Cerita PenulisKereta ApiKolomRED Citizen JournalismUjicoba

Perjalanan Langsung Kereta Api Semarang-Jakarta: Menghidupkan Kembali Rekor dan Inovasi Kereta Api di Masa Lalu

Semua bermula dari rekor 2 jam 21 menit Jakarta-Bandung di tahun 1992, berlanjut pada Argo Parahyangan Excellence di tahun 2019, hingga konsep Direct Train pada tahun ini yang kembali diperkenalkan, perkeretaapian Indonesia kini membangun inovasi yang menantang waktu dan sejarah. | Foto: Panji Arrashka

Bagian I: Pendahuluan

Pagi itu, suasana Stasiun Semarang Tawang sudah ramai dengan penumpang yang bersiap untuk memulai perjalanan mereka. Antrean di mesin pencetak tiket, meskipun sempat terkendala gangguan teknis pada alat pencetak tiket. Beruntung, masalah tersebut hanya berlangsung beberapa menit, dan Saya akhirnya berhasil mencetak tiket untuk perjalanan hari itu.

Tiket yang Saya pegang menampilkan nama kereta: “Direct Train”. Ini adalah konsep perjalanan kereta langsung tanpa henti yang pernah dilakukan Argo Parahyangan Excellence pada tahun 2019. Namun, layanan tersebut berhenti saat era Covid-19 dan juga rampungnya Kereta Cepat Jakarta Bandung. Kini, konsep ini kembali diperkenalkan, kali ini untuk rute Jakarta-Semarang, menghadirkan kembali perjalanan langsung yang efisien dan nyaman.

Perjalanan Saya dijadwalkan berangkat pada Selasa, 10 Desember, pukul 11:00 siang. Saya mencetak tiket sekitar pukul 09:30, memberi cukup waktu untuk bersantai sebelum keberangkatan. Alih-alih langsung menuju area dalam stasiun, Saya memutuskan untuk menunggu di Loko Café, yang terletak di kawasan Stasiun Tawang, dekat pintu masuk BRT Trans Semarang dan Trans Jateng.

Namun, waktu berlalu sangat cepat. Ketika jam di tangan Saya menunjukkan pukul 10:43, Saya menyadari bahwa Saya hampir terlambat untuk proses boarding. Sepuluh menit kemudian, Saya menuju stasiun dan segera melewati pemeriksaan tiket. Setelah masuk, Saya melihat kereta masih berada di ujung jalur, tengah mengisi bahan bakar. Rasa lega menyelimuti Saya karena meskipun hampir terlambat, Saya masih sempat menaiki Direct Train dan menemukan tempat duduk Saya di Rangkaian Eksekutif 7, tepat di ujung peron.

Bagian II: Pengalaman dan Perjalanan Direct Train

Penampil rute pada Direct Train | Foto: Panji Arrashka

Perjalanan Direct Train relasi Semarang Tawang–Gambir berlangsung selama lima jam, sesuai jadwal yang tertera pada aplikasi Access by KAI. Kereta ini kabarnya merupakan bagian dari uji coba layanan direct yang dirancang sebagai proyek percontohan untuk pengembangan rute kereta langsung pada GAPEKA 2025. Kereta tiba di peron tepat pukul 10.55, hanya lima menit sebelum jadwal keberangkatan.

Susunan rangkaian kereta yang digunakan cukup khas untuk layanan direct, diawali oleh kereta pembangkit Argo Bromo Anggrek di depan, diikuti oleh kelas Compartement Suites berwarna biru, limaeksekutif, satu kereta makan, dan empat kereta eksekutif. Lokomotif yang digunakan adalah CC2061359 CN, sama dengan yang dibawa oleh kereta ini pada malam sebelumnya, mengingat uji coba nya hanya berlangsung selama dua hari.

Kereta berangkat dari Stasiun Semarang Tawang pada pukul 11.02, terlambat dua menit dari jadwal. Setelah perlahan meninggalkan stasiun, kereta perlahan melintasi Stasiun Semarang Poncol dan Dipo Lokomotif Semarang Poncol.

Pada petak Semarang–Weleri, kereta mencapai kecepatan maksimal 110 km/jam, memberikan pengalaman perjalanan yang mulus. Salah satu lokasi yang menarik perhatian adalah daerah Plabuan, spot favorit para railfans untuk mengabadikan kereta yang melintas. Cuaca cerah berawan hari itu memberikan latar sempurna untuk mengambil video kereta yang melaju.

Pemandangan Laut Jawa dilihat dari Direct Train | Foto: Panji Arrashka

Sepanjang perjalanan, beberapa kereta berpapasan dengan Direct Train, seperti KA Argo Bromo Anggrek menuju Surabaya, KA Argo Cheribon menuju Tegal, KA Serayu menuju Pasar Senen, KA Tawang Jaya Premium menuju Semarang, dan KA Kertajaya menuju Surabaya.

