Berita KAIndonesiaKAI Commuter

Reinkarnasikan Sang Legenda, KRL Seri 6000 Rangkaian 6121F Ikut ke Indonesia

Rangkaian Tokyo Metro 6121F persiapan diangkut ke pelabuhan Tokyo dari dipo Shin-Kiba | foto: Adeliae via Saddam “Hussein” on LINE
(11/5) – Setelah 6124F dikirim ke pelabuhan Tokyo pada tanggal 20 April dalam rangka persiapan untuk dikirim ke Jakarta dalam rangka memenuhi kebutuhan armada KRL milik PT KCJ, kali ini giliran 6121F yang dikirimkan ke pelabuhan pada tanggal 9 Mei untuk dikapalkan ke Jakarta. Seperti biasa pengangkutan rangkaian ini dari dipo Shin-Kiba ke pelabuhan Tokyo dilakukan dengan cara menggunakan truk trailer dan tentunya diangkut melalui jalan raya hingga tiba di pelabuhan.
Namun pada rangkaian ini tersimpan sebuah keunikan: nomor kabin sisi Yoyogi-Uehara (6121) maupun nomor rangkaian (6121F) sebelumnya terlebih dahulu dipakai oleh Toei 6000 set 6121F yang telah afkir per akhir 2015, sehingga pada kenyataannya terdapat 2 nomor 6121 yang dikenal di perkeretaapian Indonesia. Sebelum membahas tentang 6121F dari Tokyo Metro 6000, ada baiknya kita menengok sedikit ke belakang untuk mengetahui sejarah dari keberadaan nomor 6121 di armada KRL eks Jepang milik Indonesia.

6121 era 2000 – 2015: Toei 6000 rangkaian 6121F

Toei 6121F di Bojonggede, 2012
6121F dari seri 6000 milik Toei Subway pertama kali berdinas pada tahun 2000 di Indonesia, dimana rangkaian ini merupakan satu-satunya rangkaian Toei 6000 batch 1 (yang dibuat pada tahun 1968) yang dikirim ke Indonesia sebagai rangkaian hibah dari Tokyo Metropolitan Bureau of Transportation. Rangkaian ini awalnya dibuat sebagai rangkaian 4 kereta untuk pembukaan Toei Mita Line dari Shimura (sekarang Takashimadaira) ke Sugamo, namun kemudian ditambahkan dengan 2 unit kereta tengah batch 2 pada tahun 1972 dalam rangka pembukaan ekstensi Mita Line ke arah Hibiya, sehingga rangkaiannya menjadi 6 kereta. Sebagai catatan, pada rencana awalnya Mita Line akan menggunakan KRL dengan formasi 8 kereta, namun rencana ini tidak pernah terwujud.
Rangkaian ini kemudian mendapat jatah pemasangan AC pada tahun 1989 dan merupakan satu-satunya rangkaian batch 1 yang dipasangi AC, serta peremajaan eksterior dan interior untuk memperbarui penampilannya. Sayangnya, pada September 1999 seluruh rangkaian Toei 6000 purna tugas karena faktor umur kereta dan masalah inkompatibilitas perangkat keselamatan, termasuk sinkronisasi posisi platform door dan pintu otomatis kereta yang dibutuhkan untuk sistem ATO alias Automatic Train Operation yang kemudian dipergunakan pasca dimulainya layanan terusan ke Tokyu Meguro Line. Alhasil, pasca purna tugas 6121F sempat akan direncanakan untuk dirucat atau dipindahkan ke perusahaan KA menengah ke bawah di daerah lain di Jepang. Namun rupanya nasib 6121F beruntung, karena bersama beberapa rangkaian lainnya (dan kereta tengah copotan dari rangkaian yang dijual ke perusahaan lain) kemudian dihibahkan ke Indonesia untuk berdinas di KRL Jabodetabek yang ketika itu didominasi oleh KRL kelas ekonomi yang kondisi eksterior maupun interiornya sangat memprihatinkan.
Toei 6121F di Manggarai medio 2008-2009 | foto: 2427 Junction

