IndonesiaKereta ApiOpini

[OPINI] Harapan Terhadap Perkeretaapian Pasca Lebaran

Lebaran
Perkeretaapian di Indonesia kini semakin beragam sarananya

Hari Raya Idul Fitri merupakan momentum bagi manusia untuk menjadi individu yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Sia-sialah puasa seseorang selama bulan Ramadhan bila seorang individu masih menjadi seseorang yang sama saja seperti kemarin pada saat lebaran tiba.

Sebagai sistem buatan manusia, perkeretaapian pun semestinya harus semakin baik dari waktu ke waktu dalam melayani pengguna jasanya. Momentum lebaran dapat menjadi tonggak untuk para penyelenggara perkeretaapian dalam memerbaiki pelayanan atau sistem yang hingga saat ini mungkin masih dirasa kurang.

Lantas, apa saja yang bisa kita harapkan dari perkeretaapian Indonesia setelah lebaran ini?

Mari kita kelompokkan harapan lebaran tersebut

Harapan lebaran dari operator tertua dengan jaringan terluas, Kereta Api Indonesia

lebaran
KAIS Rail Two yang terlalu sering dipakai bepergian, jika dibanding dengan masa-masa ketika masih menggunakan KAIS Wijayakusuma

Sebagai operator kereta api terbesar di Indonesia, tentu saja banyak plus-minus dari segi pelayanan kepada pengguna jasa oleh Kereta Api Indonesia (KAI). Seperti halnya masalah makanan di atas kereta yang dulu rasanya tidak enak, kini mulai dibenahi dan mulai banyak yang memuji kualitas makanan di atas kereta. Atau sistem penjualan tiket yang bisa dibilang sudah lebih baik dari sebelumnya.

Meski demikian, masih ada beberapa downgrade seperti halnya penurunan fasilitas kereta eksekutif: kursi penumpang rusak, lampu yang terlalu terang, pemilihan desain, kualitas finishing, dan lain-lain. Tentunya semua berharap hal ini bisa diperbaiki.

Dari media sosial sendiri, ada satu hal yang menarik perhatian yaitu penggunaan kereta inspeksi (KAIS) yang menurut warganet sedikit berlebihan. Bahkan, pengamat perkeretaapian Taufik Hidayat pernah dua kali membahas hal tersebut pada kirimannya di akhir tahun 2018 dan pada akhir Mei 2019 yang lalu. Pada kiriman yang disebutkan terakhir, Taufik menganggap bahwa penggunaan KAIS di tengah-tengah masa angkutan lebaran hanya mengganggu pelayanan masing-masing daerah operasi. Beberapa warganet pada kolom komentar bahkan membanding-bandingkan dengan era sebelumnya di mana inspeksi langsung diadakan dengan menggunakan kereta api biasa dan berbaur dengan penumpang. Suatu hal yang mungkin dapat dicatat untuk seterusnya ke depan.

Selain itu, KA lokal juga menjadi sorotan di mana baru-baru ini KA lokal Cikampek-Purwakarta akan dibuat melintas langsung di Stasiun Kemayoran. Hal ini dikhawatirkan akan menyulitkan calon pengguna jasa karena harus menuju Stasiun Tanjung Priok atau Stasiun Tambun terlebih dahulu.

Tidak hanya di wilayah Daop 1, KA lokal di Daop lain seperti Daop 6 Yogyakarta dan Daop 8 Surabaya pun masih perlu perbaikan layanan. Kekurangan armada kereta rel diesel (KRD) masih jadi sebab utama tidak optimalnya layanan komuter di daerah. Harapannya, KAI akan lebih memerhatikan KA-KA lokal yang ada di seluruh wilayah operasionalnya. Khusus untuk Daop 6 Yogyakarta, harapannya KAI akan menggenjot proyek elektrifikasi jalur bersama pemerintah daerah dan pemerintah pusat karena proyek elektrifikasi tersebut telah tertunda bertahun-tahun lamanya.

Dari operator kereta komuter dengan jaringan terluas di negeri ini, Kereta Commuter Indonesia

lebaran
Pemotongan formasi rangkaian masih menjadi salah satu masalah utama, namun normalisasi formasi rangkaian sudah dijanjikan akan dilakukan mulai bulan ini. Dalam bingkai KRL seri 5000 rangkaian 5817F, hingga kini masih beroperasi dengan formasi terpotong yaitu 8 kereta, dan memiliki formasi baku 10 kereta.

