25 Tahun CC 203: Karir Panjang Sang Railsprinter
Para pembaca mungkin pernah melihat atau setidaknya mendengar nama CC 203. Yap, lokomotif ini merupakan salah satu jenis lokomotif yang banyak digemari railfans. Dengan bentuk hidung miringnya yang khas, lokomotif ini tampak sangat aerodinamis di antara lokomotif lain di Indonesia yang bentuknya cenderung mengotak.
Selain itu, lokomotif ini pada saat awal dinasnya dahulu hampir secara eksklusif digunakan sebagai lokomotif penarik KA-KA “bendera” yaitu KA Argo yang diresmikan berbarengan sehingga menambah “kehormatan” yang disandang lokomotif ini. Dari sinilah pula julukan Railsprinter yang populer di kalangan railfans Indonesia bermula.
Tanpa terasa, sudah 25 tahun lokomotif jenis ini telah berdinas di Indonesia. Perjalanan yang tidak singkat ini tentu saja telah meninggalkan banyak jejak sejarah. Penasaran bagaimana? Tim REDaksi akan uraikan dalam artikel berikut ini!
Selayang Pandang CC 203
Dalam sistem penomoran KAI, CC 203 bermakna sebagai berikut:
- CC: lokomotif ini mempunyai enam gandar penggerak pada dua bogie. Masing-masing bogie punya tiga gandar penggerak
- 2: penanda jenis lokomotif diesel elektrik
- 03: adalah lokomotif diesel elektrik seri 03
Penomoran lokomotif di Indonesia dimulai dari seri 00, sehingga CC 203 merupakan lokomotif diesel elektrik jenis keempat.
Lokomotif buatan General Electric ini memiliki kode pabrik GE U20C. Namun berbeda dengan lokomotif GE U20C pada umumnya, lokomotif U20C pesanan Indonesia ini mengunakan kabin berbentuk khusus yang dikenal sebagai kabin widecab yang didesain oleh Goninan Works Australia. Disebutkan di Majalah KA edisi Mei 2014, kabin lokomotif CC 203 ini dibuat dengan bentuk trapesium agar lebih aerodinamis dan mengurangi penumpang gelap.
Sedang disebutkan di buku Lokomotif & Kereta Rel Diesel di Indonesia Edisi 3, desain kabin ini kemudian ikut digunakan pada lokomotif CC 204 batch 2 (CC 204 08 hingga CC 204 37, penomoran baru CC 204 06 01 hingga CC 204 11 17). Selain itu, beberapa unit lokomotif CC 201 juga memiliki kabin yang meniru desain pada lokomotif CC 203.
Disebutkan di buku yang sama, CC 203 sendiri merupakan pengembangan dari desain CC 201 pada bentuk hidungnya. Karena meski memiliki perbedaan bentuk kabin, lokomotif CC 203 mempunyai dimensi rangka dasar, bogie, ruang mesin, lebar, dan tinggi bodi yang sama dengan CC 201.
Sementara itu, dari segi mesin, lokomotif ini menggunakan mesin GE 7FDL-8. Jenis mesin ini pertama kali digunakan lokomotif CC 201 dan terus digunakan hingga lokomotif CC 206 (CM20EMP), dan termasuk pula CC 203. Meskipun demikian terdapat perbedaan dengan CC 201, yaitu pada CC 203 mempunyai dua tingkat turbocharger dengan daya mesin total 2150 HP dan ke traksi 2000 HP. Sedang pada CC 201 turbocharger hanya satu tingkat dengan daya mesin total 1950 HP dan ke traksi 1825 HP.
Lokomotif CC 203 PT KAI
Di PT KAI, terdapat 37 unit lokomotif CC203 dan semuanya masih berdinas. Menurut nomor baru Kemenhub mereka, lokomotif ini terbagi atas 4 batch yaitu 1995 (12 unit), 1998 (17 unit), 2001 (3 unit), dan 2002 (4 unit). Sementara menurut produksinya, lokomotif ini terbagi menjadi dua kelompok, yaitu produksi GE Amerika Serikat dan PT GE Lokindo Indonesia.
Meskipun demikian, diketahui dari data pada buku Lokomotif & Kereta Rel Diesel di Indonesia Edisi 3, tahun kedinasan CC 203 tidak semuanya sesuai dengan data Kemenhub. Lokomotif CC 203 15 sampai 27 sudah beroperasi tahun 1997, namun mempunyai nomor CC 203 98 03 hingga 98 15. Lokomotif CC 203 28 sampai 30 beroperasi tahun 1998 namun memiliki nomor CC 203 98 16 hingga 98 18. Dan terakhir lokomotif CC 203 35 sampai 37 beroperasi tahun 2000 tapi mempunyai nomor CC 203 01 05 hingga 07.
