Berita KAFakta KAIndonesiaKereta ApiKolomLRT JabodebekOpiniTeknisUjicoba

Penasaran dengan Uji Coba LRT Jabodebek ke Harjamukti? Begini Rasanya!

KRL LRT Jabodebek TS 11 | Foto: Adrian Falah Diratama
KRL LRT Jabodebek TS 11 | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

REDigest.web.id – Kamis (13/7) merupakan saat ketika Tim REDaksi mendapat kesempatan  mencoba layanan LRT Jabodebek melalui undangan terbatas. Saat itu Tim REDaksi terdiri dari dua tim yakni tim pertama dengan rute Stasiun KAI LRT Jabodebek Jati Mulya – Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas PP (Pulang-Pergi) dan tim kedua dengan rute Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas – Stasiun KAI LRT Jabodebek Harjamukti PP (Pulang-Pergi).

Sebelum melanjutkan pembahasan, penulis-yang merupakan bagian dari tim kedua-ingin menyampaikan bahwa artikel ini akan menjadi artikel yang sangat panjang karena penulis ingin mencoba mengupas pengalaman menaiki LRT Jabodebek dengan sangat detail. Penulis berharap agar pembaca dapat membayangkan pengalaman menggunakan layanan kereta ini sebelum mendapatkan kesempatan mengikuti uji coba yang diperuntukkan bagi masyarakat umum. Lebih baik lagi jika para pembaca dapat membandingkan pengalaman penulis menggunakan layanan ini dengan pengalaman pembaca nantinya sehingga dapat menjadi masukan yang membangun untuk PT KAI selaku operator dari layanan LRT Jabodebek.

Transit dari Stasiun KAI Commuter Line Sudirman menuju Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas

Kamis lalu, penulis tiba di Stasiun KAI Commuter Line Sudirman pada pukul 08.05 WIB dengan menumpang layanan Commuter Line (CL) dari Stasiun KAI Commuter Line Bekasi. Saat itu pengerjaan bangunan integrasi antarmoda yang menghubungkan Stasiun KAI Commuter Line Sudirman dengan Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas yang berada di sisi barat stasiun belum selesai sehingga penulis memutuskan untuk melakukan transit melalui trotoar di sisi timur Jalan Jenderal Sudirman, Provinsi DKI Jakarta.

Akses menuju trotoar dapat dicapai dengan menaiki tangga atau eskalator menuju lantai atas Stasiun KAI Commuter Line Sudirman, melakukan tap out pada gate, dan berjalan menuju sisi utara tepatnya sebelah pojok kiri bangunan, dan selanjutnya melewati lorong untuk kemudian berbelok ke arah selatan setelah mencapai Jalan Jenderal Sudirman.

Pada saat itu, trotoar masih dalam kondisi yang sangat baik meskipun penulis merasa trotoar tersebut kurang teduh karena tidak ditutupi oleh pepohonan. Oleh karenanya, penulis menyarankan pembaca untuk membawa topi dan payung anti sinar matahari apabila suatu hari nanti pembaca juga berkesempatan mencoba layanan LRT Jabodebek dari Stasiun LRT Jabodebek Dukuh Atas dan harus berjalan kaki pada trotoar tersebut setelah turun dari CL di Stasiun KAI Commuter Line Sudirman.

Apabila pembaca telah melihat Patung Jenderal Sudirman dan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Halte TransJakarta Dukuh Atas 1 maka pembaca harus berbelok kiri ke arah timur untuk menuruni tangga JPO, menyeberangi jalan, dan berjalan di samping Halte TransJakarta Dukuh Atas 2. Selanjutnya pembaca dapat berjalan terus sampai menjumpai bangunan besar berbentuk silinder yang menjadi khas dari bangunan stasiun-stasiun LRT Jabodebek. Bangunan Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas 2 menggunakan warna aksen oranye.

Tiba di Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas

Penulis tiba di Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas pada 08.20 WIB yang berarti transit berjalan kaki dari Stasiun KAI Commuter Line Sudirman hingga ke Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas membutuhkan waktu kurang lebih selama 15 menit. Waktu tempuh dengan berjalan kaki mungkin dapat dipersingkat apabila Jembatan Penyeberangan Multiguna (JPM) di Dukuh Atas telah selesai dibangun sepenuhnya dan dioperasikan untuk masyarakat umum.

Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas memiliki tangga berwarna oranye dengan kaca berwarna hitam | Foto: Adrian Falah Diratama
Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas memiliki tangga berwarna oranye dengan kaca berwarna hitam | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Bangunan lift dan tangga stasiun menjadi suguhan pertama yang terlihat oleh mata ketika penulis tiba di lokasi. Keduanya berada di atas trotoar yang diposisikan lebih tinggi dari jalan raya yang dibangun lengkap dengan lantai blok kasar dan dilengkapi dengan blok taktil untuk memudahkan penyandang disabilitas dalam mengakses stasiun LRT Jabodebek.

Lift Prioritas pada Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas | Foto: Adrian Falah Diratama
Lift Prioritas pada Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Setibanya di sana, penulis tidak langsung menuju ke dalam bangunan stasiun, melainkan menunggu hingga rombongan uji coba telah lengkap. Penulis mencoba mengambil beberapa gambar sambil menunggu rombongan. Gambar yang pertama diambil ialah Lift Prioritas yang berada di sisi barat stasiun. Sesuai namanya, lift tersebut diperuntukkan utamanya untuk mereka yang termasuk ke dalam kriteria penumpang prioritas seperti lansia, ibu hamil, ibu membawa balita, dan penyandang disabilitas.

Bakal Calon JPM yang akan menghubungkan Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas dengan Jalan Kendal | Foto: Adrian Falah Diratama
Bakal Calon JPM yang akan menghubungkan Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas dengan Jalan Kendal | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Dari dekat lift terlihat bakal calon JPM yang akan menghubungkan Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas dengan beberapa bangunan stasiun transportasi umum (transum) yang ada di Jalan Kendal seperti Stasiun KAI Commuter Line Sudirman, Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas, dan Stasiun KAI Commuter Line BNI City/Sudirman Baru.

Papan Plang Informasi Stasiun

Pintu A menuju Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas yang dilengkapi dengan papan plang informasi atau signage | Foto: Adrian Falah Diratama
Pintu A menuju Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas yang dilengkapi dengan papan plang informasi atau signage | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Selanjutnya pada sisi timur stasiun terdapat tangga manual dengan eksterior berwarna oranye terang dengan kaca hitam gelap. Pada bagian muka tangga terdapat papan plang atau signage bertuliskan huruf A dengan kotak kuning, logo LRT yang menyerupai bentuk muka LRT Jakarta (bukan Jabodebek), lingkaran biru dengan tulisan CB 01, lingkaran hijau dengan tulisan BK 01, serta supergrafis PT KAI.

Papan informasi plang atau signage Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas | Foto: Adrian Falah Diratama
Papan informasi plang atau signage Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

CB 01 adalah kode yang menunjukkan bahwa Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas merupakan stasiun awal pada rute lintas Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas – Stasiun KAI LRT Jabodebek Harjamukti dan sebaliknya. Lingkaran berwarna biru diberikan karena rute tersebut termasuk ke dalam LRT Jabodebek lin biru (blue line). Sementara itu, BK 01 merupakan kode yang menerangkan bahwa stasiun tersebut juga merupakan stasiun awal rute Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas – Stasiun KAI LRT Jabodebek Jati Mulya serta sebaliknya. Lingkaran berwarna hijau memberikan penjelasan bahwa rute itu merupakan bagian dari LRT Jabodebek lin hijau (green line).