Dibanding tulisan sebelumnya yang dapat dibaca dengan mengklik kalimat ini, pelayanan dari Kereta Commuter Indonesia (KCI) setelah lebaran sudah menunjukkan perbaikan. Masalah utama KCI selama ini, yaitu roda dan formasi rangkaian, sudah mulai berhasil diselesaikan. Sebanyak dua rangkaian KRL yang sebelumnya diperpendek menjadi 8 kereta dari 10 kereta telah beroperasi dengan formasi bakunya kembali, meskipun salah satunya harus meminjam dua kereta secara sementara dari rangkaian lain.

Dari tabel yang pernah dimuat pada tulisan sebelumnya ini, dua rangkaian KRL yaitu seri 203 rangkaian BOO106 dan seri 205 rangkaian BOO142 telah beroperasi dengan formasi normalnya. Namun, BOO106 harus meminjam dua kereta secara sementara dari rangkaian BOO108 sampai kereta aslinya selesai melakukan penggantian roda. Satu rangkaian lain yaitu seri 205 rangkaian BOO69 yang meminjam dua kereta dari BOO144, sepertinya mengalami penggantian formasi permanen yang akan berefek pada susunan rangkaian kereta pada BOO144 di masa depan.

Selain berhasil menormalisasi dua formasi rangkaian KRL, KCI juga telah berhasil merekayasa susunan tiga rangkaian KRL seri 205 formasi 8 kereta menjadi dua rangkaian formasi 12 kereta. Program rekayasa formasi ini sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun lalu, namun entah mengapa tertunda sampai satu tahun dan satu bulan sampai Direktur Teknik KCI saat ini, Jhon Robertho, mengambil tindakan dengan merealisasikan program tersebut. Jhon sendiri sebelumnya sudah mengumumkan ihwal hal ini pada acara “Sosialisasi Aman dan Nyaman Naik Commuter Line” di ballroom Hotel Mercure Hayam Wuruk pada Selasa (21/5) yang lalu.

Hasilnya? Rangkaian formasi 12 kereta kini surplus. Tentu ini adalah sebuah kabar baik. Dan tak jarang pula rangkaian formasi 12 kereta menolong rangkaian formasi 10 kereta yang saat ini keberadaannya sangat kurang, akibat seolah rangkaian formasi 10 kereta kurang diperhatikan oleh KCI dibanding formasi 12 kereta dan formasi 8 kereta.

Salah satu perwakilan penumpang dari komunitas Jalur Serpong berpose dengan tagar #2019RangkasSF12 bersama Direktur KCI Jhon Robertho sebagai penyampaian aspirasi akan urgensi pengoperasian rangkaian KRL formasi 12 kereta di lintas Tanah Abang-Rangkasbitung

Meskipun rangkaian formasi 12 kereta sudah surplus, ada satu hal yang belum berhasil KCI lakukan, yaitu mengoperasikan KRL formasi 12 kereta di lintas Tanah Abang-Rangkasbitung. Padahal, penumpang KRL lintas Tanah Abang-Rangkasbitung yang tergabung dalam komunitas Jalur Serpong telah menyampaikan secara langsung aspirasi tentang urgensi pengoperasian KRL formasi 12 kereta di lintasnya pada acara yang sama.

Alih-alih mengoperasikan rangkaian formasi 12 kereta di jalur Tanah Abang-Rangkasbitung, KCI malah menambah satu rangkaian formasi 10 kereta yang hanya digunakan sebagai cadangan dan disimpan di Parung Panjang. Semestinya, rangkaian ini bisa digunakan di jalur lain yang masih kekurangan rangkaian formasi 10 kereta.

Bagusnya, lintas Tanah Abang-Rangkasbitung kini tidak lagi dimonopoli KRL seri 205. KRL seri 203 telah menjadi salah satu pemain reguler di jalur ini sejak Mei lalu. Selain tentunya rangkaian KRL formasi 12 kereta yang harus disegerakan, KRL seri 6000 formasi 10 kereta juga ditunggu untuk dioperasikan di jalur ini meskipun hanya sampai seluruh armada yang beroperasi di lintas Tanah Abang-Rangkasbitung berubah menjadi rangkaian formasi 12 kereta.