Pasca tiba di Indonesia, 6121F kemudian menjalani proses adaptasi yang sangat singkat dan per tahun 2000 rangkaian ini mulai berdinas di KRL Jabodetabek, dengan keadaan seluruhnya masih asli Jepang, tanpa teralis maupun cowcatcher! Awalnya rangkaian ini beroperasi dengan formasi 6 kereta asli bawaan Jepang, namun kemudian diubah menjadi 8 kereta dengan memasukkan kereta 6197 (dari 6191F), 6222 (dari 6221F), 6247 (dari 6241F) dan 6216 (dari 6211F), sementara 2 kereta tengah aslinya (6125 dan 6126) dilepas, yang dimana kereta 6126 dimodifikasi menjadi kereta berkabin dari 6177F (Espass), dan 6125 dijadikan kereta tengah dari 6227F (Lohan). Lalu kemudian, bersama dengan KRL Toei seri 6000 lainnya, rangkaian ini ditambahkan teralis serta cowcatcher dengan model seperti pada KRL ekonomi Rheostatik, yang kemudian diganti dengan model besi seperti pada KRL seri 103 sekitar tahun 2010.

Kemudian rangkaian ini berdinas secara normal, hingga pada periode 2013-2014 terjadi perubahan formasi rangkaian KRL Toei secara besar-besaran termasuk pada rangkaian 6121F, yang pada akhirnya membuat rangkaian ini mengakhiri dinasnya pada tahun 2015 setelah mengalami kerusakan komponen yang tidak dapat diperbaiki lagi karena kurangnya suku cadang dan faktor umur kereta, yang terjadi akibat penggabungan dengan 6271F yang merupakan rangkaian Toei seri 6000 batch terakhir yang memiliki perbedaan dengan batch sebelumnya, dan kemudian dikirim ke Cikaum untuk dirucat pada tahun 2016.
Formasi rangkaian Toei 6121F

KRL Toei 6121F ini bisa dibilang sebagai salah satu legenda dalam sejarah KRL Jabodetabek, di mana rangkaian ini merupakan rangkaian hibah eks Toei pertama yang tiba dan berdinas di Jakarta. Pada masa jayanya, 6121F selalu dipakai untuk pemerjalanan KRL Pakuan Ekspres dan hampir tidak pernah berdinas di layanan-layanan lain.


6121 era 2017 ke atas: Tokyo Metro 6000 rangkaian 6121F 

Dijejerkan sebelum dikirim | foto: Adeliae via Saddam “Hussein” on LINE

6121F yang merupakan rangkaian kedua dari grup produksi batch 3 di seri 6000 mengawali karirnya di Teito Rapid Transit Authority (TRTA, pendahulu Tokyo Metro) pada tahun 1977, dimana rangkaian ini dibuat pada 21 September 1977 oleh Nippon Sharyo untuk mengantisipasi pertambahan penumpang dalam rangka perpanjangan Chiyoda Line ke Yoyogi-Uehara dan dimulainya layanan terusan ke Odakyu Odawara Line. Meskipun rangkaian ini secara sekilas terlihat seperti rangkaian grup produksi batch 1 dan 2, namun terdapat beberapa perubahan yang cukup signifikan yang dibawa oleh rangkaian ini:

  1. Dipasangnya perangkat untuk layanan terusan ke Odakyu seperti ATS, radio dan lainnya sejak pertama kali dibuat
  2. Dipasangnya alat defroster untuk melelehkan es yang menempel di kaca depan selama musim dingin berlangsung
  3. Pintu untuk keluar-masuk kabin dari sisi samping kereta diubah menjadi pintu yang sisi atasnya lebih rendah (yang kemudian dipergunakan sebagai desain standar untuk rangkaian batch 4 ke atas)
  4. Pintu gangway dipasang di persambungan kereta 3 dan 4 serta 7 dan 8 untuk menghindari tiupan angin kencang dari persambungan ketika musim dingin
  5. Diperbesarnya kapasitas thyristor pada perangkat traksi chopper dari spesifikasi 1300V menjadi 2500V untuk meningkatkan kinerja traksi
  6. Desain bogi diperbaiki untuk mengurangi guncangan pada saat beroperasi
Namun untuk sisi interior, selain penambahan pintu gangway di persambungan kereta 3 – 4 dan 7 – 8, secara estetika tidak ada perubahan yang terlihat signifikan, karena desain interiornya sendiri meneruskan desain yang dimiliki oleh batch 1 dan 2. Baik itu dari keberadaan lubang ventilasi + kipas penyebar angin dari ventilasi, bentuk lengkungan langit-langit dan sebagainya, semuanya mirip dengan yang dimiliki oleh rangkaian batch 1 dan 2. Sehingga dapat dikatakan bahwa grup batch 3 merupakan versi perubahan skala kecil dari grup batch 1 dan 2.
Perhatikan ukuran pintu kabin | foto: Adeliae via Saddam “Hussein” on LINE

