Berita KAIndonesiaKAI CommuterKereta ApiLRT Jabodebek

Beginilah Rancang Bangun Jembatan Pemadu Moda Dukuh Atas

Jembatan Pemadu Moda
Ilustrasi Jembatan Pemadu Moda (JPM) Dukuh Atas | Sumber: Presentasi MITJ

REDigest.web.id, 3/9 – Jembatan Pemadu Moda (JPM) Dukuh Atas yang menghubungkan Stasiun LRT Dukuh Atas dan Stasiun KCI Sudirman akan segera dibangun. PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek menjadi pelaksana pembangunan jembatan ini atas penugasan Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ).

Dalam forum jurnalis mereka Kamis (2/9) kemarin, MITJ memaparkan progres pembangunan dan desain JPM yang akan menghubungkan kedua moda ini. Hingga saat ini, progres pembangunan JPM ini sudah mencapai tahap persiapan pembangunan, dengan rekomendasi teknik, izin prinsip, serta mitra strategis telah diperoleh. Para mitra strategis ini diperoleh tanpa menggunakan dana dari APBN dan APBD.

Timeline JPM
Timeline proyek JPM Dukuh Atas | Sumber: Presentasi MITJ

Mitra strategis yang terpilih adalah konsorsium Waskita Bersama Vision First-KSO, yang terdiri dari konsorsium Waskita Realty, Tower Bersama Group, Cityvision, Waskita Precast, dan Retail First Indonesia. Sementara konsultan yang terpilih adalah PT Rancang Urban Selaras (Urban+), ber-KSO dengan Coldwell Banker Commercial, Junaedi Masil Associates, dan PT Metakom Chandrapranata.

Pembangunan JPM yang mengusung konsep “Serambi Temu Dukuh Atas” ini rencananya akan berlangsung hingga Juni 2022 mendatang. Selain terintegrasi dengan Stasiun Dukuh Atas dan Sudirman, JPM ini akan terintegrasi dengan halte TransJakarta Dukuh Atas 2 dan sebuah halte baru di depan Gedung Landmark. Untuk kapasitasnya, saat ditanyakan oleh media MITJ memperkirakan akan ada sekitar 9.000 komuter per hari saat akhir pekan. MITJ memperkirakan jumlah ini bisa lebih besar saat hari kerja.

Konsep desain JPM Dukuh Atas di siang hari |Sumber: Presentasi MITJ

Selain integrasi transportasi, JPM ini akan memiliki kawasan ritel di dalamnya. Hal ini sesuai dengan prinsip pembangunan JPM yang dicanangkan MITJ. Yaitu konektivitas antarmoda, enriching urban experience (memperkaya pengalaman urban), ruang publik inklusif, identitas baru perkotaan, dan destinasi perkotaan.

MITJ menyebutkan nantinya selain memfasilitasi komuter, JPM ini diharapkan dapat menjadi destinasi wisata urban juga. Tidak hanya itu, pihaknya juga menyebutkan akan bekerja sama dengan Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta untuk merevitalisasi waduk yang berada di sebelah timur JPM ini.

Denah lokasi dan interkonektivitas JPM Dukuh Atas, tampak arah pembangunan jembatan yang berbelok di Banjir Kanal Barat | Sumber: Presentasi MITJ

Sedang untuk aspek desain, JPM ini akan memiliki dua lantai di antara Stasiun LRT Dukuh Atas hingga menjelang Banjir Kanal Barat. Untuk bentang Banjir Kanal Barat, dikarenakan tidak boleh ada tiang di tengah kanal tersebut, maka JPM ini menjadi hanya satu lantai saja. Sedangkan arah pembangunannya berbelok karena adanya beberapa utilitas seperti pipa yang tidak dapat digeser.

Diagram fitur desain Jembatan Pemadu Moda
Diagram fitur desain pada JPM Dukuh Atas, tampak akses Stasiun LRT Dukuh Atas, Waduk Setiabudi, dan Stasiun KCI Sudirman | Sumber: Presentasi MITJ

Di Stasiun Sudirman sendiri, tampak dari denah di atas akan ada jalur akses menuju Stasiun Sudirman hanya di sisi timur atau sisi jalur 1 (arah Angke). Saat Tim REDaksi tanyakan, nantinya akses ini akan diatur setelah pembangunan JPM agar pengguna dapat masuk baik ke jalur 1 dan jalur 2.

Nantinya setelah beroperasi, saat ditanya oleh media MITJ menyampaikan bahwa pengelolaan JPM ini akan dikerjasamakan antara MITJ dengan mitra strategis. Selain membangun dan ikut bekerja sama dalam pengelolaan JPM, mitra strategis ini juga akan bekerja dalam revitalisasi Stasiun Sudirman.

Saat ditanya oleh media, MITJ menyampaikan revitalisasi Stasiun Sudirman akan mulai kuartal 1 2022 dan selesai 2023 mendatang. Untuk saat ini pengerjaannya masih dalam proses DED dan perizinan dengan DJKA karena menyangkut sistem perkeretaapian dan persinyalan. Proses revitalisasi stasiun ini sendiri disusun oleh PT Pandega Desain Weharima, yang kemudian melakukan KSO dengan Architect Group 5, MAKNA, dan PSUD. (RED/IHF)

Ikuti kami di WhatsApp dan Google News


Tinggalkan komentar...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

×