Papan tersebut sebenarnya sangat informatif bagi penumpang LRT Jabodebek nantinya meskipun penulis menemukan hal-hal yang mungkin akan membingungkan bagi awam yang baru saja menaiki layanan ini atau bahkan belum pernah menaiki transportasi umum sebelumnya. Hal yang pertama penulis sorot adalah penggunaan piktogram dalam bentuk armada Kereta Rel Listrik (KRL) LRT Jakarta.

Penulis memahami apabila piktogram seharusnya memiliki standar tertentu, namun tetap saja penggunaan piktogram berbentuk LRT Jakarta mungkin akan menimbulkan kebingungan dalam menggunakan layanan transportasi umum di DKI Jakarta dan wilayah penyangganya. Penumpang akan kesulitan dalam membedakan LRT Jakarta yang dioperasikan oleh PT Jakarta Propertindo (Jakpro), sebuah BUMD milik Pemprov DKI Jakarta, dengan LRT Jabodebek yang dikelola-dalam bentuk Divisi LRT-oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI), sebuah perusahaan berstatus BUMN. Terlebih lagi keduanya juga sama-sama memiliki armada dengan kelir merah. Ada baiknya mempertimbangkan penggunakan piktogram yang melambangkan bentuk armada KRL dari masing-masing layanan lengkap dengan livery atau skema warna yang dimilikinya.

Berikutnya penulis ingin membahas penggunaan kode layanan CB 01 dan BK 01. Penulis menduga ‘CB’ merupakan akronim dari ‘Cibubur’, nama sebuah daerah yang berdekatan dengan Stasiun KAI LRT Jabodebek Harjamukti. Permasalahannya ialah Harjamukti merupakan sebuah daerah yang berada di Kecamatan Cimanggis, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat sementara Cibubur adalah wilayah yang terletak di Kecamatan Ciracas, Kota Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. Pada rute lin biru pun tidak ditemukan stasiun bernama ‘Cibubur’ karena stasiun terakhir justru bernama Harjamukti. Penulis berpendapat seharusnya kode layanan lin biru ialah ‘HM’ yang berasal dari akronim Harjamukti dan bukan ‘CB’ sebagai akronim dari kata Cibubur.

Di sisi lain, Penulis juga menduga kode ‘BK’ mungkin berasal dari akronim ‘Bekasi’, nama sebuah kota di Provinsi Jawa Barat dan bukan seperti nama Cibubur yang merupakan nama wilayah di dalam Kecamatan Ciracas, Kota Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta. LRT Jabodebek juga tidak memiliki stasiun yang bernama hanya ‘Bekasi’ meskipun terdapat sebuah stasiun bernama Bekasi Barat yang bukan merupakan terminus atau stasiun akhir dari layanan LRT Jabodebek pada lin hijau. Stasiun akhir pada lin ini ialah Jati Mulya, sebuah daerah di Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Menurut Penulis, nama stasiun ini harusnya dijadikan kode lin jalur biru sebagai ‘JM’, akronim dari Jati Mulya dan bukan ‘BK’ sebagai akronim dari kata ‘Bekasi’.

Sudah Memedulikan Keadaan Darurat Bencana

Plang Titik Kumpul sebagai antisipasi bencana | Foto: Adrian Falah Diratama
Plang Titik Kumpul sebagai antisipasi bencana | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Hal yang menarik dari stasiun ini ialah adanya sebuah plang besi dengan papan berwarna hijau bertuliskan ‘Titik Kumpul/ Assembly Point‘. Plang ini berguna sebagai informasi bagi penumpang apabila terdapat kendala pada stasiun ataupun layanan LRT Jabodebek yang disebabkan oleh bencana seperti kebakaran ataupun gempa bumi. Dengan begitu, penumpang akan mengetahui ke mana ia harus pergi secara pasti untuk menghindari musibah yang tidak diharapkan.

Menuju Bangunan Utama Stasiun

Interior tangga stasiun | Foto: Adrian Falah Diratama
Interior tangga stasiun | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Setelah itu penulis kemudian menuju bangunan tangga stasiun. Tangga terdiri dari dua sisi, memiliki pegangan tangan di kiri, tengah, dan kanan, ditutupi oleh kaca di kiri dan kanan, serta dilengkapi dengan lampu penerangan di langit-langit. Tangga menuju bangunan stasiun terbilang cukup tinggi namun penulis telah terbiasa menaiki tangga di Halte TransJakarta sehingga hal ini bukan merupakan masalah. Lantai tangga juga tidak licin dan pegangan tangga berfungsi normal.

Hal yang ingin penulis soroti ialah penerapan kaca penutup bangunan tangga di sisi kiri dan kanan. Penulis mengetahui kaca tersebut berfungsi untuk menahan cipratan apabila hujan sedang turun namun kaca tersebut justru menutupi seluruh bangunan tangga. Tidak terlihat adanya ventilasi maupun kipas pada bangunan tangga sehingga menjadikan hawa di dalamnya cukup panas di pagi hari. Selain itu, kaca berwarna hitam yang diaplikasikan turut membuat interior bangunan tangga menjadi lebih gelap dan pandangan keluar yang juga menjadi lebih gelap dibandingkan kondisi sebenarnya. Penulis tidak mengetahui pertimbangan apa yang mendasari pemilihan model kaca tersebut.

Plang yang berada di atas tangga | Foto: Adrian Falah Diratama
Plang yang berada di atas tangga | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Di ujung atas tangga dipasang plang signage yang menunjukkan akses masuk ke stasiun, lokasi mesin tiket, dan lokasi loket. Tepat di depan tangga terdapat akses lift prioritas untuk keluar dari stasiun. Tangga yang telah dinaiki juga merupakan tangga yang juga dapat digunakan untuk turun menuju Jalan Setiabudi Tengah, Taman Spot Budaya 2 Dukuh Atas, Jalan Jenderal Sudirman ataupun jika ingin transit menggunakan moda TransJakarta pada Halte TransJakarta Dukuh Atas 2 yang melayani Koridor 4 Dukuh Atas 2 – Pulogadung 2 PP maupun Halte TransJakarta Dukuh Atas 1 yang melayani Koridor 1 Blok M – Kota.

Sisi di balik plang atas tangga | Foto: Adrian Falah Diratama
Sisi di balik plang atas tangga | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Sebelum masuk ke bangunan stasiun telah tersedia tempat sampah dengan tiga macam kriteria yakni sampah non-organik dengan warna oranye, sampah B3 dengan warna merah, dan sampah organik dengan warna hijau. Penempatan tempat sampah di luar area berbayar merupakan hal yang baik karena dapat merupakan upaya mewujudkan pelayanan maksimal kepada calon penumpang meskipun mereka belum menggunakan layanan LRT Jabodebek.

Tempat sampah dengan tiga macam kriteria | Foto: Adrian Falah Diratama
Tempat sampah dengan tiga macam kriteria | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Tepat di depan lorong tergantung plang signage lain yang mengarahkan penumpang untuk keluar stasiun ke arah Jalan Galunggung, Waduk Setiabudi Barat, dan Jalan Kendal melalui JPM (Jembatan Penyeberangan Multifungsi) Dukuh Atas. Dengan melalui JPM ini, nantinya penumpang LRT Jabodebek akan dimudahkan untuk transit menuju moda terusannya seperti MRT Jakarta lin Utara-Selatan, Commuter Line lin Cikarang, dan Commuter Line Bandara lin Manggarai – Bandara Soekarno Hatta. Saat ini pembangunan JPM belum selesai sehingga akses menuju JPM terhalang oleh papan tulis berwarna cokelat.

