KRL Seri 203 Ini Dimodifikasi Dan Diujicobakan, Untuk Apa?
(10/1) – Satu rangkaian KRL seri 203 milik PT Kereta Commuter Indonesia (KCI), yaitu rangkaian BOO109 yang berformasi 10 kereta, dimodifikasi dan diujicobakan.
Modifikasi pada rangkaian BOO109 ini meliputi perubahan ukuran cowcatcher, pemasangan beberapa adaptor, dan pemasangan beberapa kamera CCTV. Setelah modifikasi, BOO109 menjadi lebih besar dan lebih lebar dari sebelumnya. Rangkaian BOO109 kemudian diujicobakan dengan rute Depok-Nambo (PP) dan Depok-Bogor (PP) sekaligus.
Ujicoba dan modifikasi ini dilakukan bukan tanpa sebab. Usut punya usut, ujicoba yang dilaksanakan ini merupakan ujicoba simulasi berkaitan dengan rencana pengadaan KRL secondhand jenis baru dari Jepang oleh KCI.
Simulasi dilakukan dengan menjalankan kereta luar biasa menggunakan rangkaian BOO109 ke hampir seluruh rute pengoperasian KRL Commuter Line, kecuali ruas Manggarai-Jakarta Kota dan jakarta Kota-Tanjung Priok. Ruas yang menjadi bagian rute kedatangan KRL dari Jepang, Kemayoran-Tanjung Priok, juga tidak ikut disimulasikan.
Simulasi ini dilakukan untuk mengukur apakah ruang bebas jalur KRL di Indonesia memenuhi untuk pengoperasian KRL jenis baru ini. Ini dikarenakan KRL jenis baru yang direncanakan untuk didatangkan memiliki beberapa unit kereta dengan ukuran yang lebih besar dari KRL eks Jepang yang sudah ada di Indonesia.
Berdasarkan pantauan Tim REDaksi, ujicoba kali ini berlangsung lancar. Akan tetapi, pada saat berjalan langsung di Stasiun Cilebut, bagian cowcatcher tambahan menabrak bekas tangga di peron tengah. Akibanya bagian ini langsung penyok dengan kerusakan yang tampak jelas.
KRL Bilevel?
Menurut rumor yang santer beredar, KRL yang akan didatangkan merupakan KRL dengan dua unit kereta bilevel/double decker di setiap rangkaiannya. Oleh JR East selaku pemilik asli KRL, KRL ini biasanya dioperasikan dengan formasi SF11+SF4, di mana kereta bilevel berada pada rangkaian SF11. KRL ini memiliki komposisi 4M7T+2M2T, atau total 6M9T. Menurut rumor yang sama, bila rencana ini direalisasikan, hanya rangkaian SF11 yang akan dibawa ke Indonesia.
Di Jepang sendiri terdapat beberapa jenis KRL bilevel yang dioperasikan oleh JR East. Namun yang paling dekat dengan masa purna tugas adalah KRL seri E217 jalur Yokosuka. KRL yang sudah beroperasi sejak 1994 ini rencananya akan digantikan KRL seri E235 mulai tahun ini. Jika benar KRL ini diboyong ke Jakarta, KRL ini akan menjadi KRL produksi massal yang diproduksi pasca swastanisasi JNR pertama yang diekspor ke luar Jepang.
Selain itu, KRL ini juga dapat menjadi KRL di keluarga “New Series Train” (Shin Keiretsu Densha) pertama yang diekspor ke luar Jepang. “New Series Train” adalah keluarga KRL dengan basis seri 901 yang kelak menjadi 209-900 yang diproduksi untuk JR East sejak 1992. Filosofi desain dari keluarga KRL ini adalah “Setengah harga, setengah berat, setengah umur” demi mencapai efisiensi.
Hasil dari simulasi ini akan menjadi penentu apakah KRL jenis baru tersebut dapat didatangkan atau tidak dapat didatangkan. Selain ke Nambo dan Bogor, simulasi akan dilakukan di jalur Rangkasbitung, jalur Tangerang, jalur lingkar, dan jalur Cikarang sampai beberapa hari ke depan.
Kereta bilevel bukanlah hal baru di Indonesia. Di masa lalu, pernah ada prototip kereta penumpang bilevel modifikasi dari kereta seri 8500 (bukan KRL Tokyu seri 8500) kelas ekonomi buatan 1950an. Sayangnya, prototip ini gagal dalam tahap ujicoba. Selain itu, induk dari KCI, PT Kereta Api Indonesia (KAI), juga pernah mewacanakan pemesanan kereta penumpang bilevel ke PT Industri Kereta Api (INKA) beberapa tahun silam saat memesan kereta stainless steel. (RED/SHF)
Mungkin KRL Tsukuba express mau didatangkan
Pingback: Mengenal Kereta Rel Listrik JR East Seri E217