Reska Series #6: Kini KAI Services Jual Ayam Geprek ala Kereta Api Komersial di Manggarai!

REDigest.web.id – Sore yang cerah di Stasiun Manggarai. Minggu (10/10/21), penulis berkesempatan untuk mencoba kafe Loko Geprek yang baru saja dibuka oleh PT Reska Multi Usaha/RMU (selanjutnya disebut KAI Services) pada 8 Oktober ini. Kafe ini terletak di luar Stasiun Manggarai sehingga mengharuskan penumpang Commuter Line untuk tap out di gate terlebih dahulu. Dari gate, Loko Geprek terletak di sebelah kanan stasiun sementara dari depan stasiun, Loko Geprek berada di sebelah kirinya.

Eksterior Loko Geprek didominasi warna putih dengan aksen bata kotak-kotak yang juga berwarna putih pada dinding dan lantainya. Pada bagian depan, terdapat kursi dan meja bagi pelanggan yang ingin makan di area terbuka. Bagian dalam kafe dipasang pendingin ruangan (AC) sehingga dipisah dengan pintu masuk yang terbuat dari kaca.

Setelah masuk ke dalam, pelanggan akan menjumpai interior dengan tema yang sama. Bagian dalam kafe juga didominasi warna putih dengan aksen bata kotak-kotak putih pada dindingnya. Meja dan kursi terdapat pada bagian tengah, kiri, dan ujung interior Loko Geprek. Kafe juga dihiasi dengan lampu gantung panjang berwarna hitam.

Meja pada sisi kiri serta tembok dan meja pada sisi ujung barat kafe terbuat dari semen. Penulis tidak mengetahui apakah bagian ini belum disempurnakan atau memang didesain seperti ini. Yang jelas, desain ini membuat penulis merasa tidak nyaman karena membuat kafe terkesan tidak rapi.

Pemesanan makanan dapat dilakukan di sebelah kanan. Di sini, terdapat meja pelayan untuk menyiapkan makanan dan lemari makanan untuk menempatkan ayam-ayam yang siap disajikan. Menu makanan dan minuman terdapat di sebelah kiri dan kanan meja sementara hand sanitizer hanya terdapat pada sebelah kirinya.

Ada dua menu besar yang ditawarkan yakni Nasi Ayam Geprek dan Indomie Goreng Geprek dengan berbagai variasi. Pembeli juga dapat membeli menu tambahan seperti tahu geprek. Adapun minuman yang jual terdiri dari air mineral, teh, dan kopi.
Penulis membeli satu porsi Nasi Geprek Sambal Bawang seharga Rp18.182,- dan dikenakan PPN (Pajak Pertambahan Nilai) sebesar Rp 3.000. Harga ini cukup terjangkau jika dibandingkan dengan menu sejenis di atas kereta Ekonomi seharga Rp 25.000,- atau di kereta eksekutif seharga Rp 35.000,- (harga 2019).
Menu ini dipilih karena penulis ingin kembali merasakan menu Nasi Geprek yang sebelumnya telah dicicipi ketika bepergian dengan Kereta Api Komersial/ KAJJ. Loko Geprek menerima pembayaran secara tunai ataupun secara digital melalui OVO, GOPAY, dan DANA namun penulis memutuskan untuk membayar secara uang tunai karena hanya menggunakan kartu bank BNI JakLingko untuk transaksi non-tunai. Ke depannya, KAI Services diharapkan untuk menambah metode pembayaran dengan kartu bank ataupun Kartu Multi Trip (KMT) untuk memudahkan pembayaran bagi pengguna Commuter Line ataupun Transjakarta di Manggarai.

Nasi Geprek Sambal Bawang yang dijual di Loko Geprek disajikan dengan sebuah kotak kertas berwarna cokelat yang di bagian atasnya ditempelkan sebuah stiker bulat bertuliskan ‘Loko Geprek’. Kemasan ini juga dilengkapi dengan sendok dan garpu plastik, tisu, serta tusuk gigi. Menurut penulis, kemasan ini terlalu biasa untuk sebuah restoran makan yang melayani makan di tempat. Lebih baik apabila KAI Services menggantinya dengan piring berbahan porselen untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Kemasan sekarang seharusnya hanya digunakan sebagai kemasan ramah lingkungan bagi pelanggan yang ingin membungkus makanannya.

Di dalam kotak, penulis hanya menemukan nasi, ayam goreng, dan tentunya sambal bawang. Jika dibandingkan menu Ayam Geprek yang dijual di atas kereta, menu sejenis yang dijual di Loko Geprek tidak menghadirkan tahu dan dua mentimun. KAI Services harus mempertimbangkan untuk menyertakan mentimun atau sayur lainnya ke dalam menu makanan Loko Geprek dengan alasan kesehatan pelanggannya.
Mengenai rasa, penulis beranggapan bahwa KAI Services berhasil mempertahankan kenikmatan makanan ini dengan menyamakan rasa ayam dan sambal bawangnya dengan menu sejenis di atas kereta. Porsi nasinya memang lebih banyak tetapi tidak akan membuat perut menjadi begah. Sayangnya, ayam disajikan dalam keadaan dingin dan tidak ada upaya dari pelayan kafe untuk menghangatkannya lagi.

Hal ini terlihat bertentangan dengan upaya Reska baru-baru ini untuk menyediakan makanan yang baru saja dimasak di atas kereta. Oleh karena itu, seharusnya kafe Loko Geprek juga mengikuti upaya tersebut dengan menyediakan ayam yang baru saja dimasak terlebih karena kafe ini bersifat menetap, tidak berpindah-pindah seperti rangkaian kereta api. (RED Citizen/Adrian Falah Diratama/GM-MarKA)