Plang pada lorong menuju JPM | Foto: Adrian Falah Diratama
Plang pada lorong menuju JPM | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Fitur pada Area Tidak Berbayar

Plang menuju akses masuk Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas | Foto: Adrian Falah Diratama
Plang menuju akses masuk Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Akses menuju bangunan Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas ditandai dengan panah arah kanan pada signage yang tersedia. Setelah berjalan sesuai arah tersebut, penulis langsung dihadapkan dengan ruang dengan papan informasi, mesin tiket, interkom darurat, loket dan layanan pelanggan, jam gantung analog, dan mesin gate penumpang.

Suasana pada Area Tidak Berbayar | Foto: Adrian Falah Diratama
Suasana pada Area Tidak Berbayar | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Papan informasi menampilkan berbagai informasi penting terkait LRT Jabodebek seperti Peta Jaringan KA Perkotaan Jabodetabek dan Sekitarnya, Peta Lokalitas Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas, Akses Masuk-Keluar Stasiun, Peta Layanan LRT Jabodebek, Rute TransJakarta Terdekat dengan Stasiun LRT Jabodebek Dukuh Atas, Denah Stasiun LRT Jabodebek Dukuh Atas, Layanan Aduan, hingga Nomor Darurat. Penulis mengapresiasi PT KAI karena telah menampilkan informasi selengkap dan sedetil mungkin untuk membantu pergerakan penumpang pengguna transportasi umum.

Papan informasi | Foto: Adrian Falah Diratama
Papan informasi | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Di samping papan informasi terdapat mesin tiket untuk mengisi ulang Kartu Uang Elektronik (KUE). Mesin ini berwarna putih dengan aksen merah dan pada bagian depan bawah terdapat grafis peta rute LRT Jabodebek, logo PT KAI, ilustrasi bangunan ikonik, muka KRL LRT Jabodebek, dan slogan LRT Jabodebek yang berbunyi ‘Smart Travel, Live Better‘. Penulis tidak sempat mencoba kemampuan mesin ini namun berdasarkan stiker yang tertempel di sekitar mesin dapat diketahui bahwa pengoperasian mesin ini menggunakan layar sentuh, tidak dapat melakukan pembayaran secara tunai, dan masih menyediakan struk pembelian tiket.

Mesin tiket | Foto: Adrian Falah Diratama
Mesin tiket | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Selanjutnya interkom darurat hadir dengan bentuk menyerupai tugu dan diberi warna separuh oranye dan separuh biru. Penumpang dapat menggunakan interkom ini dengan menekan tombol untuk berbicara dengan petugas. Di sebelah interkom terdapat bangunan loket dan layanan pelanggan yang menyatu. Tersedia dua loket yakni loket 1 yang memiliki logo kursi roda dan loket 2 tanpa logo kursi roda. Dapat disimpulkan bahwa loket 1 diutamakan untuk penyandang kursi roda maupun penyandang disabilitas lainnya.

Interkom darurat | Foto: Adrian Falah Diratama
Interkom darurat | Foto: RED/Adrian Falah Diratama
Loket dan layanan pelanggan | Foto: Adrian Falah Diratama
Loket dan layanan pelanggan | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Gate yang digunakan di Stasiun LRT Jabodebek Dukuh Atas memiliki kemiripan bentuk dengan gate yang umumnya hadir dan terpasang di semua stasiun Commuter Line. Penumpang dapat menggunakan dua metode pembayaran yang tersedia yakni secara fisik menggunakan kartu maupun secara digital melalui kode QR. Saat itu penulis masuk ke dalam bangunan stasiun dengan menggunakan kartu yang penulis miliki yakni BRIZZI dengan branding JakLingko.

Bentuk gate LRT Jabodebek mirip dengan gate pada Commuter Line | Foto: Adrian Falah Diratama
Bentuk gate LRT Jabodebek mirip dengan gate pada Commuter Line | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Proses penempelan kartu hingga pintu gate terbuka tidak cepat dan tidak lambat atau biasa saja karena durasinya pun memiliki kemiripan dengan durasi gate di stasiun Commuter Line yakni kurang lebih selama 3 detik. Dapat dikatakan bahwa gate baru TransJakarta pada halte-halte Koridor 1 yang baru saja direvitalisasi dapat membaca kartu bank jauh lebih cepat dengan durasi hanya 1 detik saja. Hal baik dari gate pada stasiun ini yakni disediakannya gate khusus untuk penumpang prioritas yang terdiri dari pengguna membawa balita, penyandang disabilitas pengguna tongkat jalan, pengguna membawa koper, pengguna lansia dengan tongkat jalan, dan pengguna sepeda lipat.

Pemindai kode QR pada gate | Foto: Adrian Falah Diratama
Pemindai kode QR pada gate | Foto: RED/Adrian Falah Diratama
Pemindai kartu pada gate | Foto: Adrian Falah Diratama
Pemindai kartu pada gate | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Fasilitas Penunjang Stasiun

Layar jadwal keberangkatan KRL LRT Jabodebek pada Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas | Foto: Adrian Falah Diratama
Layar jadwal keberangkatan KRL LRT Jabodebek pada Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Setelah melalui gate, penulis dihadapkan pada layar jadwal keberangkatan kereta api dari Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas menuju Harjamukti dan Jati Mulya. Seperti terlihat di layar, pemberangkatan berikutnya ialah menuju Harjamukti pada 09.15 WIB dan itu merupakan kereta yang akan penulis naiki. Tujuan kereta api diterapkan secara selang-seling antara Harjamukti dan Jati Mulya.

Berdasarkan jadwal tersebut, pemberangkatan menuju Harjamukti tersedia pada pukul 09.15 WIB dan kemudian pada 09.45 WIB atau berjarak selama 30 menit. Setelah itu, pemberangkatan berikutnya tersedia pada pukul 11:00 atau satu jam 15 menit dari pukul 09.45 WIB. Kereta menuju Jati Mulya berangkat pada 09.30 WIB dan pemberangkatan selanjutnya pada 10:00 WIB yang berarti berjarak sejauh 30 menit. Kereta berikutnya kemudian berangkat pada 11.15 WIB yang berarti sela jaraknya sejauh satu jam 15 menit dari pukul 10.00 WIB.

Pada bagian bawah layar terdapat ilustrasi KRL LRT Jabodebek, masinis wanita, dan PIDS (Passenger Information Display System). PIDS tersebut menunjukkan tulisan ‘Kereta Tujuan Dukuh Atas akan diberangkatkan dari jalur 2’. Sejujurnya informasi tersebut sangat membingungkan karena informasi tersebut ditampilkan pada layar jadwal keberangkatan pada Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas. Kereta yang tiba di stasiun ini merupakan kereta yang diberangkatkan dari stasiun awal KAI LRT Jabodebek Harjamukti maupun KAI LRT Jabodebek Jati Mulya sehingga seharusnya tidak ada kereta tujuan Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas yang pemberangkatannya berasal dari stasiun yang sama.

Sebagai saran, ilustrasi tersebut seharusnya dapat berguna dan informatif bagi penumpang jika menampilkan tulisan ‘Kereta Tujuan Harjamukti akan Diberangkatkan dari Jalur 1’ ataupun ‘Kereta dari Harjamukti Tiba di Jalur 2’. Begitu pula untuk tujuan ataupun pemberangkatan Jati Mulya dengan menampilkan tulisan ‘Kereta Tujuan Jati Mulya akan Diberangkatkan dari Jalur 1′ maupun Kereta dari Jati Mulya Tiba di Jalur 2’.

