Bus

KNKT Ungkap Penyebab Kecelakaan Bus Duta Wisata Terperosok di Guci

Bus pariwisata
Bus Duta Wisata 018 bodi Jetbus3+ SHD facelift saat bertugas sebagai bus mudik gratis di arus mudik 2023, bus inilah yang terlibat dalam tragedi Guci pada bulan Mei kemarin. | Foto: RED/Enrico Perdana Putra

REDigest.web.id, 15/10 – Masih ingat di benak masyarakat Indonesia maupun penggemar bus alias busmania, di mana pada 7 Mei 2023 terjadi peristiwa laratnya bus pariwisata yang membawa rombongan ziarah dari Tangerang di Guci, Tegal.

Bus yang terlibat dalam tragedi tersebut adalah PO Duta Wisata dengan nomor lambung 018 yang dibalut bodi buatan karoseri Adiputro model Jetbus3+ SHD facelift sasis Hino RK8 R260 suspensi per daun.

Diketahui bus dengan nomor polisi B 7260 CGA tersebut parkir di kawasan parkiran tambahan wisata Guci Tegal dan para penumpang sedang berkemas memasukkan barang ke bagasi dan naik ke dalam bus. Namun peristiwa di Minggu pagi tersebut membuat geger masyarakat sekitar Guci bahkan menjadi berita nasional karena bus berjalan dengan sendiri dan terperosok ke celah jurang sebuah sungai.

Saat kejadian terdapat 35 penumpang yang sudah berada di dalam bus dan ikut terbawa sampai bus masuk ke jurang. Akibatnya 2 orang meninggal, 2 orang lainnya luka berat, dan sisanya mengalami luka ringan. Pasca kejadian banyak kabar burung beredar yang menduga terdapat anak kecil memainkan rem parkir, namun banyak juga yang membantah terutama saksi mata yang duduk di dalam bus bahwa tidak ada anak kecil yang mengutak-atik rem parkir tersebut.

Selama 5 bulan masyarakat dibuat bertanya-tanya terhadap penyebab laratnya bus Duta Wisata di Guci Tegal, hingga akhirnya jawaban atas kejadian ini diumumkan oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) pada Rabu, 4 Oktober 2023 lalu di Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan (PKTJ) Tegal. Lantas apa penyebabnya?

Hasil Akhir

Mengutip dari Laporan Investasi LLAJ mengenai kecelakaan tunggal bus Duta Wisata di Guci Tegal terdapat beberapa faktor di antaranya letak geometri jalanan di tempat bus tersebut parkir memiliki persentase kemiringan 8-10% dan jalan turunan depan parkiran di angka 23-28%. Angka tersebut bila di klasifikasi kemiringan lereng dengan perbandingan persentase dan derajat memiliki geometri tingkat kemiringan antara landai hingga curam.

Selain itu, faktor akses jalan dan lokasi parkiran tambahan Wisata Guci Tegal dengan kontur tanah dan kerikil juga mempengaruhi keadaan. Di mana Kondisi dan permukaan jalan di lokasi bukan merupakan tanah padat serta tidak rata. Karena bus parkir di tempat dengan posisi kemiringan yang rawan dan tanah yang tidak stabil, bus hanya mengandalkan sistem rem parkir untuk mempertahankan posisi bus dan menggunakan pengganjal roda dan batu.

Posisi yang rawan tersebut semakin kritis karena terdapat penambahan massa dari para penumpang dan barang di atas bus dengan beban bertambah sebanyak ±2.800 kg, sehingg rem parkir bus Duta Wisata mengalami perubahan ketahanan dari statis menjadi dinamis, roda bus melewati pengganjal roda tersebut dan bus pun larat.

Bus pariwisata
Kondisi bus di dasar jurang berupa sungai pasca bus meluncur ke bawah dan terguling beberapa kali. | Foto: Borneo Street

Masih dari laporan investigasi, berdasarkan teori Fisika khususnya Hukum Newton 1, bus berada di suatu ketinggian tertentu merupakan energi potensial (sejajar dengan massa, gravitasi, dan sejenisnya) sehingga saat terjadi penambahan massa akan memperbesar energi potensial bus dan terjadilah gaya dorong. Pengaruh gaya yang mendorong bus lebih besar dari gaya rem yang mempertahankan bus menyebabkan bus dapat meluncur turun ke bawah.

Teori ini juga diperkuat berdasarkan regulasi di Indonesia, di mana kemampuan gaya rem parkir minimal sebesar 12% dari berat kosong bus. Dan pada kasus ini bobot kosong bus Duta Wisata sebesar 10.340 kg dan besaran gaya rem seharusnya mampu menahan sekurang-kurangnya 1.240,8 kg, yang kenyataannya terdapat “beban” sebesar ±2.800 kg pada bus yang berasal dari puluhan penumpang dan barang tersebut.

Dan berdasarkan UN Regulation besaran gaya rem parkir bus sekurang-kurangnya dapat menahan beban pada kemiringan jalan maksimal 18%, yang kenyataannya jalur di area parkir masih berada di rentang 8-10% namun di jalanan akses parkiran tersebut melebihi batas di angka 23-28%. Dan kemiringan jalan lebih dari 18% kemampuan rem parkir tidak sepenuhnya dapat menahan posisi kendaraan.

Dari alur kejadian tersebut membuat pihak KNKT memberi beberapa rekomendasi seperti pembinaan, pemahaman, dan pengetahuan sistem rem pada kendaraan bus dan truk, terlibatnya pihak wisata dalam menyediakan tempat parkir yang aman sesuai pedoman dan regulasi, hingga tata cara memarkirkan kendaraan di berbagai medan jalan.

Untuk laporan lengkapnya pembaca dapat membuka final report KNKT tersebut melalui tautan berikut ini. (RED/EPP)

Ikuti kami di WhatsApp dan Google News


Terima kasih sudah mempercayakan kami sebagai referensi berita perkeretaapian Anda. Dengan misi sebagai media perkeretaapian yang independen dan faktual, RE Digest hingga saat ini beroperasi dengan biaya pribadi dari masing-masing Tim REDaksi.

Donasi yang Anda berikan sangat membantu kami untuk terus beroperasi dan meningkatkan kualitas informasi yang kami sajikan. Sampaikan dukungan dan donasi Anda melalui link Trakteer di bawah ini

donasi Trakteer

Tinggalkan komentar...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

×