Lokomotif CC 203 pertama didatangkan langsung dari Amerika Serikat secara utuh atau complete built up (CBU) pada tahun 1995. Terdapat 12 lokomotif di angkatan ini yaitu CC 203 01 hingga CC 203 12 (CC 203 95 01 hingga CC 203 95 12). Menurut informasi The Diesel Shop, lokomotif CC 203 yang didatangkan langsung dari Amerika ini mempunyai builder number 48372 – 48383 dan dibuat pada Februari hingga Maret 1995.
Pada tanggal 31 Juli 1995, Presiden Soeharto meluncurkan KA Argo Bromo JS-950 dan KA Argo Gede JB-250 di Stasiun Gambir. Peluncuran kedua kereta api ini juga menandakan peluncuran lokomotif CC 203 di lingkup Perumka.
Kemudian pada 17 Desember 1996 diluncurkan lokomotif CC 203 produksi Indonesia untuk ekspor dan impor di Stasiun Gambir. Lokomotif yang diluncurkan adalah CC 203 13 & 14 serta ICTSI 1. Lokomotif ICTSI 1 ini kelak diekspor ke Filipina untuk perusahaan International Container Terminal Services Inc. (ICTSI) dan digunakan hingga tahun 2003. Lokomotif ini kemudian dijual ke Australia pada tahun 2007 dan berpindah-pindah kepemilikan di sana hingga tahun 2012.
Selengkapnya:Â Kisah Hidup GE U20C yang Pernah Tinggal di 3 Negara
Lokomotif produksi Indonesia ini dibuat oleh PT GE Lokindo (GELI). Perusahaan yang merupakan joint venture antara PT INKA dan General Electric ini dibentuk untuk produksi lokomotif CC 203 di INKA. Lokomotif CC 203 13 hingga CC 203 41 seluruhnya diproduksi oleh PT GELI.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari buku Perumka Membangun, 51 Tahun Perkeretaapian Indonesia, PT GELI dibentuk pada 5 Oktober 1995. Menurut laporan dari KPPU pada pemutusan kasus pengadaan lokomotif CC 204, perusahaan ini terus eksis hingga kemudian dilikuidasi pada tahun 2001.
AC Lokomotif CC 203
Lokomotif CC 203 menjadi lokomotif pertama yang dipasang AC di Indonesia. Diketahui merek AC yang pertama digunakan lokomotif ini adalah AC Carrier. Lokomotif CC 203 yang pertama kali dipasang AC adalah lokomotif CC 203 produksi PT GELI. Sedangkan lokomotif CC 203 yang langsung dibuat dari Amerika Serikat dipasang AC kemudian pada saat perawatan. Akan tetapi, sekitar tahun 2002 AC lokomotif ini sudah tidak digunakan lagi.
Lokomotif CC 203 01 07 menjadi lokomotif CC 203 pertama yang kembali dipasang AC saat dilakukan ACnisasi massal di lokomotif Indonesia pada tahun 2016. Lokomotif ini menjadi satu di antara dua lokomotif selain CC 201 83 05 yang mendapat pemasangan AC. Pada ujicoba ini, terdapat dua jenis AC yang digunakan, yaitu AC PowerRail pada CC 203 01 07, dan AC Thermorail pada CC 201 83 05.
Setelah sukses, pada tahun 2019Â program ini secara resmi diterapkan secara meluas. Saat ini telah ada beberapa lokomotif CC 203 yang kembali dipasang AC, dengan yang pertama dipasang AC kembali adalah lokomotif CC 203 95 04. Merek AC yang digunakan pada penerapan meluas program ini adalah AC Thermorail seperti yang digunakan pada lokomotif CC 201 83 05.
Lokomotif CC 203 PT TEL
Sementara itu, lokomotif CC 203 31 hingga CC 203 34 dimiliki oleh PT Tanjung Enim Lestari (TEL) di Sumatera Selatan. Dalam penomoran baru lokomotif ini bernomor CC 203 01 01 hingga CC 203 01 04. Keempat lokomotif yang digunakan untuk menarik KA pulp ini memiliki alokasi Dipo Tanjungkarang. Lokomotif ini terkenal dengan liverynya yang unik, yaitu livery hijau khas PT TEL.
Meskipun pada nomor baru Kemenhub mereka lokomotif ini memiliki tahun 2001, keempat lokomotif ini telah beroperasi tahun 1999.