Stiker penyewaan di stasiun | Foto: Adrian Falah Diratama
Stiker penyewaan di stasiun | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Di sebelah kiri layar informasi digital atau sisi utara area berbayar stasiun, terdapat stiker berwarna merah beraksen putih yang menyatakan bahwa KAI Divisi LRT Jabodebek menerima sewa mesin ATM, vending machine, dan juga booth atau stan berjualan. Di belakangnya terdapat beberapa fasilitas penunjang stasiun seperti toilet wanita, ruang menyusui, dan musala. Akses keluar menuju Pintu C juga dapat diakses melalui lorong ini.

Toilet wanita, ruang menyusui, dan musala | Foto: Adrian Falah Diratama
Toilet wanita, ruang menyusui, dan musala | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Sementara itu, di sebelah kanan layar informasi digital terdapat APAR (Alat Pemadam Api Ringan), pengisi baterai, dan fasilitas penunjang stasiun seperti toilet pria, toilet difabel, pos kesehatan, dan musala. Adapun bagi penumpang yang ingin langsung menuju peron untuk menaiki KRL LRT Jabodebek ke arah Harjamukti maupun Jati Mulya dapat menggunakan eskalator ataupun tangga manual yang posisinya terletak di belakang eskalator.

APAR dan pengisi baterai | Foto: Adrian Falah Diratama
APAR dan pengisi baterai | Foto: RED/Adrian Falah Diratama
Toilet pria, toilet difabel, pos kesehatan, dan musala | Foto: Adrian Falah Diratama
Toilet pria, toilet difabel, pos kesehatan, dan musala | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Menuju Peron Stasiun

Eskalator menuju peron 1 | Foto: Adrian Falah Diratama
Eskalator menuju peron 1 | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kereta arah Harjamukti dan Jati Mulya dapat dituju dengan menggunakan eskalator ataupun tangga yang mengarah ke peron 1. Setibanya di peron, penulis langsung disambut oleh langit-langit stasiun yang berbentuk silinder berwarna oranye dengan besi-besi berwarna putih. Bentuk atap peron stasiun tersebut jika dilihat dari sisi dalam dan luar memiliki kemiripan dengan atap peron Stasiun Shanglai Maglev di Tiongkok.

Peron 1 Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas | Foto: Adrian Falah Diratama
Peron 1 Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Masalah utama pada peron stasiun ialah minimnya ventilasi udara yang tersedia sehingga menyebabkan hawa di peron menjadi sangat gerah meskipun saat itu masih terbilang pagi hari dan kondisi peron yang tidak ramai. Penulis juga tidak menemukan kipas yang terpasang pada dinding peron. Praktisnya, sirkulasi udara peron hanya mengandalkan lubang terbuka di ujung timur dan ujung baratnya saja. Penulis merasa hawa gerah yang penulis rasakan ketika berada di peron stasiun layang KAI (dari Stasiun KAI Commuter Line Cikini sampai dengan Stasiun KAI Commuter Line Jayakarta) tidak terlalu buruk jika dibandingkan dengan hawa ketika berada di peron Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas.

Terlihat ventilasi bergaris yang sangat kecil | Foto: Adrian Falah Diratama
Terlihat ventilasi bergaris yang sangat kecil | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Masalah berikutnya memiliki keterkaitan dengan dengan ventilasi. Oleh karena ruang ventilasi yang sangat kecil, cahaya matahari yang masuk pun menjadi sangat terbatas. Peron stasiun menjadi remang-remang meskipun sinar matahari bersinar dengan terang di luar. Dapat terbayang segelap apa peron stasiun apabila cuaca sedang mendung atau bahkan ketika hujan turun. Memang ada lampu yang tersedia di peron tetapi pada saat penulis mengikuti uji coba lampu tersebut dalam kondisi mati.

Hal tersebut ada benarnya karena penggunaan lampu peron di pagi, siang, dan sore hari ketika cuaca cerah merupakan sebuah pemborosan. Tetapi ada baiknya KAI sebagai operator menyalakan lampu pada pagi, siang, dan sore hari seraya mempertimbangkan permasalahan tersebut dan memperbaikinya di kemudian hari.

LED PIDS stasiun | Foto: Adrian Falah Diratama
LED PIDS stasiun | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Saat itu penulis juga melihat layar LED penampil tujuan atau PIDS sedang aktif. Layar tersebut menampilkan tulisan destinasi rute ‘Kereta tujuan Cawang Jalur 1′ dan waktu setempat ’09:07:26’. Informasi yang ditampilkan belum lengkap karena tidak menampilkan waktu pemberangkatan kereta di jalur 1 beserta tujuan akhirnya dengan lengkap. Kereta di jalur 1 tidak mengakhiri perjalanannya di Stasiun KAI LRT Jabodebek Cawang melainkan pada Stasiun KAI LRT Jabodebek Harjamukti. Selain itu, layar LED juga tidak menampilkan jadwal kereta pemberangkatan berikutnya. Besar harapan penulis agar PT KAI Divisi LRT menambahkan informasi-informasi tersebut pada layar PIDS. Layar PIDS pada stasiun KAI Commuter Line dapat menjadi bahan untuk studi banding.

Pintu Tepi Peron dalam kondisi tertutup | Foto: Adrian Falah Diratama
Pintu Tepi Peron dalam kondisi tertutup | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Berbeda dengan stasiun KAI Commuter Line, Stasiun LRT Jabodebek Dukuh Atas memiliki Pintu Tepi Peron (PTP) atau Platform Screen Doors (PSD). Pintu ini berguna untuk memberikan keselamatan kepada pengguna jasa LRT Jabodebek agar tidak mendekat ke pinggir peron karena berpotensi terjatuh ke pinggir rel dan mungkin akan tersengat aliran Listrik Aliran Bawah (LAB).

Sebagai informasi, kereta LRT Jabodebek juga menggunakan armada Kereta Rel Listrik atau KRL. Penyebutan KRL digunakan untuk menggambarkan armada yang digunakan oleh sebuah perusahaan operator layanan kereta api. KRL berarti sebuah transportasi terpisah dari jalan raya yang berjalan di atas rel dan menggunakan listrik sebagai sumber daya penggeraknya. Istilah ini sama halnya dengan menyebut kendaraan berbahan bakar listrik lainnya sebagai sepeda listrik, motor listrik, mobil listrik, hingga bus listrik.

Penggunaan istilah KRL untuk menggambarkan armada juga umum di negara lain misalnya orang Inggris yang mengenalnya sebagai electric train sementara di Jepang orang mengenalnya sebagai densha. Oleh karenanya, menyebut layanan Commuter Line sebagai KRL juga bukan merupakan hal yang benar karena layanan Commuter Line tidak hanya menggunakan KRL saja. Ada juga Commuter Line yang menggunakan KRD seperti di Daop 8 Surabaya dan ada pula Commuter Line yang menggunakan kereta penumpang yang ditarik lokomotif seperti di Daop 2 Bandung.

Di Indonesia, KRL tidak hanya digunakan oleh layanan Commuter Line melainkan juga digunakan oleh banyak layanan transportasi umum di Indonesia seperti MRT Jakarta, LRT Jakarta, LRT Palembang, Commuter Line Bandara (Dulu Raillink Soekarno Hatta), LRT Jabodebek, hingga Kereta Cepat Jakarta Bandung.

Namun, KRL yang digunakan oleh LRT Jabodebek bukan seperti KRL pada layanan Commuter Line. Perbedaannya ialah, KRL pada Commuter Line merupakan KRL yang tergolong ke dalam armada heavy rail sehingga perlintasan sebidang (yang bersinggungan dengan jalan raya) sering kali ditemukan dan karenanya penggunaan tiang Listrik Aliran Atas (LAA) dan pantograf merupakan suatu keharusan .