Ketika pemasangan AC untuk rangkaian yang awalnya dibuat sepenuhnya tanpa AC dilakukan pada periode 1988 – 1994, rangkaian ini dipasangi AC yang ditenagai oleh static inverter (SIV) berkapasitas 120kVA (tipe NC-FAT120A buatan Mitsubishi). Namun karena awalnya rangkaian ini merupakan rangkaian tanpa AC, maka TRTA mengakalinya dengan menggunakan sistem spot untuk menyebarkan angin dari AC di dalam interior, dimana sistem ini terdiri atas lubang AC yang berukuran kecil namun dalam jumlah banyak (dengan lubang AC tersebut dipasang di pipa penyuplai angin AC), dan penyebaran anginnya dibantu oleh kipas angin yang dipasang tepat di posisi bekas lubang ventilasi sisi interior. 

Sesuai dengan standar yang berlaku di TRTA maupun penerusnya yaitu Tokyo Metro, ketika rangkaian memiliki umur dinas di kisaran 20 tahun (secara umum dilaksanakan menjelang umur 24 tahun yang menjadi tonggak dari pelaksanaan peremajaan skala besar) maka rangkaian wajib menjalani peremajaan skala besar (B-refurbishment), yang dimana salah satu pekerjaannya yaitu penggantian komponen traksi untuk membuat performanya setara dengan KRL baru yang diperkenalkan pada tahun dilakukannya peremajaan tersebut. 6121F sendiri menjalani peremajaan tersebut pada bulan Juli tahun 2000, tidak terpaut jauh dari rangkaian-rangkaian batch 1 dan 2 maupun 6120F sebagai sesama rangkaian batch 3 yang telah menjalani peremajaan pada periode 1990an akhir.
Formasi rangkaian Tokyo Metro 6121F

Ketika rangkaian ini menjalani peremajaan di bengkel Shin-Kiba, komponen traksi yang dipasang untuk menggantikan traksi chopper yang sebelumnya dipergunakan oleh rangkaian ini yaitu traksi IGBT-VVVF 3 fasa yang berbasis dari modul traksi IGBT-VVVF yang dipergunakan di KRL seri 05 grup produksi batch 8 milik Tozai Line yang diperkenalkan pada periode November 1999 (dan pada saat itu merupakan KRL seri terbaru yang dimiliki oleh TRTA). Hal ini bertujuan untuk mengurangi konsumsi listrik secara besar-besaran yang berefek pada berkurangnya emisi pada lingkungan, penurunan biaya perawatan dan juga penurunan dari total biaya yang dikeluarkan oleh TRTA untuk tarif bulanan dari pemakaian listrik untuk pengoperasian KRL.

Selain komponen traksi, sisi eksterior dan interior pun ikut diremajakan juga, yang dimana salah satu pekerjaannya yaitu mengganti pintu otomatis ke tipe yang juga setara dengan KRL terbaru pada masa itu. Meskipun peremajaan 6121F dilakukan pada era TRTA, namun kaca pintu otomatis rangkaian ini menggunakan kaca lembar tunggal seperti yang ditemui di rangkaian yang telah diremajakan sebelumnya serta mayoritas dari rangkaian seri 6000 grup produksi batch 4 dan 5 yang diremajakan pasca privatisasi TRTA. Hal ini dikarenakan TRTA berusaha melakukan penghematan ongkos peremajaan sebagai langkah dalam memprioritaskan pembelian rangkaian KRL baru untuk menggantikan KRL yang telah menua di jalur lain.
Salah satu kereta tengah saat diangkat | foto: Adeliae via Saddam “Hussein” on LINE

Pasca mengakhiri dinasan regulernya pada 20 April, rangkaian ini terlebih dahulu diperiksa di dipo Ayase oleh tim Tokyo Metro dan tim KCJ, lalu kemudian dikirim ke dipo Shin-Kiba untuk persiapan pengiriman ke Jakarta sebagai KLB angkutan bukan untuk penumpang (nomor perka tidak diketahui). Namun hingga berita ini diturunkan, belum ada informasi terbaru tentang rangkaian 6000 VVVF yang mengakhiri dinas regulernya untuk dirucat atau dikirimkan ke Indonesia. Lalu siapakah rangkaian kelima yang akan dikirimkan ke Indonesia? Kita tunggu saja berita selanjutnya…

RED Citizen | Arya Dwi Pramudita

Ikuti kami di WhatsApp dan Google News


Tinggalkan komentar...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

×