Salah satu lokomotifnya yaitu CC 203 33 mengalami kecelakaan hebat pada 27 Desember 2007. Saat itu lokomotif beserta rangkaiannya yaitu 24 gerbong GGW pengangkut pulp terguling. Akibatnya, lokomotif ini rusak berat karena terguling, begitu pula dengan 17 rumah yang tertimpa rangkaian KA pulp. Setelah kecelakaan lokomotif ini diperbaiki dan berdinas kembali dengan nomor CC 203 33R.
Berdasarkan informasi dari railfans setempat, lokomotif ini terakhir tampak di lintas pada 2015-2016. Saat ini lokomotif CC 203 PT TEL tersimpan di dua tempat. CC 203 01 03 dan 01 04 tersimpan di Tarahan, sedang CC 203 01 01 dan 02 tersimpan di Rambang Dangku, Muara Enim.
Beberapa Peristiwa Luarbiasa Hebat
Selain CC 203 33 punya TEL, beberapa lokomotif CC 203 punya KAI juga mengalami kecelakaan hebat. Di antaranya adalah
- CC 203 17 saat menarik KA Empu Jaya bertabrakan dengan KA Gaya Baru Malam Selatan dengan lokomotif CC 201 44 di Ketanggungan Barat. Peristiwa ini terjadi pada 25 Desember 2001. Akibatnya kedua lokomotif beserta rangkaiannya mengalami kerusakan akibat benturan, dan 31 orang meninggal.
- CC 203 39 saat menarik KA Sembrani bertabrakan dengan CC 201 135 KA Kertajaya di Stasiun Gubug. Peristiwa ini terjadi pada 14 April 2006. Akibatnya kedua lokomotif terguling bersama dengan beberapa kereta dari kedua rangkaian. 14 orang meninggal dalam kejadian ini, dengan yang terbanyak berada dalam lokomotif KA Kertajaya.
- CC 203 40 saat menarik KA Argo Bromo Anggrek menyeruduk KA Senja Utama Semarang di Petarukan pada 2 Oktober 2010. Akibatnya dua kereta di belakang rangkaian KA Senja Utama Semarang hancur dan 36 orang meninggal. Sedang CC 203 40 juga mengalami sejumlah kerusakan.
- CC 203 11 saat menarik KA Mutiara Selatan bertabrakan dengan KA Kutojaya Selatan dengan CC 201 62 di Langen. Peristiwa ini terjadi pada 28 Januari 2011. Akibatnya 5 orang meninggal saat kereta pertama dari rangkaian KA Kutojaya Selatan terdorong oleh lokomotifnya.
- CC 203 95 12 saat menarik KA Bangunkarta membentur truk yang sedang mogok pada 17 Juli 2013 di wilayah Sragen. Akibatnya kabin lokomotif ringsek akibat tertimpa gulungan kertas.
Spesifikasi Teknis
Alokasi
Keterangan:
- Nomor Lama: Nomor yang digunakan dari pertama berdinas hingga penerapan nomor Kemenhub baru (2010-2011)
- Nomor Baru: Nomor Kemenhub baru yang digunakan (2011-sekarang)
- Singkatan Dipo: YK Yogyakarta, BD Bandung, PWT Purwokerto, MN Madiun, JR Jember, JNG Jatinegara, SDT Sidotopo, SMC Semarang Poncol, TNK Tanjungkarang
Masa Depan Lokomotif CC 203
Di usianya yang sudah tidak dapat dibilang muda ini lokomotif CC 203 telah mengalami diversifikasi peran dari ketika ia lahir dahulu. Dari yang sebelumnya sangat eksklusif sebagai lokomotif penarik KA Argo menjadi lokomotif yang amat serbaguna, dari dinasan KA eksekutif dan bisnis/premium, hingga lokalan. CC 203 di PT KAI juga sekarang tidak jarang terlihat sebagai lokomotif penarik KA barang, seperti misal KA Ronggocargo.
Meski demikian, sosoknya yang unik dapat dikatakan menjadi ciri khas tersendiri yang terus bertahan. Kita hanya dapat berharap semoga lokomotif CC 203 akan panjang umur. Terlebih pendahulunya, CC 201 saat ini juga telah berusia lebih dari 40 tahun dan masih bertahan. (RED/IHF)
Referensi
-Majalah KA Edisi Mei 2014
-Lokomotif & Kereta Rel Diesel di Indonesia Edisi 3
-Harian Bernas 18 Desember 1996
-Liputan 6 28 Desember 2007
-Perumka Membangun, 51 Tahun Perkeretaapian Indonesia
-Situs Resmi KAI
-Tribun Jogja
-Komite Nasional Keselamatan Transportasi
-Dan beberapa sumber lain