Di sisi lain, KRL yang digunakan oleh LRT Jabodebek merupakan KRL bertipe light rail dengan penggunaan Listrik Aliran Bawah (LAB) model rigid seperti KRL yang digunakan oleh layanan LRT Jakarta. Keduanya didukung oleh infrastruktur jalur rel kereta yang terpisah dengan jalan raya sehingga aliran listrik dapat terus tersambung dengan kereta tanpa pemisahan perangkat LAB rigid karena hadirnya perlintasan sebidang.

LAB di dekat Stasiun KAI LRT Jabodebek Cawang | Foto: Adrian Falah Diratama
LAB di dekat Stasiun KAI LRT Jabodebek Cawang | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Penggunaan LAB di sekitar perlintasan sebidang dapat membahayakan pengguna jalan, baik pejalan kaki maupun pengguna kendaraaan pribadi. Mereka berpotensi tersengat aliran listrik yang mengalir di sepanjang jalur kereta. Oleh karenanya, penerapan Pintu Tepi Peron atau PTP pada Stasiun KAI LRT Jabodebek memang merupakan hal yang semestinya karena dengan begitu, KAI sebagai operator bertanggung jawab atas keselamatan penumpangnya.

Sebagai informasi tambahan, KRL LRT Jabodebek terdiri dari enam kereta dalam satu rangkaian. Umumnya orang menyebut gerbong alih-alih kereta untuk mendeskripsikan setiap bagian dalam satu rangkaian kereta. Hal tersebut sebenarnya tidak benar karena gerbong ditujukan untuk menyebut angkutan barang, bukan angkutan manusia. Dari enam kereta LRT Jabodebek, masing-masing kereta memiliki tiga pintu pada setiap sisi yakni sisi kiri dan kanan kereta. Setiap tiga pintu pada salah satu sisi kereta akan terbuka di setiap stasiunnya.

Dengan begitu, Stasiun KAI LRT Jabodebek memiliki 18 Pintu Tepi Peron (PTP) dalam satu sisi peron. Rinciannya ialah pintu 1, 2, 3 untuk kereta 1, pintu 4, 5, 6 untuk kereta 2, pintu 7, 8, 9 untuk kereta 3, pintu 10, 11, 12 untuk kereta 4, pintu 13, 14, 15 untuk kereta 5, dan pintu 16, 17, 18 untuk kereta 6. Adapun penulis akan masuk pada kereta 1 pintu 2. Saat itu, kereta 1 mengarah ke Dukuh Atas sementara kereta 6 mengarah ke Harjamukti. Hal ini masuk akal mengingat Dukuh Atas merupakan stasiun yang dihitung sebagai stasiun pertama pada layanan LRT Jabodebek.

Stiker pada Pintu Tepi Peron | Foto: Adrian Falah Diratama
Stiker pada Pintu Tepi Peron | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Ketika datang di peron, PTP sudah terbuka karena telah ada rangkaian LRT Jabodebek yang bersiap untuk berangkat menuju Harjamukti sehingga penulis tidak dapat mengetahui bagaimana tampilan PTP secara penuh. Walau begitu, penulis masih dapat melihat penutup PTP yang dipasangi oleh berbagai stiker. Stiker utama menjelaskan bahwa peron 1 yang mengarah ke timur merupakan peron LRT Jabodebek yang akan mengarahkan penumpang menggunakan KRL menuju ke Stasiun LRT Jabodebek Jati Mulya dan Harjamukti.

Di samping sebelah kirinya ada stiker nomor kereta dan nomor pintunya. Di bawahnya ada stiker keterangan akses khusus untuk penyandang disabilitas, penumpang membawa balita, dan penyumpang membawa sepeda lipat. Ada juga stiker imbauan untuk mendahulukan penumpang yang akan turun dari KRL LRT Jabodebek yang terpasang di sebelah kanan stiker utama. Sementara itu, di bawah stiker akses khusus dan imbauan mendahulukan penumpang turun terdapat stiker imbauan lainnya bagi para penumpang. Di antaranya berisi larangan untuk bersandar pada Pintu Tepi Peron (PTP), larangan naik dan turun kereta dengan tergesa-gesa, larangan makan dan minum di kereta dan area peron stasiun (paid areas/ area berbayar), serta larangan merokok di seluruh area stasiun dan di dalam kereta.

Peraturan yang paling berbeda dengan layanan Commuter Line ialah larangan untuk makan peron kereta atau area berbayar. Sayangnya makna area berbayar pada LRT Jabodebek cukup rancu karena pengertian area berbayar pada MRT Jakarta tidak hanya mencakup area peron saja namun juga pada area yang berada setelah penumpang melakukan penempelan kartu pada gate stasiun. Namun dapat dikatakan bahwa peraturan tersebut yang diterapkan pada layanan LRT Jabodebek lebih mirip dengan peraturan pada layanan MRT Jakarta dibandingkan dengan layanan Commuter Line. Dengan demikian, penumpang yang telah terlebih dahulu membaca tulisan ini diharapkan untuk tidak makan dan minum pada area peron stasiun LRT Jabodebek untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Muka KRL LRT Jabodebek TS 11 | Foto: Adrian Falah Diratama
Muka KRL LRT Jabodebek TS 11 | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Sebelum kereta berjalan, penulis menyempatkan diri untuk memotret muka kereta 1 terlebih dahulu. Dari muka kereta tersebut penulis mendapatkan informasi bahwa kereta yang penulis naiki ialah TS 11 atau Train Set (rangkaian kereta) ke-11 dari 31 rangkaian kereta yang dimiliki oleh LRT Jabodebek. Pada LED PIDS kereta terdapat tulisan ‘LRT Jabo’ saja tanpa tambahan kata ‘debek’. Adapun logo yang tertera adalah logo terbaru PT KAI dan logo grafis LRT Jabodebek. Sangat disayangkan pemberian logo LRT Jabodebek tidak sesuai dengan standar logo KAI dan anak perusahaannya. Seharusnya pertimbangan pemberian logo pada LRT Jabodebek yang merupakan sebuah divisi pada KAI mengikuti logo Divisi Jabotabek yang dulunya juga merupakan divisi pada KAI dan kemudian berubah menjadi Kereta Commuter Jabodetabek (KCJ) lalu menjadi Kereta Commuter Indonesia (KAI).

Alasannya yakni logo KAI Divisi Jabotabek justru lebih sesuai dengan standar terbaru logo KAI dan anak perusahaannya karena menampilkan logo PT KA berbentuk seperti huruf Z dan tambahan tulisan Divisi Jabotabek di samping ataupun pada atas dan bawahnya. Pemberian logo LRT Jabodebek akan lebih baik jika menambahkan tulisan Divisi LRT Jabodebek di samping bawah logo PT KAI layaknya logo anak perusahaan KAI saat ini.

Kereta penulis akan berangkat pada waktu 09.15 WIB namun ketika penulis berada di dekat muka KRL LRT Jabodebek pada pukul 09.10 WIB, penulis belum melihat adanya lampu berwarna merah pada tengah atas muka kereta maupun pada bagian samping kereta sebagai semboyan penanda akhir rangkaian atau Semboyan 21 (S21). Dari kejauhan telah terlihat dua kereta di sisi barat Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas yang sedang stabling menunggu pergantian masuk jalur 1 stasiun. Agar tidak ketinggalan kereta, penulis bergegas untuk segera masuk ke dalam kereta 1.

Impresi di Dalam Kereta LRT Jabodebek

Interior KRL LRT Jabodebek TS 11 | Foto: Adrian Falah Diratama
Interior KRL LRT Jabodebek TS 11 | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Setelah masuk ke dalam kereta, penulis langsung merasakan hawa kereta yang dingin dan lampu kereta yang sangat terang. Lantainya dilapis dengan vinyl berwarna paduan hijau dan abu-abu, temboknya dicat warna putih kekuningan, bangkunya berwarna biru, serta model plafonnya mengingatkan penulis pada plafon KRL EA 203 yang melayani Commuter Line Bandara Soekarno-Hatta. Badan kereta seperti menggembung pada bagian bawah sehingga lantai kereta terlihat lebih lebar dari atapnya.

