Berita KAIndonesiaKAI CommuterKereta Api

Direktur Utama KAI Commuter Tanggapi Soal Retrofit KRL

Rangkaian 6105F, salah satu rangkaian KRL seri 6000 dengan teknologi Chopper di KAI Commuter | Foto: RED/Rizki Fajar Novanto

REDigest.web.id, 14/4 – Direktur Utama KAI Commuter Suryawan Putra Hia, menanggapi rencana retrofit Kereta Rel Listrik Tokyo Metro 6000 dan Tokyo Metro 05. Hal ini akan KAI Commuter lakukan sebagai langkah antisipasi untuk meningkatkan keandalan armada.

“Itu merupakan langkah antisipasi, untuk meningkatkan keandalan KRL kita. Sehingga, nanti layanannya baik. Kalau ada gangguan, ketersediannya (suku cadang) cukup,” katanya dalam Diskusi Publik Instran, Kamis (13/4).

Diketahui, PT Industri Kereta Api (INKA) mengungkapkan rencana retrofit KRL KAI Commuter pada Rapat Dengar Pendapat dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero), PT Kereta Commuter Indonesia (KAI Commuter), dan PT INKA. Sarana yang bakal mendapat modernisasi adalah Tokyo Metro 6000 dan Tokyo Metro 05.

Rangkaian Tokyo Metro 6000 yang terpilih adalah yang menggunakan teknologi chopper. Rangkaian tertua dengan teknologi ini adalah 6105F. dengan umur lebih dari 40 tahun. Berdinas sejak 1970-an di jalur Chiyoda, KRL seri ini didatangkan oleh PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) pada November 2012 dan berdinas tahun 2013.

Untuk KRL seri 6000 dengan teknologi Chopper sendiri telah tiba pada awal 2011. Sementara, Tokyo Metro 05 mulai beroperasi di tahun 1988 di jalur Tozai. Kereta ini didatangkan pertama kali oleh KCJ pada Agustus 2010. 

“Tokyo Metro seri 6000 (dan Tokyo Metro 05), masih menggunakan teknologi Chopper untuk propulsinya, jadi untuk propulsi penggerak KRL model lama, di situ juga ada teknologi GTO, masih memungkinkan diganti dengan VVVF-IGBT lewat retrofit” jelasnya.

“Salah satu yang menjadi alasan kemarin KAI Commuter berkeinginan untuk mendatangkan kereta, teknologinya semakin obsolete. Usia teknologinya sudah cukup tua, dan komponen suku cadang sudah enggak ada. Kemudian, ketika gangguan, propulsinya di chopper ini enggak bisa diperbaiki,” sambungnya.

Perangkat Static Inverter (SIV) buatan Dawonsys, Korea Selatan | Foto: RED/Rizki Fajar Novanto

Retrofit ini akan dilakukan dengan jangka waktu 16 bulan. Diharapkan, umur kereta bisa bertambah 10 tahun. Komponen yang akan dilakukan penggantian adalah DC Chopper menjadi VVVF inverter, motor generator menjadi Static Inverter (SIV) dan motor DC menjadi AC. 

“Untuk body car-nya bagaimana? Nanti akan ada pemeriksaan, bahkan ada pengukuran segala macam, termasuk keretakan segala macam. Untuk framenya, fatigue atau enggak pasti dilakukan pengujian terlebih dahulu sebelum dilakukan retrofit,” terangnya.

Opsi Retrofit Bisa Meningkatkan Tarif KRL

KRL seri 05 rangkaian 05-104F saat menjalani uji dinamis | Foto: RED/Rizki Fajar Novanto

Meski demikian, Peneliti Pusat Kajian Perubahan Iklim dan Pembiayaan Multilateral Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Agunan Samosir mengatakan, opsi retrofit ini bisa mempengaruhi tarif dari Public Service Obligation (PSO).

“Ternyata kalau retrofit, itu harganya Rp 8-11 miliar. Lah ngapain retrofit kalau seperti itu. Ini semua pasti memberikan dampak ke PSO,” tambahnya. 

Secara teori dan praktik, tambah Agunan, sebenarnya tujuan PSO adalah memindahkan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan KRL Jabodetabek. Semestinya, hal itu yang harus menjadi acuan utama pemerintah dalam mengambil kebijakan saat ini.

“Saya tidak bisa bayangkan kalau pelayanan KRL menurun, dari kenyamanan, keamanan, dan ketepatan waktu. Masyarakat praktis akan kembali ke kendaraan pribadi. Dampaknya kita yang paling merasakan, kemacetan itu mengakibatkan kerugian ekonomi yang sangat besar,” pungkasnya. (RED/rnovanto)

Ikuti kami di WhatsApp dan Google News


Tinggalkan komentar...

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

×