InternasionalRagamSejarah KA

Jack, Si Baboon Persinyalan

Seekor baboon sedang menarik tuas sinyal diawasi pak Wade, ia bernama Jack | sumber
Jika di Jepang ada Tama dan Nitama si kucing penjabat kepala stasiun, di Afrika Selatan ada seekor baboon yang pernah menjadi petugas persinyalan untuk perkeretaapian disana. Ia melakukan pekerjaannya dengan sangat bagus sehingga ia mendapatkan julukan “Jack The Signalman” atau “Jack Si Petugas Sinyal”.
Baboon ini bernama Jack, ia pernah bertugas sebagai petugas sinyal di stasiun Uitenhage, Capetown, Afrika Selatan. Pada tahun 1881, seorang petugas stasiun yang bernama James Wade melihat seekor baboon mengarahkan sebuah gerobak, maka beliau yang kehilangan kedua kakinya karena kecelakaan kereta yang menimpanya pada tahun 1877 membeli hewan cerdas tersebut untuk menariknya berkeliling diatas sebuah troli.
Jack awalnya dipercaya untuk memegang kunci gudang batubara, dan menyirami tanaman di sekitar stasiun. Hingga pak Wade melatihnya untuk mengoperasikan tuas sinyal. Jack mempelajari tiap label pada tuas sehingga ia mengetahui tuas mana yang harus ditarik saat kereta mendekat masuk ke stasiun Uitenhage. Cara kerjanya, pak Wade memberikan kode berupa jumlah jari sesuai nomor jalur kepada Jack, lalu Jack menarik tuas sinyal yang tepat dengan arahan jari pak Wade. Namun akhirnya, Jack tidak lagi membutuhkan arahan dari pak Wade dan benar-benar mengetahui tuas yang mana yang harus ia tarik. Karena Jack selalu ada dalam pengawasan pak Wade, ia tidak pernah melakukan kesalahan atau harus disuruh dua kali.
Jack sedang mendorong lori yang dinaiki pak Wade
Hubungan antara majikan dan hewan latih inipun menjadi sebuah ikatan pertemanan. Tinggal disebuah pondok dekat stasiun, ia belajar untuk mendorong pak Wade dengan troli, termasuk naik dan turun bukit.
Saat pak Wade masih melakukan pekerjaan sebagai PPKA secara keseluruhan, Jack hanya melihat apa yang dilakukan tuannya tersebut. Namun Jack sangat cepat belajar, ia tahu bahwa jika peluit berbunyi 4 kali, maka si teknisi kereta membutuhkan kunci gudang batubara. Biasanya, dengan lambat pak Wade keluar ruanagan stasiun dengan lambat karena keadaannya. Namun ketika Jack hadir, pak Wade hanya perlu memberikan kunci kepada Jack kemudian Jack berlari ke teknisi untuk memberikan kuncinya. Karena kelakuannya ini, Jack menjadi terkenal dan menjadi “maskot” bagi stasiun Uitenhage. Bahkan beberapa orang datang ke stasiun hanya untuk menonton aktitivitas Jack sehari-hari. Mereka menganggap ini sebagai sesuatu yang menghibur untuk semua kalangan masyarakat dari berbagai usia.
Namun, ketika seorang wanita terkemuka mengeluhkan hal ini ke otoritas perkeretaapian karena Jack adalah seekor kera dan tidak memiliki kompetensi dalam hal bekerja, Jack dan pak Wade dipecat. Setelah pak Wade memberi pembelaan, manager sistem dan beberapa staf lain mengunjungi stasiun tersebut , dan menguji kecakapan Jack dalam mengoperasikan persinyalan. Sang manager pun terketjut melihat Jack lulus dalam semua tes yang diberikan. Jack dan pak Wade pun mendapatan kembali pekerjaannya. Sejak itu pula Jack mendapat julukanya, yaitu “Jack The Signalman”. 
Pak Wade dan Jack menjalani kehidupan mereka yang damai hingga tahun 1890, Jack mengidap penyakit tuberkulosis dan meninggal dunia. Kesedihan pak Wade sangatlah mendalam saat kehilangan sahabatnya mengingat mereka tidak terpisahkan. Tulang tengkorak Jack dipajang di Musium Albany di Grahamstown, sedangkan galeri foto memorandum dibuka di stasiun Uitenhage yang tua. Kisahnya pun diangkat di sebuah jurnal pada tanggal 24 Juli 1890 dan kembali diceritakan dalam sebuah surat kabar edisi 11 November 1990.

Dito Aldi Soekarno Putra | RE Digest | sumber

Ikuti kami di WhatsApp dan Google News


Tinggalkan komentar...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

×