Sangat disayangkan lebar kereta dari tembok ke tembok terasa kurang lebar dibandingkan armada KRL Commuter Line, armada KRL MRT Jakarta, atau bahkan armada KRL Commuter Line Bandara sekalipun padahal armada KRL LRT Jabodebek berjalan pada rel dengan lebar 1.435mm sementara armada KRL Commuter Line, MRT Jakarta, dan Commuter Line Bandara hanya berjalan pada rel selebar 1.067mm.

Larangan di dalam rangkaian KRL LRT Jabodebek | Foto: Adrian Falah Diratama
Larangan di dalam rangkaian KRL LRT Jabodebek | Foto: RED/Adrian Falah Diratama
Larangan di dalam rangkaian KRL LRT Jabodebek | Foto: Adrian Falah Diratama
Larangan di dalam rangkaian KRL LRT Jabodebek | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Seperti pada moda transportasi umum lainnya, LRT Jabodebek juga memiliki beberapa larangan bagi para penumpang yang menggunakan layanan keretanya yakni larangan merokok, larangan makan dan minum, larangan membuang sampah sembarangan, larangan membawa binatang, larangan membawa benda tajam, larangan duduk di lantai kereta, larangan mengamen, larangan berjualan, larangan membawa senjata, dan larangan membawa barang mudah terbakar.

Kabin kereta 1 KRL LRT Jabodebek yang ditutup dengan pintu kaca | Foto: Adrian Falah Diratama
Kabin kereta 1 KRL LRT Jabodebek yang ditutup dengan pintu kaca | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Oleh karena penulis berada di kereta 1 maka penulis dapat melihat tampilan kabin LRT Jabodebek yang hanya ditutupi oleh pintu kaca. Sebetulnya penulis ragu menyebut kabin tersebut dengan kabin masinis karena KRL LRT Jabodebek telah dilengkapi dengan sistem pengamanan Grade of Automation 3 atau GoA 3 yang memungkinkan kereta dapat berjalan dengan sendirinya tanpa bantuan dari masinis dan hanya dipantau oleh pengawas. Sistem ini juga berfungsi sebagai alat pengaman untuk kereta karena antar kereta dapat saling berkomunikasi kepada Pusat Kendali/ Operation Control (PK/ OC) meskipun tidak ada masinis di dalamnya. Komunikasi tersebut yang nantinya dapat menjadi dasar penjarakan antar rangkaian kereta yang sedang berjalan termasuk untuk melakukan fungsi buka pintu, tutup pintu, menjalankan kereta, mengerem kereta, hingga memberhentikan paksa kereta dalam kondisi darurat.

Saat itu kabin kereta 1 dengan nomor Kemenhub K1 1 20 37 kosong dan area luar kabin juga sepi karena kereta berjalan menuju arah Harjamukti sehingga area luar kabin pada kereta 6 seharusnya lebih ramai oleh penumpang yang mengikuti uji coba. KRL berangkat dari Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas tepat pada 09.15 WIB. Saat itu penulis merasa tarikan KRL yang dikendalikan oleh mesin sangat bagus.

Dapat dikatakan akselerasi awal saat berangkat stasiun agak menyentak tetapi gaya membawa kereta seperti ini lah yang penulis sukai. Penulis menganggap tarikan awal yang tinggi jauh lebih baik dibandingkan tarikan rendah yang membuat kereta menjadi ndutndutan. Selain itu deselerasi kereta ini juga sesuai dengan selera penulis. Umumnya KRL LRT masuk peron dengan kencang dan kemudian menarik rem dengan cepat sehingga tidak membuang waktu lama untuk memasuki stasiun.

Sepanjang perjalanan, penulis merasa bahwa perjalanan LRT Jabodebek sangat minim guncangan. Hal ini terlihat pada beberapa video yang penulis ambil sebagai berikut:

Penulis juga sempat merekam perjalanan kereta ketika kereta melewati jembatan lengkung tanpa kolom terpanjang di Indonesia yang letaknya ada di Kuningan. Jika dilihat dari area sekitar kabin, lengkung jembatan tersebut terlihat sangat patah dan karenanya kereta berjalan dengan sangat pelan. Walau demikian, penulis merasa kagum karena sepanjang tikungan tersebut KRL LRT Jabodebek tidak mengeluarkan suara bibir roda atau flange yang sangat berisik akibat pergesekan antara bibir roda dengan sisi dalam rel secara ekstrem. Suara flange memang ada tetapi sangat kecil dan tidak memekakkan telinga.

Percobaan kedua penulis lakukan dengan merekam perjalanan kereta di tikungan yang berada tidak jauh setelah percabangan jalur LRT Jabodebek. Percabangan jalur ini terletak setelah kereta melewati Stasiun LRT Jabodebek Cawang dan mengarah ke timur. Setelah kereta berbelok ke arah selatan menuju arah Harjamukti, terdapat tikungan agak ekstrem yang berada di dekat exit tol UKI namun lagi-lagi penulis tidak menemukan suara flange yang sangat berisik. Pada tikungan ini kereta berjalan lebih cepat dibandingkan dengan tikungan di Kuningan tetapi suara yang dihasilkan kurang lebih sama.

Fitur-fitur LRT Jabodebek

Kursi busa pada LRT Jabodebek. Terlihat noda kotoran pada ujung kiri kursi | Foto: Adrian Falah Diratama
Kursi busa pada LRT Jabodebek. Terlihat noda kotoran pada ujung kiri kursi | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

KRL LRT Jabodebek dilengkapi dengan bangku busa berlapis kain keras berwarna biru muda. Busa bangku terdapat pada bagian dudukan dan sandaran. Ketika duduk di bangku, penulis merasa bahwa busa sandaran terasa lebih empuk dibanding busa dudukan. Hal ini terbukti ketika penulis menguji ketebalan busa bangku dengan tangan.

Walau begitu, penulis masih mengapresiasi pemilihan model bangku yang masih menggunakan busa seperti halnya yang dapat pembaca temukan pada bangku busa pada KRL milik Commuter Line. Sangat disayangkan karena kain keras berwarna biru yang melindungi busa bangku terlihat kotor. Penulis berharap PT KAI Divisi LRT akan menggantinya sebelum layanan ini beroperasi normal.

Kursi prioritas yang terletak pada ujung sambungan kereta | Foto: Adrian Falah Diratama
Kursi prioritas yang terletak pada ujung sambungan kereta | Foto: RED/Adrian Falah Diratama
Pengikat kursi roda | Foto: Adrian Falah Diratama
Pengikat kursi roda | Foto: RED/Adrian Falah Diratama
Kursi untuk pengguna kursi roda dalam keadaan terlipat | Foto: Adrian Falah Diratama
Kursi untuk pengguna kursi roda dalam keadaan terlipat | Foto: Adrian Falah Diratama
Kursi untuk pengguna kursi roda dalam keadaan terbuka | Foto: Adrian Falah Diratama
Kursi untuk pengguna kursi roda dalam keadaan terbuka | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Pada setiap ujung sambungan kereta tersedia kursi yang diprioritaskan untuk penumpang membawa balita, ibu hamil, lansia, dan penyandang disabilitas. Terdapat juga alat pengikat kursi roda beserta kursi lipat bagi pengguna kursi roda yang letaknya ada di tengah-tengah kereta.

