untuk stasiun terminus ukuran kecil, Stasiun Naras memiliki fasilitas seperti umumnya stasiun penumpang. Terdapat toilet di sisi timur, dan peron yang sudah berkanopi. Sesungguhnya Stasiun Naras sendiri bukanlah ujung akhir jalur KA dari Lubuk Alung ke arah barat. Akan tetapi, masih ada jalur menuju Sungai Limau yang saat ini belum mendapat reaktivasi.

Stasiun Pariaman dilihat dari atas jembatan penyeberangan | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

Penulis bersama rekan pun bergerak menuju Stasiun Pariaman menggunakan angkot. Butuh sekitar setengah jam dari Stasiun Naras menuju Stasiun Pariaman menggunakan angkot. Penulis tidak menggunakan KA Sibinuang langsung dari Stasiun Naras untuk kembali karena hendak berwisata di Pantai Gandoriah sekaligus melihat Stasiun Pariaman.

Sinyal masuk Stasiun Pariaman yang masih menggunakan sinyal mekanik model lama | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy
Rencana akses ke Pantai Gandoriah | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

Di Stasiun Pariaman, tampak sejumlah pekerjaan konstruksi tengah berlangsung. Di antaranya adalah peningkatan persinyalan menjadi model mekanik Siemens&Halske, dan pembangunan akses langsung menuju Pantai Gandoriah. Selain itu, tampak jembatan penyeberangan orang yang menghubungkan wilayah luar Stasiun Pariaman dan Stasiun Naras telah terbangun.

Pulang ke Padang

KA B5 Sibinuang berjalan memasuki Stasiun Pariaman | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

Penulis kemudian meneruskan perjalanan pulang menggunakan KA B5 Sibinuang. Perjalanan pulang ini pun memiliki suasana yang mirip dengan perjalanan berangkat. Hal ini karena jadwal KA B5 yang cocok dengan jadwal para wisatawan pulang dari Pantai Gandoriah, tetapi tidak mau berlama-lama menunggu KA B7.

Persilangan dengan KA B6 tujuan Naras | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

Dalam perjalanan pulang, KA B5 bersilang dengan KA B6 tujuan Naras di Stasiun Lubuk Alung. Selama perjalanan, Penulis juga mendapat kesempatan mampir melihat bagasi sepeda dari dekat. Bagasi untuk pesepeda ini sebenarnya telah beroperasi sejak 2021 silam. Dalam kesempatan ini Penulis mendapati bagasi ini kosong dan tidak digunakan oleh pesepeda.

KA B5 pun tiba di Stasiun Padang pada pukul 16.12, tepat pada waktunya. Penulis dan rekan Penulis pun menyempatkan memotret proses langsiran rangkaian KA B5 yang akan kembali sebagai KA B8 di Stasiun Padang.

Langsiran eks rangkaian KA B5 Sibinuang yang akan kembali sebagai KA B8 | Foto: RED/Ikko Haidar Farozy

Ketibaan ini pun mengakhiri perjalanan seharian Penulis dengan KA Sibinuang. Kisah yang Penulis dapatkan cukup berkesan karena karakter pengguna KA lokal yang berbeda-beda di setiap wilayah, tak terkecuali Sibinuang di Sumatra Barat. (RED/IHF)

Ikuti kami di WhatsApp dan Google News


Tinggalkan komentar...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

×