Harapannya, KCI akan lebih memerhatikan rangkaian-rangkaian formasi 10 kereta. Jumlah rangkaian formasi 10 kereta adalah yang terbanyak yang dimiliki KCI pada saat ini, yaitu 43 rangkaian. Namun mayoritas memiliki kondisi yang tidak sebaik rangkaian formasi 12 kereta. Seperti AC panas, tirai rusak, jendela tidak dapat ditutup. Kebanyakan rangkaian formasi 10 kereta yang memiliki kondisi tersebut adalah seri 205 yang sudah terlalu lelah karena terlalu banyak berdinas di jalur Rangkasbitung. Sehingga perlu adanya “pertolongan” seperti memasukkan rangkaian formasi 12 kereta atau memasukkan seri 6000 formasi 10 kereta agar perawatan seri 205 formasi 10 kereta yang mayoritas di bawah naungan Dipo Bogor alias perawatannya jauh ini menjadi lebih maksimal.

Juga, normalisasi formasi rangkaian KRL yang dijanjikan oleh Direktur Teknik KCI akan dimulai bulan ini dapat berjalan lancar, dan semua KRL yang mengalami pemotongan formasi akibat roda tipis (bukan karena kerusakan permanen seperti yang dialami 1080F) akan kembali normal dengan segera. Salah satu penulis kami lainnya pun berharap bahwa pemotongan formasi rangkaian di masa depan akan hilang sama sekali.

Pun begitu dengan rekayasa formasi KRL seri 205 dari jalur Musashino agar dapat dilanjutkan, beserta perbaikan pendingin udaranya yang tidak pernah bekerja maksimal.

Stasiun yang belum memiliki vending machine? Kita semua sudah bisa tenang karena perangkat vending machine sedang dalam proses pemesanan dan pasti akan bertambah jumlahnya tahun ini. Passenger Information Display yang sering error pun sudah diperbarui program dan tampilannya menjadi lebih baik.

Bagaimana dengan lintas bandara yang dioperasikan Railink?

KA bandara relasi Bekasi-Bandara | foto: Adrian Falah Diratama

Harapannya adalah kereta bandara bisa segera beroperasi ke Jakarta Kota dan Manggarai dibuka untuk penumpang. Itu aja sih…

Dari si anak baru, MRT Jakarta

Rangkaian LBB6 memasuki Stasiun Blok M. Tidak se-flawless itu, MRT Jakarta pun masih memiliki kekurangan dalam pelayanannya.

Satu hal yang ditunggu dari MRT Jakarta adalah kartu Jelajah versi multi trip yang sampai saat ini masih belum bisa dirilis ke publik. Penggunaan kartu berlangganan tentu saja akan mempermudah pengguna jasa dalam menggunakan layanan transportasi publik. Harapannya, semoga MRT Jakarta dan pihak terkait dapat mengakselerasi perizinan kartu multi trip ini.

Dalam hal pelayanan, ada beberapa hal yang menjadi sorotan. Yaitu flow penumpang, jumlah vending machine, jumlah loket, dan jumlah gerbang tiket elektronik. Beberapa pengguna juga sebelumnya mengeluhkan keberadaan tempat sampah yang sangat minim. Di mana alasan dari minimnya tempat sampah ini adalah agar penumpang membawa sampahnya dan membuangnya di luar area stasiun. Namun, di luar stasiun pun tidak menjamin penumpang akan langsung menemukan tempat sampah, sehingga keberadaan tempat sampah dengan jumlah yang cukup rasanya tetap diperlukan.

Jumlah loket, vending machine, dan gerbang tiket elektronik juga sempat beberapa kali dikeluhkan karena jumlahnya yang lagi-lagi terlalu sedikit. Sehingga membuat antrian penumpang yang seharusnya bisa dihindari. Harapannya, setelah lebaran ini MRT Jakarta dapat memperbaiki itu semua.

Dan… LRT Jakarta?

Jangan dulu berharap banyak karena pelayanannya dalam pengoperasian reguler belum dapat dinilai. Berharap saja pembukaan operasi regulernya tidak ditunda lagi setelah ditunda-tunda terus hingga molor satu tahun dari rencana awal. Sehingga kita semua bisa segera merasakan LRT dalam pengoperasian reguler. (RED/MPF)

Ikuti kami di WhatsApp dan Google News


Tinggalkan komentar...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

×