Situasi ketika dua orang sedang berpegangan pada handgrip LRT Jabodebek | Foto: Adrian Falah Diratama
Situasi ketika dua orang sedang berpegangan pada handgrip LRT Jabodebek | Foto: RED/Adrian Falah Diratama
Pegangan tangan besi yang panjangnya hanya setengah pintu | Foto: Adrian Falah Diratama
Pegangan tangan besi yang panjangnya hanya setengah pintu | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

LRT Jabodebek juga menyediakan pegangan tangan atau handgrip seperti layanan kereta komuter pada umumnya. Sayangnya, handgrip yang disediakan hanya memanjang mengikuti badan kereta dan tidak ada handgrip yang melintang terhadap badan kereta. Jika kereta dalam keadaan ramai,  penumpang yang berdiri di tengah dua orang yang juga berdiri akan sulit mencari pegangan tangan. Pegangan tangan lainnya dalam bentuk besi memanjang juga terdapat di sisi kiri dan kanan pintu kereta. Sekilas, panjang pegangan tangan di dekat pintu hanya setengah dari tinggi pintu kereta. Penulis tidak mengetahui dasar pemilihan desain tersebut. Tidak ada anak kecil yang mengikuti uji coba ini sehingga penulis juga tidak mengetahui apakah anak kecil dapat berpegangan pada besi tersebut.

Kaca lebar dengan tirainya | Foto: Adrian Falah Diratama
Kaca lebar dengan tirainya | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Tersedia kaca dengan ukuran yang sangat lebar pada kereta ini. Penutup tirai dengan model seperti tirai Commuter Line Bandara juga disediakan. Sangat disayangkan karena kaca yang dapat dibuka hanyalah kaca yang berada di setiap ujung sambungan kereta. Padahal, kaca seperti itu seharusnya tersedia pada setiap kaca kabin penumpang atas dasar keselamatan. Apabila terjadi gangguan pada kereta yang menyebabkan kereta mati dan tidak dapat berjalan, penumpang tetap dapat menghirup udara dari luar kereta dengan membuka setiap kaca kereta.

Ruang bagasi kereta | Foto: Adrian Falah Diratama
Ruang bagasi kereta | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Bagi penumpang yang membawa barang bawaan, penumpang dapat menempatkannya pada bagasi yang dimiliki oleh KRL LRT Jabodebek. Bagasi yang tersedia ada dua model yakni bagasi di dekat sambungan kereta dan rak bagasi yang terletak di atas kaca kereta. Untuk bagasi dekat sambungan, ukuran maksimum barang yang dapat dibawa berukuran tinggi 100 cm, lebar 40 cm, dan panjang 30 cm. Penumpang diperbolehkan membawa transportasi individu, alat olahraga, alat kerja, dan alat musik. Sebaliknya, penumpang dilarang untuk membawa hewan, barang mudah terbakar atau rusak, barang berbau menyengat, dan barang yang dilarang oleh peraturan perundang-undangan.

Rak bagasi kereta yang sempit | Foto: Adrian Falah Diratama
Rak bagasi kereta yang sempit | Foto: Adrian Falah Diratama
Tinggi rak hanya sejengkal tangan penulis | Foto: Adrian Falah Diratama
Tinggi rak hanya sejengkal tangan penulis | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Adapun rak bagasi yang disediakan berukuran agak kecil bagi penulis. Ketika penulis memasukkan tas ransel yang umumnya digunakan orang ke kantor, tas tersebut benar-benar pas dengan ukuran tinggi rak bagasi meskipun tas penulis tidak penuh dengan barang bawaan. Penulis juga sempat mengukur dengan jengkal dan mendapatkan informasi bahwa rak tersebut hanya berukuran setinggi satu jengkal tangan penulis.

LED PIDS yang menampilkan tulisan 'LRT Jabodebek', Logo KAI, dan foto KRL LRT Jabodebek | Foto: Adrian Falah Diratama
LED PIDS yang menampilkan tulisan ‘LRT Jabodebek’, Logo KAI, dan foto KRL LRT Jabodebek | Foto: RED/Adrian Falah Diratama
LED PIDS yang hanya menampilkan tulisan 'PT Kereta Api Indonesia' | Foto: Adrian Falah Diratama
LED PIDS yang hanya menampilkan tulisan ‘PT Kereta Api Indonesia’ | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Untuk memudahkan penumpang terus terinformasi, telah tersedia LED PIDS yang berguna memberikan informasi penting kepada penumpang dalam hal informasi kedatangan kereta, informasi buka pintu, informasi tutup pintu, informasi keberangkatan kereta, dan sebagainya. Sayangnya tidak tersedia informasi apa-apa pada saat itu karena penulis hanya bisa melihat tulisan LRT Jabodebek, logo KAI, dan bentuk kereta LRT Jabodebek. Terkadang PIDS tersebut hanya menampilkan tulisan PT Kereta Api Indonesia. Penulis juga tidak mendengar adanya pengumuman kedatangan, buka pintu, tutup pintu, dan keberangkatan melalui suara seperti yang umumnya terdengar pada moda transportasi umum kereta perkotaan lainnya.

Peta Layanan LRT Jabodebek | Foto: Adrian Falah Diratama
Peta Layanan LRT Jabodebek | Foto: RED/Adrian Falah Diratama
Imbauan untuk melapor kepada petugas jika melihat sesuatu yang mencurigakan | Foto: Adrian Falah Diratama
Imbauan untuk melapor kepada petugas jika melihat sesuatu yang mencurigakan | Foto: RED/Adrian Falah Diratama
Imbauan untuk memberikan kursi prioritas kepada penumpang yang membutuhkan | Foto: Adrian Falah Diratama
Imbauan untuk memberikan kursi prioritas kepada penumpang yang membutuhkan | Foto: RED/Adrian Falah Diratama
Larangan bersandar pada sambungan kereta | Foto: Adrian Falah Diratama
Larangan bersandar pada sambungan kereta | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Pada tembok-tembok kereta telah terpasang Peta Layanan LRT Jabodebek, Peta Jaringan KA Perkotaan Jabodetabek, nomor layanan pelanggan KAI 121, imbauan untuk melaporkan hal mencurigakan, imbauan memberikan kursi kepada penumpang prioritas, imbauan untuk tidak bersandar pada sambungan kereta. Sementara itu, imbauan hati-hati tangan terjepit, imbauan untuk memerhatikan celah peron, imbauan menjaga barang bawaan, larangan bersandar di pintu, dan larangan duduk di lantai kereta terpasang pada pintu kereta.

Untuk membantu permasalahan dalam kondisi darurat, LRT Jabodebek juga menyediakan petunjuk keadaan darurat, arah jalur evakuasi, interkom darurat untuk berbicara dengan masinis, Alat Pemadam Api Ringan (APAR), rem darurat, palu darurat, PPPK, jembatan atau tangga darurat yang terletak di bawah kursi penumpang, dan pembuka pintu darurat. Sebagai perhatian, alat-alat tersebut hanya dapat dimanfaatkan ketika sedang berada dalam keadaan darurat. Adapun nomor yang dapat dihubungi dalam keadaan darurat ialah 112 untuk nomor Polisi, Ambulans, dan Pemadam Kebakaran.

