Lahirnya Sistem Tunjuk Sebut dan Perkembangan Penerapannya di Indonesia
Apa itu Tunjuk Sebut?

Tunjuk sebut (指差呼称; Yubisashi Kanko, atau 指差喚呼; Shisha Kanko) sudah digunakan oleh pegawai kereta api di Jepang sejak 100 tahun yang lalu. Tunjuk sebut bermula dari seorang masinis lokomotif uap Jepang bernama Yasoichi Hori, yang mengalami sakit mata saat berdinas. Untuk memastikan sinyal yang dilihatnya, ia menyebutkan status sinyal (aman, hati-hati, atau berhenti) kepada stoker (asistennya). Asistennya lalu membalas menyebutkan status sinyal itu, jika sesuai maka apa yang dilihat Hori adalah posisi sinyal yang benar. Para peneliti kemudian menyimpulkan bahwa cara ini sangat tepat untuk mengurangi kesalahan dalam bekerja.
Tahun 1913, sistem ini diperkenalkan secara resmi di panduan berdinas kereta api Jepang, dan dikenal sebagai “kanko oto” (sebut dan jawab). Tunjuk diperkenalkan belakangan, kira-kira sekitar tahun 1925. Kombinasi tunjuk dan sebut lalu menjadi peraturan wajib di seluruh perusahaan transportasi di Jepang sejak 1925.
Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Railway Technical Research Institute, tunjuk sebut berhasil mengurangi kemungkinan kesalahan (human error) dari 2,38 kesalahan per 100 aksi menjadi hanya 0,38 kesalahan per 100 aksi.
Di Indonesia, tunjuk-sebut mulai diperkenalkan dalam dunia perkeretaapian mulai tahun 90-an, khususnya di (kala itu) Jabotabek. Bagaimana penerapannya? Simak terus di halaman berikutnya.
Halaman Selanjutnya: Awal Penerapan Tunjuk Sebut di Indonesia: Marka Masinis Berteriak
Halaman Sebelumnya: Pembuka
Pingback: Sejarah Praktik Tunjuk Sebut, Prosedur Wajib Keselamatan Kereta Api - Andri Why.com