Beberapa momen yang menarik terjadi di Beberapa Stasiun. Pertama, Stasiun Pekalongan. Kereta melintas langsung di stasiun ini dengan kecepatan 70 km/jam, sesuatu yang jarang terjadi karena semua kereta berhenti di sini, termasuk layanan kereta kelas Argo seperti KA Argo Bromo Anggrek. Kedua, di Stasiun Tegal melintas langsung di Stasiun Tegal dengan kecepatan yang lebih lambat, sekitar 40–50 km/jam, karena tikungan rel di sekitar stasiun ini yang membutuhkan kehati-hatian lebih. Tikungan besar di dekat sinyal keluar menjadi salah satu kereta harus melambat saat meninggalkan stasiun.

Lalu Ketiga, di Stasiun Cirebon kereta berhenti luar biasa di sini selama satu menit. Meski status direct sempat dipertanyakan, tidak ada aktivitas signifikan seperti pergantian masinis atau penumpang naik-turun. Beragam spekulasi muncul, termasuk teori bahwa kru mengambil pesanan brownies, atau inspeksi direksi utama, tetapi hal ini tidak dapat dikonfirmasi. Keempat, Stasiun Cikampek kereta melintasi sepur kembar di Stasiun Cikampek, bertemu dengan KA Serayu. Direct Train diberikan prioritas meskipun dengan nomor lebih rendah dari KA Serayu, memungkinkan kereta melaju lebih cepat setelah melewati wilayah Dawuan dan Karawang.

Setibanya di Stasiun Gambir pukul 15.53, tujuh menit dari jadwal. Kedatangan lebih cepat ini memberikan waktu bagi beberapa penumpang untuk mengabadikan momennya di Stasiun Gambir ini. Di peron, terlihat beberapa content creator dan admin Instagram KAI121 yang sedang membuat dokumentasi untuk kereta ini. Perjalanan yang menempuh total 4 jam 51 menit ini tidak hanya memperkenalkan pengalaman baru bagi penumpang, tetapi juga menjadi bagian dari langkah awal inovasi layanan kereta api langsung di Indonesia.

Bagian III: Penilaian dan Penutup

Rangkaian KA Direct Train saat BLB di Stasiun Cirebon | Foto: Panji Arrashka

Perjalanan dengan Direct Train ini memberikan gambaran yang menjanjikan tentang inovasi layanan kereta api langsung di Indonesia yang sempat mati beberapa tahun silam. Dengan waktu tempuh yang singkat dan harga yang terjangkau, kereta ini menawarkan alternatif menarik bagi penumpang yang ingin mencapai pusat kota dengan lebih efisien. Tiket kelas eksekutif dihargai Rp200.000, sedangkan kelas Compartement Suites tersedia dengan harga Rp750.000, menawarkan pengalaman yang menyerupai kenyamanan kereta Argo Lawu, Taksaka, dan Argo Bromo Anggrek.

Selama perjalanan, kereta mampu mencapai kecepatan puncak 119 km/jam di beberapa titik, mendekati standar jalur lintas selatan pada rute Yogyakarta–Kroya. Namun, beberapa petak jalur masih terdapat guncangan dan terkena batas kecepatan yang cukup signifikan, kira-kira 50-60 km/jam di petak Cirebon-Jatibarang, serta dengan guncangan yang cukup signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan rel dan infrastruktur oleh DJKA (Direktorat Jenderal Perkeretaapian) masih diperlukan untuk meningkatkan kenyamanan penumpang di masa mendatang.

Beberapa hal yang dapat dievaluasi menurut Saya meliputi:

  • Berhenti Luar Biasa di Stasiun Cirebon. Meskipun singkat, pemberhentian di Cirebon mengurangi kesan layanan direct yang seharusnya tanpa henti. Penyempurnaan jadwal dan rute dapat dilakukan agar perjalanan lebih optimal.
  • Mengurangi guncangan di beberapa petak jalur akan meningkatkan kenyamanan perjalanan. Pengelolaan Kru dan Layanan, Penugasan kru yang konsisten serta peningkatan layanan selama perjalanan dapat memperkuat kesan positif dari layanan ini.

Sebagai uji coba, Direct Train telah menunjukkan potensi besar untuk memenuhi kebutuhan transportasi jarak jauh yang cepat dan efisien. Dengan waktu tempuh singkat, harga yang murah, dan kenyamanan kelas eksekutif maupun Compartement Suites, kereta ini menjadi pilihan menarik bagi beberapa segmen penumpang. ke depan, dengan perbaikan infrastruktur dan evaluasi operasional, layanan ini dapat menjadi standar baru dalam transportasi kereta api di Indonesia. (RED Citizen Journalism/Panji Arrashka)

Ikuti kami di WhatsApp dan Google News


One thought on “Perjalanan Langsung Kereta Api Semarang-Jakarta: Menghidupkan Kembali Rekor dan Inovasi Kereta Api di Masa Lalu

  • Gatut Subadio

    Tulisan bagus, hakekatnya ada 2 point yg perlu dibahas, aspek bisnis dan aspek operasional, dlm aspek bisnis blm tersentuk apakah penumpang okunpansi penuh, separo atau bagaimana, aspek operasional sudah diceritakan, perlu ditambah manajemen risiko operasional..dan peta pengaturan kecepatan..pada jalur tertentu…apa yg bisa ditinfkatkan..kualitas kereta/bogie, tingkat keramaian simpangan bidang..dilihat secara ekositem pengelolaan operasional kereta api

    Balas

Tinggalkan komentar...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

×