Petunjuk keadaan darurat | Foto: Adrian Falah Diratama
Petunjuk keadaan darurat | Foto: RED/Adrian Falah Diratama
Interkom darurat | Foto: Adrian Falah Diratama
Interkom darurat | Foto: RED/Adrian Falah Diratama
APAR atau Alat Pemadam Api Ringan | Foto: Adrian Falah Diratama
APAR atau Alat Pemadam Api Ringan | Foto: RED/Adrian Falah Diratama
Palu darurat | Foto: Adrian Falah Diratama
Palu darurat | Foto: RED/Adrian Falah Diratama
Kotak PPPK | Foto: Adrian Falah Diratama
Kotak PPPK | Foto: Adrian Falah Diratama
Jembatan darurat | Foto: Adrian Falah Diratama
Jembatan darurat | Foto: RED/Adrian Falah Diratama
Pembuka pintu darurat | Foto: Adrian Falah Diratama
Pembuka pintu darurat | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Permasalahan Teknis Saat Uji Coba

Pengawas pada kabin kereta | Foto: Adrian Falah Diratama
Pengawas pada kabin kereta | Foto: RED/Adrian Falah Diratama

Masalah pertama muncul ketika kereta tiba di stasiun akhir KAI LRT Jabodebek Harjamukti. Sesampainya di stasiun ini, pintu kereta terbuka dan penumpang dipersilakan untuk turun dan berganti peron untuk menaiki kereta arah Dukuh Atas. Meskipun kereta ini didesain untuk beroperasi tanpa adanya masinis, perjalanan ini mengikutsertakan pengawas yang memantau jalannya kereta. Pengawas tersebut menggunakan seragam KAI Divisi LRT dan terus mengawasi perjalanan di dalam kabin kereta pada kereta nomor 6 atau kabin yang mengarah ke Harjamukti. Setelah adanya imbauan kepada penumpang untuk turun kereta, pengawas tersebut membuka kunci pintu kabin yang transparan dan kemudian berjalan dari kereta nomor 6 ke arah kabin sebaliknya (kereta nomor 1).

Saat itu belum ada penumpang yang turun dan tiba-tiba pintu kereta menutup sendiri. Kereta kemudian melaju menuju lokasi penyimpanan kereta sementara atau stabling. Pengawas yang sudah keluar kabin berjalan terburu-buru untuk kembali menuju kabin masinis pada kereta 6. Setelah mengunci pintu kabin, ia langsung mengambil alih kendali kabin. Penulis tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh pengawas tersebut tetapi akhirnya KRL LRT Jabodebek berhasil berhenti di dalam stabling dan tidak menabrak badug atau batas akhir rel yang berfungsi untuk menahan agar kereta tidak anjlok.

Pengawas kembali keluar dari kabin dan berjalan menuju arah kabin sebaliknya (kereta 1). Kereta tidak terlalu lama berada di dalam stabling dan berjalan kembali menuju Stasiun LRT Jabodebek Harjamukti. Perjalanan kembali dari Stasiun LRT Jabodebek Harjamukti menuju Stasiun LRT Jabodebek Rasuna Said berjalan dengan lancar dan tanpa kendala. Penulis telah membuktikan bahwa flange roda kereta pada tikungan dekat UKI dan tikungan di Kuningan dalam perjalanan kembali tidak menghasilkan suara yang sangat berisik. Suara perpindahan wesel ketika masuk Stasiun KAI LRT Jabodebek Cawang karena adanya persilangan dengan jalur LRT Jabodebek dari Jati Mulya juga tidak terdengar.

Masalah kembali muncul ketika kereta berada di Stasiun KAI LRT Jabodebek Rasuna Said. Berbeda dengan perjalanan awal, waktu keberangkatan dari Rasuna Said menuju Setiabudi terbilang sangat lama. Jika sebelumnya pembaca pernah mengalami antrean Commuter Line memasuki Stasiun KAI Commuter Line Manggarai sebelum pemberlakuan SO 5, antrean Commuter Line memasuki Stasiun KAI KAJJ Gambir pada masa Lebaran/ Nataru, ataupun antrean Commuter Line memasuki Stasiun KAI Commuter Line Jakarta Kota maka penulis dapat mengatakan bahwa waktu tunggu keberangkatan KRL dari Stasiun KAI LRT Jabodebek Rasuna Said tidak jauh berbeda.

Selama menunggu waktu keberangkatan, penulis berbincang-bincang dengan teman penulis. Perbincangan tersebut sulit untuk dilakukan karena mengharuskan kedua pembicara untuk berbicara dengan sangat keras karena adanya interupsi dari suara mendengung yang sangat berisik. Dugaannya, suara bising tersebut berasal dari AC yang ada di atap kereta. Suara tersebut tidak dapat terbawa oleh angin karena bentuk bangunan peron stasiun yang sangat tertutup sehingga suara AC terus menderu kencang selama kereta tertahan sangat lama di Stasiun KAI LRT Jabodebek Rasuna Said.

Pada akhirnya kereta berangkat dari KAI LRT Jabodebek Rasuna Said menuju Setiabudi. Penulis mengira KRL hanya akan tertahan di Rasuna Said saja tetapi ternyata kereta juga tertahan menunggu pemberangkatan dari Stasiun KAI LRT Jabodebek Setiabudi. Walau begitu, waktu tunggunya tidak selama ketika kereta tertahan di Rasuna Said. Teman penulis menanyakan permasalahan ini kepada PKD atau Petugas Keamanan Dalam. Menurut PKD tersebut, KRL tertahan di stasiun sebanyak dua kali karena adanya pergantian jalur di Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas.

Penulis mengira masalah tersebut hanya akan terjadi pada layanan Commuter Line tetapi ternyata LRT Jabodebek juga mengalami masalah yang sama. Namun demikian, penulis tidak mengetahui apakah permasalahan ini akan terus terjadi hingga ketika LRT Jabodebek beroperasi secara berbayar nanti. Syukurnya, perjalanan dari Stasiun KAI LRT Jabodebek Setiabudi menuju Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas berjalan dengan lancar tanpa ada gangguan lainnya.

Pada akhirnya kereta tiba di Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas. Di stasiun ini, kereta tidak mengalami masalah pintu yang tiba-tiba kembali tertutup seperti masalah yang sebelumnya terjadi ketika kereta tiba di Stasiun KAI LRT Jabodebek Harjamukti. Jeda waktu antara kedatangan kereta dengan keberangkatan kereta menuju stabling juga tidak selama ketika kereta tertahan di dua stasiun sebelumnya yakni Stasiun KAI LRT Jabodebek Rasuna Said dan Stasiun KAI LRT Jabodebek Setiabudi.

Perjalanan telah berakhir di Dukuh Atas. Penulis kembali menuruni eskalator yang sejauh ini tidak ada masalah. Ketika akan tiba di lantai bangunan stasiun, penulis seperti melihat logo yang tidak asing pada dasar eskalator. Ternyata logo itu ialah logo Fuji, merek eskalator yang juga terpasang pada stasiun-stasiun yang termasuk ke dalam proyek pembangunan Jalur Dwiganda Stasiun KAI Commuter Line Manggarai – Stasiun KAI Commuter Line Bekasi.

Eskalator merek Fuji yang terpasang pada Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas | Foto: Adrian Falah Diratama
Eskalator merek Fuji yang terpasang pada Stasiun KAI LRT Jabodebek Dukuh Atas | Foto: Adrian Falah Diratama

Merek tersebut sering kali menjadi keluhan oleh pengguna jasa Commuter Line karena seringnya perbaikan eskalator dan bahkan ada juga eskalator yang sudah lama mati dan tidak kunjung terselesaikan. Penulis hanya berharap agar eskalator pada stasiun-stasiun KAI LRT Jabodebek tidak menemui nasib yang sama seperti eskalator di stasiun-stasiun jalur dwiganda Stasiun KAI Commuter Line Manggarai – Stasiun KAI Commuter Line Bekasi. (RED/ AFD)

Ikuti kami di WhatsApp dan Google News


Tinggalkan komentar...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

×